Praktek
mendidik telah berlangsung jutaan tahun lamanya, terkadang terkadang terjadi
secara berulang dan kurang mendapat evaluasi yang cukup oleh para pelakunya.
Sebagian dari mereka melakukan praktek ini secara ritualistik dan formalistik
dan kurang memperhatikan kondisi keunikan masing-masing peserta didik serta
perubahan lingkungan sehingga memunculkan sebuah praktek yang dinamakan oleh
Paulo Freire sebagai praktek dehumanisasi. Begitu pula yang terjadi dalam
praktek mengajar mata pelajaran kimia. Sebagian guru masih mengajar dengan cara
monoton dan terpusat pada guru.
Pembelajaran
yang demikian tentu akan membosankan peserta didik. Mata pelajaran kimia yang
biasanya sudah dianggap sulit menjadi semakin tidak menyenangkan. Siswa semakin
tidak tertarik dengan belajar kimia. Untuk itu, diperlukan solusi berupa
strategi pebelajaran kimia, yang mana guru menciptakan kondisi yang
menyenangkan dan memungkinkan untuk siswa belajar kimia dengan baik.
Salah
satu inovasi strategi pembelajaran kimia adalah dengan mengkolaborasikan
pendidikan karakter dengan salah satu metode pembelajaran. Mengapa pendidikan
karakter harus dimasukkan di sini? Sekarang marilah kita lihat kondisi negara kita.
Hampir setiap pejabat baik di tingkat daerah ataupun pusat terlibat kasus
korupsi dan suap. Timothy Wibowo dalam pentingnya pendidikan karakter dalam
dunia pendidikan, mengatakan bahwa dari sudut pandang psikologis, dia melihat
terjadi penurunan kualitas usia psikologis. Maksud usia psikologis adalah usia
kedewasaan, usia kelayakan dan kepantasan yang berbanding lurus dengan usia
biologis. Jika anak sekarang usia 21 tahun seakan mereka seperti berumur 12
atau 11 tahun. Dia juga berulangkali bekerjasama dengan anak usia tersebut dan
hasilnya kurang maksimal. Dia tidak kapok
berulang-ulang bekerjasama dengan mereka dan secara tidak sengaja menemukan
pola yang cenderung berulang, dia mengamati dan mengevaluasi perilaku dan
karakter mereka. Dia juga menemukan survey yang mengatakan rata-rata setelah
sekolah seorang anak perlu lima sampai tujuh tahun beradaptasi dengan dunia
kerja dan rata-rata dalam kurun waktu tersebut pindah kerja tiga sampai lima
kali.
Proses
seperti itu sering disebut dengan proses mencari jati diri,yang merupakan salah
satu karakter yang mutlak dimiliki oleh setiap orang untuk menjalani kehidupan
di dunia yang sesungguhnya agar tidak mengalami hambatan. Agar mereka tidak
putus asa karena tumbuh perasaan tidak mampu di dalam dirinya dan seumur hidup
terpenjara oleh keyakinan yang salah.
Melihat
fakta-fakta di atas, tentunya pendidikan karakter sekarang ini mutlak
diperlukan bukan hanya di sekolah saja, tetapi juga di rumah dan di lingkungan
sosial. Bahkan sekarang ini peserta pendidikan karakter bukan lagi anak usia
dini hingga remaja, tetapi juga usia dewasa. Namun yang akan kita bahas saat
ini adalah pendidikan karakter yang dilaksanakan di sekolah-sekolah, terutama
yang terjadi dalam kegiatan belajar mengajar.
Seperti
yang telah disebutkan di atas, selain internalisasi pendidikan karakter dalam
proses belajar mengajar di sekolah, juga diperlukan adanya inovasi-inovasi
dalam pembelajaran. Terutama dalam mata pelajaran kimia, sangat dibutuhkan
adanya strategi pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar siswa
yang bermakna. Sehingga, selama belajar siswa tidak hanya sebatas mengetahui
dan menghafal konsep-konsep dalam kimia, yang mungkin setelah selesai belajar
atau ulangan harian akan terlupakan. Akan tetapi dengan metode ini diharapkan
siswa dapat merasakan pengalaman belajar yang sesungguhnya. Mereka langsung
mempraktekkan dan mungkin lebih baik lagi bisa menemukan konsep-konsep kimia.
