Pendidikan memegang peran yang
sangat penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan merupakan wahana untuk
meningkatkan dan mengembangkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Seiring
dengan perkembangan dunia pendidikan, metode pembelajaran semakin berkembang
dan disesuaikan dengan kebutuhan saat ini.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.
19 tentang Standar nasional Pendidikan pasal 19 ayat 1 dinyatakan sebagai
berikut, “Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk
berpartisipasi aktif, memberikan ruang gerak yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik
serta psikologi siswa.” Dalam peraturan tersebut, jelaslah disebutkan bahwa
proses pembelajaran harus dikemas secara berbeda yang di dalamnya menuntut keaktivan
siswa tanpa selalu berpusat kepada guru. Dalam keaktivan siswa tersebut, harus
dapat memberikan ruang gerak yang cukup agar siswa dapat berkembang sesuai
dengan bakat dan minatnya masing-masing. Proses pembelajaran yang interaktif
sangat diperlukan sebagai bentuk komunikatif antar siswa dan guru untuk
mempermudah penyampaian materi selama pembelajaran.
Asumsi dasar belajar dalam
implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah belajar sebagai proses
individual, proses sosial, menyenangkan, tak pernah berhenti, dan membangun
makna (kontruktivisme). Dalam konteks pembelajaran, siswa dipandang sebagai
individu yang aktif membangun pemahamannya sendiri dan pengetahuan dunia
sekitarnya dengan mengalami sendiri dan merefleksikan pengalaman tersebut.
Seiring dengan pengembangan filsafat konstruktivisme, muncul pemikiran kritis
dalam merenovasi pembelajaran yaitu PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, kreatif,
Efektif, dan Menyenangkan). Perubahan-perubahan dalam aktivitas pembelajaran di
kelas sangat diperlukan sebagai upaya merenovasi pembelajaran artikel yang
berlandaskan pada pemikiran kritis PAIKEM. Perubahan-perubahan itu bisa berupa
dari isi model pembelajaran yang dilakukan oleh guru, yang didalam model tersebut
terdapat strategi pencapaian kompetensi siswa dengan pendekatan, metode, dan
teknik. Dengan adanya perubahan perubahan tersebut dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran maka sudah merupakan upaya untuk melaksanakan pembelajaran yang
efektif.
Mata pelajaran kimia yang secara
terpisah, diberikan pertama kali kepada siswa kelas X SMA. Materi kimia yang
diberikan merupakan materi dasar yang masih tergolong mudah untuk dipelajari.
Hal ini tidak berarti bahwa tahap selanjutnya, kimia sangat sulit. Kesulitan akan
dirasakan apabila dalam mempelajari kimia di awal pertemuan sudah tidak menarik
lagi. Diperlukan adanya suatu inovasi pembelajaran kimia yang dikemas menarik
dan pada pelaksanaannya menyenangkan. Oleh karena itu, penerapan PAIKEM sangat
diperlukan untuk siswa kelas X SMA.
PEMBAHASAN
Kondisi
Pembelajaran Indonesia Saat Ini
Dunia pendidikan kita ditandai oleh
disparitas antara pencapaian academic
standard dan performance standard.
Faktanya, banyak peserta didik mampu menyajikan tingkat hafalan yang baik terhadap
materi ajar yang diterimanya, namun pada kenyataannya mereka tidak memahaminya.
Sebagian besar dari peserta didik tidak mampu menghubungkan antara apa yang
mereka pelajari dengan begaimana pengetahuan tersebut akan
dipergunakan/dimanfaatkan. Peserta didik memahami kesulitan untuk memahami
konsep akademik sebagaimana mereka biasa diajarkan yaitu dengan menggunakan
sesuatu yang abstrak dan metode ceramah. Padahal mereka sangat membutuhkan
untuk dapat memahami konsep-konsep yang berhubungan dengan tempat kerja dan
masyarakat pada umumnya dimana dimana mereka akan hidup dan bekerja.
Disparitas terjadi karena
pembelajaran selama ini hanyalah suatu proses pengondisian-pengondisian yang
tidak menyentuh realitas alami. Pembelajaran berlatar realitas artificial.
Aktivitas kegiatan belajar mengajar selama ini merupakan paeudo pembelajaran. Terdapat jarak cukup jauh antara materi yang
dipelajari dengan peserta didik sebagai insane yang mampelajarinya. Materi yang
dipelajari terpisah dari peserta didik yang mempelajarinya.
Sebagai medium perekat antara materi
dan peserta didik pada pembelajaran artificial adalah aktivitas mental berupa
hafalan. Pembelajaran lebih menekankan memorisasi terhadap materi yang
dipelajari daripada struktur yang terdapat dalam materi itu. Pembelajarn
seperti ini melelahkan dan membosankan.belajar bukan manifestasi kesadaran dan
pertisipasi,melainkan keterpaksaan dan mobilisasi. Dampak psikis itu tentu
kontraproduktif dengan hakikat pendidikan itu sendiri yaitu memanusiakan
manusia atas seluruh potensi kemanusiaan yang dimiliki secara kodrati. Pembelajaran
seharusnya menjadi aktivitas bermakna yakni pembebasan untuk mengaktualisasi
seluruh potensi kemanusiaan, bukan sebaliknya.
Hakikat
PAIKEM
Tuntutan Perundang-undangan
Undang-undang
No. 20 tentang Sisdiknas, pasal 40, dimana salah satu ayatnya berbunyi: “Guru
dan tenaga kependidikan berkewajiban untuk menciptakan suasana pendidikan yang
bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis.” Selain itu, dinyatakan
pula dalam Peraturan Pemerintah No. 19 tentang Standar Nasional Pendidikan,
pasal 19 ayat 1 yaitu, “proses pembelajaran pada satuan pendidikan
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, memberikan ruang gerak yang cukup
bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologi siswa.”
Dari tuntutan perundangan tersebut,
dengan jelas bahwa esensi pendidikan atau pembelajaran harus memperhatikan
kebermaknaan bagi peserta didik yang dilakukan secara dialogis atau interaktif,
yang pada intinya pembelajaran berpusat pada siswa sebagai pembelajar dan
pendidik sebagai fasilitator yang memfasilitasi agar terjadi belajar pada
peserta didik.
Asumsi Dasar Belajar bahwa Siswa
yang Membangun Konsep
Belajar dalam konteks PAIKEM
dimaknai sebagai proses aktif dalam membangun pengetahuan atau membangun makna.
Dalam prosesnya, seorang siswa yang sedang belajar akan terlibat dalam proses
sosial. Proses membangun makna dilakukan secara terus menerus(sepanjang hayat).
Makna belajar tersebut didasari oleh pandangan konstruktivisme.
Konstruktivisme merupakan suatu
pandangan mengenai bagaimana seseorang belajar, yaitu menjelaskan bagaimana
manusia membangun pemahaman dan pengetahuannya mengenai dunia sekitarnya
melalui pengenalan terhadap benda-benda dsi sekitarnya yang direfleksikan
melalui pengalamannya. Ketika kita menemukan sesuatu yang baru, kita dapat
merekonstruksinya dengan ide-ide awal dan pengalaman kita. Jadi, kemungkinan pengetahuan
itu mengubah keyakianan kita atau merupakan informasi baru yang diabaikan
karena merupakan sesuatu yang tidak relevan dengan ide awal.
Untuk mengimplementasikan
konstruktivisme di dalam kelas, guru harus memiliki keyakinan bahwa ketika
peserta didik datang ke kelas, otaknya tidak kosong dengan pengetahuan, mereka
datang ke dalam situasi belajar dengan pengetahuan, pemahaman,dan gagasan yang
sudah ada dalam pikiran mereka. Jika sesuai, pengetahuan awal ini merupakan
dasar untuk pengetahuan baru yang akan mereka kembangkan.
Ada beberapa prinsip yang harus
diperhatikan jika akan mengimplementasikan konstruktivisme dalam pembelajaran.
1.
Mengajukan masalah yang relevan untuk siswa.
2.
Membuat struktur pembelajaran untuk mencapai
konsep-konsep esensial.
3.
Menyadari bahwa pendapat (perspektif) siswa merupakan
jendela merupakan jendela mereka untuk menalar (berpikir).
4.
Mengedaptasikan kurikulum untuk memenuhi kebutuhan dan
pengembangan siswa.
5.
Melakukan asesmen terhadap hasil belajar siswa dalam
konteks pembelajaran (Brook and Brook,2002:1).
Peserta didik dalam belajar tidak
sekedar meniru dan membentuk bayangan dari apa yang diamati atau diajarkan
guru, tetapi secara aktif ia menyeleksi, menyaring, member arti, dan menguji
kebenaran atas informasi yang diterimanya. Pengetahuan yang dikonstruksi
peserta didik merupakan hasil interpretasi yang bersangkutan terhadap peristiwa
atau informasi yang diterimanya. Para pendukung konstruktivisme berpendapat
bahwa pengertian yang dibangun setiap individu peserta didik dapat berbeda dari
apa yang diajarkan guru (Bodner, 1987 dalam Nggandi Katu, 1999:2). Sedangkan
Paul Suparno (1997:61) mengemukaan bahwa menurut pandangan konstruktivis,
belajar merupakan proses aktif siswa dalam mengonstruksi arti (teks, dialog,
pengalaman fisis, dan lain-lain). belajar juga merupakan proses
mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan
pengertian yang sudah dipunyai seseorang sehingga pengertiannya dikembangkan.
Proses belajar yang bercirikan
konstruktivisme menurut para konstruktivis adalah sebagai berikut.
1.
Belajar berarti membentuk makna.
2.
Konstruksi arti sesuatu hal yang sedang dipelajari
terjadi dalam proses yang terus-menerus.
3.
Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta,
melainkan lebih dari itu, yaitu pengembangan pemikiran dengan membuat
pengertian baru.
4.
Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu
skema seseorang dalam keraguan yang merangsang pemikiran lebih lanjut. Situasi
ketidakseimbangan adalah situasi yang baik untuk memacu belajar.
5.
Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman peserta
didik dengan dunia fisik dan lingkungannya.
6.
Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah
diketahui peserta didik (konsep, tujuan, motivasi) yang mempengaruhi interaksi
dengan bahan yang dipelajari (Paul Suparno, 1997:61).
Denagn adanya pandangan
konstruktivisme, maka karakteristik iklim pembelajaran yang sesuai dengan
konstruktivisme tersebut adalah sebagai berikut.
1.
Peserta didik tidak dipandang sebagai suatu yang pasif
melainkan individu yang memiliki tujuan serta dapat merespon situasi
pembelajaran berdasarkan konsepsi awal yang dimilikinya.
2.
Guru hendaknya melibatkan proses aktif dalam
pembelajaran yang memungkinkan peserta didik mengkonstruksi pengetahuannya.
3.
Pengetahuan bukanlah sesuatu yang datang dari luar, melainkan
melalui seleksi secara personal dan sosial.
Di samping alasan-alasan mendasar
sebagaimana yang dipaparkan di atas, perlunya PAIKEM dilaksanakan dalam
membelajarkan peserta didik dikarenakan berbagai tantangan yang akan dihadapi
mereka saat ini. Tantangan kondisi saat ini diantaranya: (a) perkembangan
IPTEK, POLITIK, SOSBUD yang semakin cepat dan banyak perubahan, (b) laju
teknologi komunikasi informasi yang tingi, (c) sumber belajar semakin beragam,
(d) tuntutan kemandirian, klerja sama, kemampuan melakukan relasi sosial,
kemampuan untuk berpikir kritis, dan memecahkan masalah. Semua itu harus
dibekali kepada siswa agar mempu bersaing dalam era globalisasi, era ekonomi,
dan era pasar terbuka. Banyaknya perubahan yang terjadi di lingkungan kita, menuntut
perubahan-perubahan dalam pembelajaran.
Pilar-pilar
PAIKEM
Dalam PAIKEM, terdapat lima pilar
utama yaitu aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Sedangkan
huruf “P” merupakan pembelajaran yang didefinisikan sebagai pengorganisasian
atau penciptaan, atau pengeturan suatu kondisi lingkungan yang sebaik-baiknya,
yang memungkinkan terjadinya belajar pada peserta didik.
1.
Pembelajaran Aktif
Pembelajaran aktif yaitu pembelajaran yang lebih berpusat pada peserta
didik(student centered) daripada berpusat
pada guru (teacher centered). Untuk
mengaktifkan peserta didik, kata kunci yang dipegang guru adalah adanya
kegiatan yang dirancang untuk dilakukan siswa baik kegiatan berpikir (minds-on) dan berbuat (hands-on). Dalam pembelajaran ini,
harrus menumbuhkan suasana sedemikian rupa sehingga peserta didik aktif
bertanya, mempertanyakan, dan dan mengemukakan gagasan. Proses belajar disini
adalah proses belajar yang menumbuhkan dinamika belajar bagi peserta didik.
Dinamika untuk mengartikulasikan dunia idenya dan mengkonfrontir ide itu dengan
dunia realitas yang dihadapinya.
Fungsi dan peran guru lebih banyak sebagai fasilitator. Perbedaan
pembelajaran yang berpusat pada guru dan berpusat pada siswa adalah sebagai
berikut.
Pembelajaran
yang berpusat pada guru
|
Pembelajaran
yang berpusat pada siswa
|
Guru sebagai pengajar
|
Guru sebagai fasilitator dan bukan penceramah
|
Penyampaian materi pelajaran dominan melalui ceramah
|
Materi pembelajaran didapatkan siswa dari berbagai
sumber belajar dan cara belajar
|
Guru nebentukan apa yang mau diajarkan dan bagaimana
siswa mendapatkan informasi yang mereka pelajari
|
Siswa mengontrol proses belajar dan menghasilkan
karya sendiri tidak mengutip dari guru
|
2.
Pembelajaran Inovatif
Pembelajaran inovatif merupakan proses pemaknaan atas realitas kehidupan
yang dipelajari. Makna itu hanya bisa dicapai jika pembelajaran dapat
memfasilitasi kegiatan belajar yang member kesempatan kepada peserta didik
menemukan sesuatu melalui aktivitas belajar yang dilakukannya.
3.
Pembelajaran Kreatif
Pembelajaran kreatif yaitu pembelajaran yang menstimulasi siswa untuk
mengembangkan gagasannya dengan memanfaatkan sumber belajar yang ada. Pembelajaran
harus menumbuhkan pemikiran kritis, karena dengan pemikiran seperti itulah
kreativitas bisa dikembangkan. Pemikiran kritis adalah pemikiran reflektif dan
produktif yang melibatkan evaluasi bukti. Kreativitas adalah kemampuan berpikir
tentang sesuatu dengan cara baru dan tak biasa serta menghasilkan solusi unik
atas suatu problem. Berikut ini adalah strategi mengajar untuk mengembangkan
kreativitas siswa.
a.
Memberi kebebasan pada siswa untuk mengembangkan
gagasan dan pengetahuan baru.
b.
Bersikap respek dan menghargai ide-ide siswa.
c.
Penghargaan pada inisiatif dan kesadaran diri siswa.
d.
Penekanan pada prosese bukan penilaian hasil akhir
karya siswa.
e.
Memberikan waktu yang cukup untuk siswa menghasilkan
karya.
f.
Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk menggugah
kreativitas seperti : “mengapa”, “bagaimana”, “apa yang terjadi jika….” dan
bukan pertanyaan “apa”, “kapan”.
Strategi mengajar yang dapat mengembangkan kreativitas siswa akan
menghasilkan siswa-siswa yang kreatif dengan cirri-ciri sebagai berikut.
a.
Mampu memotivasi diri.
b.
Berpikir kritis.
c.
Daya imajinasi tinggi (imaginative).
d.
Berpikir orisinil/bukan kutipan dari guru (original).
e.
Memiliki tujuan untuk ingin berprestasi.
f.
Menyampaikan pemikiran dengan bahasa sendiri.
4.
Pembelajaran Efektif
Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menghasilkan apa yang
harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung (seperti
dicantumkan dalam tujuan pembelajaran). Efektivitas pembelajran merujuk pada
berdaya dan berhasil guna seluruh komponen pembelajaran yang diorganisir untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran efektif mencakup keseluruhan tujuan
pembelajaran baik yang berdimensi mental, fisik, maupun sosial. Pembelajaran
efektif memudahkan peserta didik belajar sesuatu yang bermanfaat.
5.
Pembelajaran Menyenangkan
Pembelajaran menyenangkan adalah pembelajaran dengan suasana socio emotional climate positif. Peserta
didik merasakan bahwa proses belajar yang dialaminya bukan sebuah derita yang
mendera dirinya, melainkan berkah yang harus disyukurinya. Belajar bukanlah
tekanan jiwa pada dirinya, namun merupakan panggilan jiwa yang harus
ditunaikannya. Pembelajaran menyenangkan menjadikan peserta didik ikhlas
menjalaninya.
Dave Meier (2002:36) memberikan pengertian menyenangkan atau fun sebagai suasana belajar dalam
keadaan gembira. Suasana gembira disini bukan berarti suasana rebut, hura-hura,
kesenangan yang sembrono, dan kemeriahan yang dangkal. Cirri-ciri suasana
belajar yang menyenangkan adalah : rileks, bebas dari tekanan, aman, menarik,
bangkitnya minat belajar, adanya keterlibatan penuh, perhatian peserta didik
tercurah, lingkungan belajar yang menarik, bersemangat, perasaan gembira, dan
konsentrasi tinggi. Sedangkan cirri suasana belajar yang tidak menyenangkan
adalah: tertekan, perasaan terancam, perasaan menakutkan, merasa tidak berdaya,
tidak bersemangat, malas/tidak berminat, jenuh/bosan, suasana pembelajaran monoton,
dan pembelajaran tidak menarik perhatian siswa.
Penerapan PAIKEM
Tercapainya suatu tujuan
pembelajaran adalah suatu kebutuhan yang wajib dicapai dalam proses
pembelajaran. Ragam tujuan pembelajaran ada dua yaitu instructional effects
(tujuan belajar yang eksplisit diusahakan untuk dicapai dengan tindakan
instruksional) dan nurturant effect (tujuan belajar sebagai hasil yang
menyertai tujuan belajara istruksional). Keduanya mempunyai hubungan yang
sangat erat, dimana bila salah satu muncul maka lainnya juga akan muncul. Maka
dari itu setiap proses pembelajaran haruslah dipertimbangkan tujuan-tujuan
pembelajaran yang hendak dicapai baik instructional effects maupun nurturant
effect sehingga dapat dibuat pembelajaran yang efektif.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran
dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah penerapan PAIKEM
dalam proses belajar mengajarnya. Pelajaran kimia bagi sebagian siswa kelas X
SMA merupakan pelajaran yang cukup sulit. Hal ini dikarenakan mereka mengalami
hal yang baru dan harus menerima materi yang sudah ditetapkan begitu padatnya.
Dalam pelajaran sains lain seperti biologi dan fisika, sudah mereka dapatkan
dasarnya pada saat sekolah menengah pertama. Kimia memang sudah diajarkan di
SMP, namun materinya jauh berbeda dengan materi yang akan mereka terima di SMA.
Mulai dari kelas X, pembelajaran
kimia sudah harus dibuat nyaman dengan menerapkan PAIKEM. Pembelajaran kimia
dibuat aktif dengan lebih menekankan student
centered daripada teacher centered.
Dalam hal ini, siswa aktif di setiap tatap muka pembelajaran. Guru hanya
menjadi fasilitator selama proses pembelajaran.
Pembelajaran aktif dapat diterapkan
dalam materi pembelajaran struktur atom, ikatan kimia, perhitungan kimia,
maupun senyawa hidrokarbon. Pembelajaran inovatif sangat penting terutama dalam
penyampaian materi kimia tentang definisi konsep dasar. Mempelajari definisi
memang bisa dilakukan secara mandiri dengan membacanya secara individual. Namun
biasanya siswa menjadi malas untuk belajar. Maka penerapan pembelajaran
inovatif dapat diterapkan dalam materi tersebut, yaitu perkembangan table
periodik unsur, perkembangan teori atom, maupun hukum-hukum dasar kimia.
Pembelajaran kreatif harus diterapkan dalam semua materi pembelajaran.
Pembelajaran ini bertujuan agar siswa tidak merasa bosan dengan pembelajaran
yang monoton. Kreativitas bisa diterapkan dalam pembelajaran di kelas, di
laboratorium, maupun di alam terbuka. Kreativitas tidak terbatas pada ruangan,
peralatan, maupun waktu. Salah satu contoh pembelajaran kimia yang kreatif
adalah praktikum kimia menggunakan alat dan bahan yang sudah tidak terpakai/barang
bekas. Selain mengurangi pencemaran lingkungan, juga dapat menanamkan
kreativitas pada peserta didik. Pembelajaran efektif seharusnya diterapkan agar
siswa dapat benar-benar menerapkan materi yang sudah dikuasai selama proses
pembelajaran. Pembelajaran menyenangkan adalah hal utama dari semua
pembelajaran. Ketika siswa sudah tidak merasa senang selama berlangsungnya
pembelajaran, menggunakan metode secanggih apapun tidak akan bisa mengatasi.
Justru malah membuat siswa semakin bosan dan tertekan. Pembelajaran
menyenangkan dapat dibuat secara sederhana namun tidak mengabaikkan tujuan
utama pembelajaran. Dalam pembelajaran dapat diselingi dengan humor, brain stroming, maupun permainan kecil
untuk membuat suasana kelas menjadi lebih fresh.
Jadi, penerapan PAIKEM memang sangat penting selama proses pembelajaran kimia
untuk siswa kelas X SMA. Harapannya, siswa tidak ragu untuk memasuki jurusan
IPA di tahap penjurusan pada awal kelas XI.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
PAIKEM adalah pembelajaran bermakna
yang dikembangkan dengan cara membantu siswa membangun keterkaitan antara
informasi baru dengan pengalaman yang telah dimiliki dan dikuasai siswa. PAIKEM
seharusnya diterapkan dalam pembelajaran kimia untuk siswa kelas X SMA agar
mereka dapat menggunakan konsep kimia untuk dipergunakan di luar kelas.
Saran
Berikut inibeberapa saran yang dapat
membantu untuk menerapkan PAIKEM selama proses pembelajaran.
1.
Guru memberikan fasilitas yang memadai kepada siswa
agar proses belajar memngajar dapat berlangsung secara optimal.
2.
Siswa berperan aktif selama proses pembelajaran.
3.
Guru tidak membatasi ruang gerak siswa dalam
mengembangkan kreativitasnya.
4.
Guru membuat suasana pembelajaran yang menyenangkan dan
tidak monoton dalam pembelajaran tersebut.
Tag :
Pendidikan Kimia,
Teori Pendidikan
0 Komentar untuk "PENERAPAN PAIKEM DALAM MEMBUDAYAKAN BELAJAR KIMIA YANG ASYIK UNTUK SISWA KELAS X"
Berkomentarlah dengan baik dan sopan, saya akan berusaha untuk menjawab setiap pertanyaan dan menanggapi setiap komentar yang anda berikan, :)
Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya :)