Translate

Faktor Penyebab Terjadinya Miskonsepsi Kimia Dari Metode Mengajar

Kurikulum yang berlaku saat ini memberikan ruang gerak yang bebas bagi guru untuk mengembangkan kurikulum pada tingkat pembelajaran, tetapi kenyataan-nya guru tetap berorientasi pada penyelesaian semua materi untuk tiap semesternya (subject matter oriented). Hal ini disebabkan pada akhirnya nanti peserta didik harus dibekali semua materi ajar dalam menghadapi ujian akhir, sehingga guru berusaha keras untuk menyelesaikan dan menyampaikan materi tepat pada waktunya. Akibatnya sebagian guru sangat jarang menerapkan metode pembelajaran tanya jawab, diskusi, demonstrasi, praktikum, eksperimen, dan metode-metode selain ceramah dalam proses pembelajarannya, karena metode-metode tersebut dianggap banyak menyita waktu pembelajaran, padahal materi yang harus disampaikan relatif banyak, sehingga guru takut tidak selesai menyampaikan semua materi. Menurut sebagian guru, hanya dengan metode ceramah, maka ia dapat mengejar target materi yang harus disampaikan kepada peserta didik.

Pembelajaran dengan ceramah memang menghemat waktu, karena komuni-kasi terjalin hanya satu arah, yaitu dari guru kepada peserta didik. Namun bahasa verbal yang digunakan guru dalam ceramah sangat memungkinkan terjadinya miskonsepsi pada peserta didik, karena pemahaman dan penangkapan yang salah tentang kalimat yang digunakan guru, penjelasan yang terlalu cepat dan kurang mendalam, dan sulitnya guru mendeteksi sudah atau belumnya materi dikuasai peserta didik ketika materi tersebut diajarkan. Oleh karena itulah perlu bagi guru menerapkan metode ceramah yang diselingi dengan tanya jawab atau diskusi, dimana peserta didik diberikan kesempatan untuk menyampaikan pendapat tentang konsep atau materi yang sedang dibahas dengan bahasa mereka sendiri, sehingga jika terjadi miskonsepsi dapat segera terdeteksi dan diperbaiki (Arons, 1981: 170).

Namun demikian, bukan berarti metode ceramah merupakan metode pembelajaran yang buruk, karena baik buruknya metode sangat tergantung dari karakteristik materi dan kemampuan guru dalam menerapkannya. Metode ceramah baik dan tepat digunakan untuk menyampaikan materi yang sederhana, tidak terlalu abstrak, dan konsepnya mudah dicerna oleh peserta didik. Demikian juga jika metode ceramah diterapkan oleh guru yang piawai mentransfer ilmu dengan bahasa yang lugas, menarik, dan jelas akan dapat menutupi semua kekurangan yang ada dan sedikit kemungkinan terjadinya miskonsepsi pada peserta didik. Kepiawaian guru berbicara di dalam kelas dapat menghilangkan kebosanan peserta didik dalam belajar sekaligus menarik perhatian mereka untuk mau mendengarkan dengan seksama (Tjipto Utomo & Kees Ruijter, 1994 : 185). Dengan mendengarkan secara seksama, kemungkinan terjadinya kesalahan dalam menangkap materi dapat diminimalisir, sehingga miskonsepsi dapat terhindarkan.  

Baik buruknya suatu metode pembelajaran sangat tergantung kecakapan guru dalam memilih dan menggunakan metode tersebut (Pasaribu & Simanjuntak, 1983: 15). Pengguna metode memberi warna dan nilai pada metode yang digunakan. Penggunaan metode yang tepat dapat membantu mempermudah peserta didik dalam memahami suatu konsep dan sekaligus meningkatkan motivasi belajar peserta didik.

Penelitian di Jepang menunjukkan bahwa keunggulan pembelajaran di Jepang terutama disebabkan oleh peranan guru yang mampu memilih strategi pembelajaran yang efektif termasuk di dalamnya memilih metode pembelajaran (Aleks Masyunis, 2000: 7). Metode pembelajaran merupakan salah satu komponen sistem pembelajaran yang berada di bawah kontrol guru. Oleh karena itu gurulah yang harus mempersiap-kan penerapan suatu metode pada pembelajaran suatu konsep.

Sebelum merencanakan untuk menerapkan metode baru, guru sebaiknya me-mikirkan kesesuaiannya dengan materi yang akan diajarkan, termasuk kelancaran penerapannya dengan meninjau alokasi waktu yang tersedia dan sarana prasarana pendukung yang ada. Ketika akan menerapkan suatu metode pembelajaran, guru perlu mempersiapkan dengan baik agar metode yang digunakan benar-benar membantu pemahaman peserta didik, bukan sebaliknya membingungkannya. 

Banyak metode pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran kimia, seperti ceramah, diskusi, tanya jawab, resitasi (penugasan), demonstrasi, praktikum, dan eksperimen. Pengkombinasian beberapa metode dalam suatu pembe-lajaran konsep tertentu akan menjadikan peserta didik memperoleh pemahaman dengan berbagai cara.

Metode tanya jawab dapat menimbulkan miskonsepsi jika guru tidak memberikan simpulan yang benar dari seluruh konsep yang digunakan sebagai bahan tanya jawab. Demikian juga metode diskusi, guru harus memberikan simpulan akhir yang berupa penjelasan yang benar tentang konsep yang didiskusikan, sehingga jika ada peserta didik yang salah dalam memahami segera dapat memperbaiki dan mengkontruksi ulang struktur kognitif baru. Hal ini juga berlaku pada penerapan metode resitasi (penugasan), baik yang berupa pekerjaan rumah (PR) maupun tugas yang dikerjakan di kelas.

Lain halnya dengan metode demonstrasi dimana guru ingin menunjukkan suatu proses/reaksi kimia di hadapan peserta didik. Guru perlu mempersiapkan sebaik mungkin dan melakukan uji coba sebelum demonstrasi di depan kelas. Hal ini sebagai antisipasi agar tidak terjadi kegagalan yang berakibat terjadinya miskonsepsi pada diri peserta didik. Sebagai contoh, ketika guru akan mendemonstrasikan pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi, maka harus dicoba terlebih dahulu agar ketika didemonstrasikan di depan kelas tidak mengalami kegagalan.

  Seseorang dapat dikatakan sudah belajar kimia secara lengkap ketika dalam proses pembelajarannya disertai kegiatan kerja ilmiah, yaitu praktikum maupun eksperimen. Keduanya hampir sama, tetapi dalam eksperimen selain peserta didik dilatih kerja ilmiah, terampil menggunakan alat dan bahan kimia, juga dilatih untuk menggunakan penalaran dan logikanya dalam menemukan sesuatu yang baru (inovatif), baik dalam hal prosedur, bahan yang digunakan maupun alat alternatif yang mungkin dapat diciptakan.

Pelaksanaan praktikum dan eksperimen hendaknya didasari pada suatu prinsip bahwa segala gejala dan reaksi kimia yang terjadi dan dipraktikkan tidak selalu memberikan hasil yang sama, karena ilmu pengetahuan termasuk ilmu kimia memiliki sifat relatif (tidak absolut), artinya selalu ada kemungkinan terjadi penyimpangan (Das Salirawati, 2008: 18). Hal ini perlu disampaikan kepada peserta didik agar ketika mereka menemukan penyimpangan yang terjadi dan dijumpai dalam kehidupan sehari-hari tidak kebingungan, bahkan kemudian terbentuk kontruksi konsep yang saling kontradiktif yang akhirnya menyebabkan miskonsepsi. Sebagai contoh, semua logam jika dipanaskan akan bertambah panjang. Jika guru tidak memberitahukan bahwa ada satu logam yang berwujud cair, yaitu air raksa, maka peserta didik akan kebingungan ketika melihat air raksa dipanaskan tidak bertambah panjang. Demikian pula ketika peserta didik bereksperimen menguji adanya gula pereduksi dari berbagai macam sampel yang mengandung karbohidrat dengan reagen Barfoed, maka endapan yang terbentuk tidak selalu merah bata, tetapi dapat berwarna hijau atau coklat, tergantung dari banyaknya gula pereduksi yang terkandung dalam sampel. Dengan demikian guru harus tetap ambil bagian dalam mengantisipasi kemungkinan terjadinya miskonsepsi pada diri peserta didik.

Secara khusus cara mengajar guru yang diwujudkan dalam bentuk metode pembelajaran dapat menimbulkan miskonsepsi jika guru (1) hanya menggunakan metode ceramah dan menulis tanpa berusaha mencari umpan balik dikuasai atau belumnya materi yang disampaikan; (2) tidak menjelaskan penurunan rumus dari konsep awalnya, sehingga peserta didik hanya menghafal dan tidak adaptif terhadap penerapan rumus dalam perhitungan dengan berbagai situasi; (3) tidak menyampai-kan terjadinya miskonsepsi yang dialami sebagian peserta didik, sehingga peserta didik yang tidak terdeteksipun kemungkinan akan mengalami miskonsepsi; (4) tidak memberikan simpulan akhir setelah menerapkan metode tanya jawab, diskusi, maupun resitasi (penugasan); (5) memberikan analogi yang salah pada saat ceramah, (6) tidak mengujicoba terlebih dahulu demonstrasi yang akan dilakukan; dan (7) tidak menjelaskan adanya penyimpangan gejala atau reaksi kimia. 

Related Post:

0 Komentar untuk "Faktor Penyebab Terjadinya Miskonsepsi Kimia Dari Metode Mengajar"

Berkomentarlah dengan baik dan sopan, saya akan berusaha untuk menjawab setiap pertanyaan dan menanggapi setiap komentar yang anda berikan, :)

Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya :)

Back To Top