Sehingga proses dan hasil belajar siswa bisa berarti bagi mereka dan mereka
dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-harinya.
Strategi
pembelajaran kimia yang akan saya tawarkan adalah pembelajaran kuantum. Dalam
(Udin Saefudin Sa’ud, 2008) disebutkan bahwa pembelajaran kuantum dikembangkan
oleh Bobby DePorter (1992) yang beranggapan bahwa metode belajar ini sesuai
dengan carra (sic!) kerja otak
manusia dan cara belajar manusia pada umumnya. Dengan model SuperCamp yang
dikembangkan bersama kawan-kawannya pada awal tahun 1980 an, prinsip-prinsip
dan model pembelajaran kuantum menentukan bentuknya. Dalam SuperCamp tersebut,
kurikulum dikembangkan secara harmonis dan berisi kombinasi dari tiga unsur
yaitu: keterampilan akademis (academic
skills), prestasi atau tantangan fisik (physical
challenge) dan keterampilan dalam hidup (life skills). Pembelajaran berdasarkan pada landasan konteks yang
menyenangkan dan situasi penuh kegembiraan. Model pembelajaran kuantum
dicetuskan oleh seorang pendidik berkebangsaan Bulgaria Georgi Lozanov yang
melakukan uji coba tentang sugesti dan pengaruhnya terhadap hasil belajar,
teorinya yang terkenal disebut suggestology. Menurut Lozanov, pada prinsipnya
sugesti itu mempengaruhi hasil belajar. Teknik yang digunakan untuk memberikan
sugesti positif dalam belajar di antaranya yaitu mendudukkan siswa secara
nyaman, memasang musik di dalam kelas atau lapangan, meningkatkan partisipasi
siswa, menggunakan poster-poster dalam menyampaikan suatu informasi dan
menyediakan guru-guru yang berdedikasi tinggi.
Dalam
pembelajaran kuantum ini, guru dituntut untuk terampil dalam merancang,
mengembangkan dan mengelola sistem pembelajaran sehingga guru mampu menciptakan
pembelajaran yang efektif, menggairahkan dan memiliki keterampilan hidup.
Dengan demikian, pembelajaran kuantum ini merupakan bentuk inovasi penggubahan
bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar.
Pembelajaran kuantum merupakan suatu model yang menyajikan model pembelajaran
“orkestrasi” yang terdiri dari dua unsur pokok, yaitu konteks dan isi. Konteks
secara umum akan mejelaskan tentang lingkup lingkungan belajar baik lingkungan
fisik maupun lingkungan psikhis. Sedangkan konten/isi berkenaan dengan
bagaimana isi pembelajaran dikemas untuk disampaikan kepada siswa.
Bobby
DePorter, yang dikutip oleh Udin Sefudin Sa’ud dalam bukunya Inovasi
Pendidikan, menyebutkan bahwa pembelajaran kuantum mengkonsep tentang “menata
pentas lingkungan belajar yang tepat”, maksudnya bagaimana upaya penataan
situasi lingkungan belajar yang optimal baik secara fisik maupun mental. Dengan
mengatur lingkungan belajar sedemikian rupa, para pelajar diharapkan mendapat
langkah pertama yang efektif untuk mengatur pengalaman belajar. Lingkungan
belajar terdiri dari lingkungan mikro dan lingkungan makro. Lingkungan mikro
adalah tempat siswa melakukan proses belajar, bekerja dan berkreasi. Bagaimana
desain ruanga (sic!), penataan
cahaya, musik pengiring yang kesemuanya ini mempengaruhi siswa dalam menyerap,
menerima dan mengolah informasi. Lebih khusus lagi perhatian kepada penataan
lingkungan formal, seperti meja, kursi, tempat khusus dan tempat belajar yang
teratur.
Lingkungan
makro adalah dunia luas, artinya siswa diminta untuk menciptakan kondisi ruang
belajar di masyarakat. Mereka diminta untuk memperluas lingkup pengaruh dan
kekuatan pribadi, berinteraksi sosial ke lingkungan masyarakat yang
diminatinya. Semakin siswa berinteraksi dengan lingkungan, semakin mahir
mengatasi situasi-situasi yang menantang dan semakin mudah mempelajari
informasi baru. Setiap siswa diminta berhubungan secara aktif dan mendapat
rangsangan masyarakat, agar mereka kelak mendapat pengalaman membangun
pengetahuan pribadi.
Asas
utama yang digunakan dalam pembelajaran kuantum adalah “Bawalah dunia mereka ke
dunia kita dan antarkan dunia kita ke dunia mereka”. Dengan demikian dapat
diketahui, langkah awal dalam melaksanakan pembelajaran seorang guru perlu
memasuki dunia atau keidupan siswa. Memahami dunia dan kehidupan siswa,
merupakan lisensi bagi para guru untuk memimpin, menuntun dan memudahkan
perjalanan siswa dalam meraih hasil belajar yang optimal. Mengenai hal ini, salah
satu cara yang bisa digunakan dalam pembelajaran kimia misalnya, mengaitkan
materi yang akan diajarkan dengan peristiwa-peristiwa, pikiran atau perasaan,
tindakan yang diperoleh siswa dalam kehidupan baik di rumah, di sekolah maupun
di lingkungan masyarakat. Setelah kaitan itu terbentuk, maka guru dapat
memberikan pemahaman tentang materi pembelajaran yang disesuaikan dengan kemampuan,
perkembangan dan minat bakat siswa.
Pemahaman
terhadap “hakikat” siswa menjadi lebih penting sebagai “jembatan” untuk
menghubungkan dan memasukkan “dunia kita” kepada dunia mereka. Apabila seorang
guru telah memahami dunia siswa, maka siswa telah merasa diperlakukan sesuai
dengan tingkat perkembangan mereka, sehingga pembelajaran akan menjadi harmonis
seperti sebuah “orkestrasi” yang saling bertautan dan saling mengisi. Sebuah
pepatah mengatakan, ajarilah, tuntun, fasilitasi, dan bimbinglah anak didik kalian,
sesuai dengan tingkat kebutuhan dan daya pikirnya (Udin Saefudin Sa’ud, 2008).
Selain
azas utama tadi, pembelajaran kuantum memiliki lima prinsip (Bobby DePorter,
1992) yang dikutip oleh Udin Saefudin Sa’ud (2008), yaitu:
a. Segalanya
berbicara, maksudnya bahwa seluruh lingkungan kelas hendaknya dirancang untuk
dapat membawa pesan belajar yang dapat diterima oleh siswa, ini berarti
rancangan kurikulum dan rancangan pembelajaran guru, informasi, bahasa tubuh,
kata-kata, tindakan, gerakan dan seluruh kondisi lingkungan haruslah dapat
berbicara membawa pesan-pesan belajar bagi siswa.
b. Segalanya
bertujuan, maksudnya semua penggubahan pembelajaran tanpa kecuali harus
mempunyai tujuan-tujuan yang terkontrol. Sumber dan fasilitas yang terlibat
dalam setiap pembelajaran pada prinsipnya untuk membantu perubahan perilaku
kognitif, afektif dan psikomotor.
c. Pengalaman
sebelum pemberian nama, maksudnya sebelum siswa belajar memberi nama
(mendefinisikan, mengkonseptualisasi, membedakan, mengkatagorikan) hendaknya
telah memiliki pengalaman informasi yang terkait dengan upaya pemberian nama
tersebut.
d. Mengakui
setiap usaha, masudnya semua usaha belajar yang telah dilakukan oleh siswa
harus memperoleh pengakuan guru dan siswa lainnya. Pengakuan ini penting agar
siswa selalu berani melangkah ke bagian berikutnya dalam pembelajaran.
e. Merayakan
keberhasilan, maksudnya setiap usaha dan hasil yang diperoleh dalam
pembelajaran pantas dirayakan. Perayaan ini diharapkan memberi umpan balik dan
motivasi untuk kemajuan fan (sic!)
peningkatan hasil belajar berikutnya.
Kemudian
Bobby DePorter (1992) dalam Udin Saefudi Sa’ud (2008), mengembangkan strategi
pembelajaran kuantum melalui istilah TANDUR, yaitu:
a. Tumbuhkan,
yaitu dengan memberikan apersepsi yang cukup sehingga sejak awal kegiatan siswa
telah termotivasi untuk belajar dan memahami Apa Manfaatnya Bagiku (AMBAK).
b. Alami,
berikan pengalaman nyata kepada setiap siswa untuk mencoba.
c. Namai,
sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi dan model lainnya.
d. Demonstrasikan,
sediakan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan kemampuannya.
e. Ulangi,
beri kesempatan untuk mengulangi apa yang telah dipelajarinya, sehingga setiap
siswa merasakan langsung dimana kesulitan akhirnya datang kesuksesan, kami bisa
bahwa kami memang bisa.
f. Rayakan,
dimaksudkan sebagai respon pengakuan yang proporsional.
Rancangan
pembelajaran kuantum yang dapat dikembangkan terdiri dari tiga bagian meliputi:
pengembangan konteks, pengembangan konten dan pengembangan strategi atau
pendekatan pembelajaran.
1. Pengembangan
konteks
Dimensi konteks dalam
pembelajaran kuantum terbgi menjadi empat bagian, yaitu:
a. Suasana
belajar yang menggairahkan
Guru harus mampu
menciptaka suasana pembalajran (sic!)
yang memberdayakan siswa. Untuk menciptakan suasana yang dinamis dan menggairahkan
dalam belajar, guru atau fasilitator perlu memahami dan dapat menerapkan
aspek-aspek pembelajaran kuantum sebagai berikut.
Ø Kekuatan
niat dan berpandangan positif
Ø Menjalin
rasa simpati dan saling pengertian
Ø Keriangan
dan ketakjuban
Ø Mau
mengambil risiko
Ø Menumbuhkan
rasa saling memiliki
Ø Menujukkan
keteladanan (Udin Saefudin Sa’ud, 2008)
b. Landasan
yang kukuh
Menegakkan landasan
yang kukuh dalam pembelajaran kuantum dapat dilakukan dengan cara
mengkomunikasikan tujuan pembelajaran, mengukuhkan prinsip-prinsip keunggulan,
meyakini kemampuan diri dan kemampuan siswa, kesepakatan, kebijakan, prosedur
dan peraturan serta menjaga komunitas belajar tetap tumbuh dan berjalan.
c. Lingkungan
yang mendukung
Lingkungan kelas akan
berpengaruh terhadap kemampuan siswa dalam memusatkan perhatian dan menyerap
informasi sebanyak-banyaknya. Dengan demikian, dalam pembelajaran kuantum guru
memiliki kewajiban menata lingkungan yang dapat mendukung situasi belajar
dengan cara: mengorganisasikan dan memanfaatkan lingkungan sekitar; menggunakan
alat bantu yang mewakili satu gagasan; pengaturan frmasi siswa; pemutaran musik
yang sesuai dengan kondisi belajar (Udin Saefudin Sa’ud, 2008).
d. Perancangan
pengajaran yang dinamis
Di sini guru perlu memasuki
dunia siswa baik sebelum maupun saat berlangsungnya pembelajaran yang dapat
membawa suksesnya pembelajaran, karena membantu guru menyelesaiakan
pembelajaran lebih cepat, lebih melekat dan lebih bermakna dengan hasil belajar
yang memuaskan. Dalam pembelajaran kuantum ini guru merancang pembelajaran
bermula kelompok besar, dilanjutkan dengan belajar dalam kelompok kecil,
diakhiri dengan belajar perorangan.
2. Pengembangan
konten
Dimensi knten/isi dalam
pembelajaran kuantum juga dikelompokkan menjadi empat bagian, yang mana dua
bagian mengkaji kemampuan guru dalam melakukan presentasi dan fasilitasi, dua
bagian lainnya memberi tip tentang kiat-kiat keterampilan belajar siswa dan
keterampilan hidup.
a. Mengorkestrasi
presentasi prima
Kemampuan guru
mengorkestrasi presentasi prima merupakan kemampuan berkomunikasi denga (sic!) menekankan interaksi sesuai dengan
rancangan pembelajaran yang telah ditetapkan. Guru mengajarkan keterampilan
hidup di tengah-tengan keterampilan akademis, mengembangkan aspek fisik, mental
dan spritual (sic!) para siswa dengan
memperhatikan kualitas interaksi antar siswa, antar siswa dengan guru, dan
antar siswa dengan kurikulum. Dalam berkomunikasi dengan siswa, guru
menyesuaikan pesan atau materi pelajaran dengan modalitas utama para siswanya,
karena itu guru harus menguasai prinsip-prinsip kmunikasi secara visual,
auditorial, dan kinestetik yang diyakini sebagai jalan menuju kesuksesan
belajar. Ketika guru mengajar, memberikan pengarahan, menata konteks,
memberikan umpan balik, hendaknya dilaksanakan empat prinsip komunikasi, yaitu:
memunculkan kesan yang diinginkan, mengarahkan perhatian, bersifat mengajak dan
tepat sasaran (Udin Saefudin Sa’ud, 2008).
b. Mengorkestrasi
fasilitas yang elegan
Pengorkestrasian
fasilitas yang elegan ini akan memudahkan siswa berinterkasi dengan kurikulum.
Dan juga akan memudahkan partisipasi siswa dalam aktivitas belajar sesuai
dengan yang diinginkan dengan tingkat ketertarikan, minat, fokus dan
partisipasi yang optimal. Strategi yang dapat diterapkan dalam pembelajaran
kuantum, antara lain: menerapkan prinsip KEG (Know it, Explain it, Get it and give feedback), model kesuksesan
dari sudut pandang fasilitator, membaca pendengar, mempengaruhi melalui
tindakan, menciptakan strategi berfikir dan tanya jawab belajar.
c. Mengorkestrasi
keterampilan belajar dan keterampilan hidup
Dalam pembelajaran
kuantum, keterampilan belajar dapat membantu siswa mencapai tujuan belajar
dengan efisien dan cepat, dengan tetap mempetahankan minat belajar, karena
belajar dapat langsung terfokus tetapi santai. Ada empat strategi untuk
membantu siswa mengorkestrasi keterampilan belajar, yaitu, memanfaatkan gaya
belajar, keadaan prima untuk belajar, mengorganisasikan informasi dan
memunculkan potensi siswa.
Dari beberapa penjelasan di atas,
tentunya banyak sekali yang dapat kita terapkan dalam praktek pembelajaran
kimia. Dalam pembelajaran kuantum ini, sebelum merencanakan pembelajaran guru
dituntut untuk mampu menyelami dunia anak didiknya terlebih dahulu. Sebenarnya,
untuk tuntutan yang satu ini sangat sulit, bahkan mungkin tidak bisa
dilaksanakan di lapangan. Bayangkan saja, satu orang guru mengampu mata
pelajaran kimia kelas X SMA yang nota
bene adalah siswa baru semua. Dan guru tidak hanya mengajar satu atau dua
kelas, tetapi biasanya di sekolah-sekolah yang besar guru itu paling sedikit
mengampu tiga kelas. Kalau sebelum menyusun rencana pembelajaran guru harus
menyelami karakter peserta didiknya tentu waktunya akan terpotong, padahal
selama satu tahun itu guru juga harus menyampaikan sekian materi kepada
siswanya.
Mungkin yang dapat dilakukan oleh
guru adalah menyusun rencana pembelajaran terlebih dahulu. Pembelajaran yang
disusun ini sebaiknya sifatnya dinamis, sehingga ketika dirasa tidak cocok
dengan pengalaman atau karakter siswa, guru dapat merubahnya menjadi
pembelajaran yang lebih cocok dan benar-benar dapat membantu siswa belajar
dengan optimal. Kemudian seiring berjalannya waktu, sedikit demi sedikit guru
berusaha mencoba menyelami karakter mereka.
Dalam pembelajaran kuantum juga
disebutkan bahwa proses pembelajaran itu sebagaimana orkestrasi atau penataan
panggung belajar yang diharapkan mampu mengoptimalkan proses dan hasil belajar
siswa. Pembelajaran kimia itu sendiri dapat dilaksanakan dengan berbagai
strategi yang sangat bervariatif, mulai dari ceramah, demonstrasi, praktikum
bahkan mungkin melakukan sebuah proyek. Berkaitan dengan pembelajaran kuantum
ini, guru boleh memilih metode mana yang akan digunakan dalam pembelajaran
kimia disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan dan karakter siswanya.
Guru harus mampu mengorganisasikan komponen-komponen baik di dalam maupun di
lingkungan belajar siswa agar membantu mengoptimalkan belajar siswa.
Selain terfokus pada strategi
pembelajaran yang akan dilaksanakan, guru juga harus memperhatikan intervensi
pendidikan karakter selama proses belajar. Hal ini mungkin dapat dilakukan
dengan menggunakan metode yang dapat mengkondisikan siswa harus melakukan
sesuatu hal yang memerlukan karakter yang diharapkan. Contohnya, apabila guru
menghendaki siswanya memiliki karakter tahan uji, sabar, tekun dan bersikap
ilmiah, guru dapat menggunakan metode proyek.
Hal ini memang berat untuk
dilaksanakan oleh seorang guru. Namun itulah mulianya tugas seorang guru. Yang
mana, apabila setiap guru berhasil mendidik siswanya baik secara akademis
maupun mampu membentuk karakter yang baik, maka bangsa inilah yang akan
merasakan manfaatnya. Bravo Guru!
Tag :
Pendidikan Kimia,
Teori Pendidikan
1 Komentar untuk "Inovasi Pembelajaran Kuantum dan Pendidikan Karakter untuk Mata Pelajaran Kimia"
secara toritik / tekstual... Kimia sesungguhnya merupakan kajian ilmu sains yang sangat menarik. Namun dalam praktiknya tidak sedikit peserta didik merasa kesulitan dalam memahami konsep-konsep kimia yang pada akhirnya berujung pada ketidakcintaak terhadap kimia. Bahkan menjadi Momok bahwa Kimia itu Sulit.
Dengan uraian pendekatan Inovasi pembeljaran kuantum dan Pendidikan karakter, maka tidak semestinya peserta didik itu menjadi takut dengan ilmu kimia, bahkan dengan inovasi pembelajaran kuantum dan pendidikan karakter merupakan inovasi yang akan membangkitkan semangat peserta didik untuk lebih mencintai kimia.
Sesungguhnya ketidakcintaan peserta didik terhadap kimia itu bukan karena materinya yang sulit (keabstrakaknya tinggi)akan tetapi karena strategi guru dalam penyajian kimia itu yang menjadi sumber utama masalahnya. Sehingga guru setidaknya selalu mencari dan mencari informasi untuk pembeljaran kimia yang menarik dan inovatif.
Selamat semoga Pembelajaran Kuantum dapat dipahami oleh semua guru di NKRI demi kejayaan masa depan bangsa.
Berkomentarlah dengan baik dan sopan, saya akan berusaha untuk menjawab setiap pertanyaan dan menanggapi setiap komentar yang anda berikan, :)
Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya :)