Translate

BERBAGAI ALTERNATIF METODE PEMBELAJARAN INOVATIF DALAM PEMBELAJARAN KIMIA SMA UNTUK MENUNJANG PRESTASI BELAJAR SISWA

Berdasarkan UU No. 20 tahun 2003 pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

Fenomena klasik yang secara umum terjadi pada dunia pendidikan termasuk Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah prestasi belajar yang cenderung menurun atau stagnan. Hal ini dapat terjadi disebabkan oleh kurang optimalnya proses pembelajaran dan prasarana serta sumber pembelajaran. Agar prestasi belajar cenderung naik dalam posisi baik maka diperlukan kajian pengoptimalan proses pembelajaran melalui inovasi model-model pembelajaran. Meskipun telah tersedia berbagai prasarana yang menjajikan, hal tersebut belum menjamin berhasilnya suatu proses belajar mengajar. Dalam hal ini, interaksi antara guru dan siswalah yang merupakan akar permasalahan yang harus dihadapi. Apabila interaksi antara kedunya tidk berjalan lancar, maka proses pembelajaran pun tak akan berjalan dengan baik. Disini tugas seorang guru adalah mengarahkan dan membimbing siswa agar dapat belajar secara mandiri, dalam artian seorang siswa tidak selalu mnegandalkan guru sebagai satu-satunya sumber belajar. Dalam mengarahkan dan membimbing siswanya ini, guru harus memiliki strategi agar siswa dapat memahami materi yang disampaikan. Tentunya dalam menyampaikan materi, tidak hanya ada satu strategi yang digunakan. Guru harus pintar memilih strtaegi yang digunakan untuk menyampaikan suatu materi tertentu.

               
Saat ini ilmu kimia mengalami perkembangan yang cukup pesat, baik dalam hal penambahan materi atau karena adanya penemuan penemuan baru dari teori-teori yang sudah ada. Hal ini tentu saja sangat berpengaruh terhadap pendidikan kimia khususnya di tingkat Sekolah Menengah Atas, dimana materi kimia semakin bertambah banyak sementara di pihak lain alokasi waktu mata pelajaran kimia atau jumlah jam tatap muka semakin sedikit. Hal ini perlu disikapi  atau dipikirkan bagaimana memberikan materi pendidikan kimia di tingkat SMA agar dihasilkan lulusan yang kompetitif, bermutu , sesuai dengan Standar Kompetensi yang telah ditetapkan.
            Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan pengembangan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), yang pelaksanaannya terdapat beberapa perubahan baik pada jenis mata pelajaran maupun alokasi waktu yang diberikan pada masing masing mata pelajaran. Salah satu mata pelajaran yang sebelumnya hanya disampaikan mulai Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, namun saat ini mulai diajarkan pada tingkat Sekolah Menengah Tingkat Pertama (SMP/MTs) yaitu pelajaran kimia. Mata pelajaran kimia tidak lagi disisipkan pada mata pelajaran fisika atau biologi. Meskipun mata pelajaran kimia baru disampaikan pada siswa siswi yang telah duduk di kelas IX. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang saat ini berlaku menuntut siswa untuk berperan aktif dalam proses belajar mengajar sehingga diperlukan strategi pembelajaran yang mendukung tercapainya tujuan tersebut. Siswa sebagai subjek belajar harus berperan aktif dalam pembelajaran. Keaktifan siswa dinilai dari peranannya dalam pembelajaran, seperti bertanya, menjawab pertanyaan, dan memberi tanggapan. Di samping itu, keaktifan siswa merupakan bentuk pembelajaran mandiri, yaitu siswa berusaha mempelajari segala sesuatu atas kehendak dan kemampuannya atau usahanya sendiri, sehingga dalam hal ini guru hanya berperan sebagai pembimbing, motivator, dan fasilitator. Dalam proses pembelajaran guru mempunyai peranan penting dalam menciptakan kondisi pembelajaran yang mendorong peran aktif dan pemahaman siswa. Usaha untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang dapat melibatkan peran aktif siswa membutuhkan kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran yang sesuai dan bervariasi sehingga siswa akan berperan aktif dan tercapai hasil yang diharapkan (Eko, dkk., 2009).

Mata pelajaran kimia adalah mata pelajaran yang dianggap membosankan dan menakutkan bagi sebagian besar siswa; menakutkan karena terdapat beberapa pokok bahasan yang memerlukan kemampuan matematis yang relatif sulit, seperti stoikiometri, kesetimbangan kimia, larutan buffer, dan sebagainya; sedangkan membosankan karena sebagian besar terdiri atas pokok bahasan yang memerlukan pemahaman dengan menghafal sifat-sifat zat baik sifat fisik maupun sifat kimia, seperti kimia organik, struktur atom, biokimia, dan kimia unsur. Pembelajaran mata pelajaran apapun termasuk mata pelajaran kimia memang bisa membosankan bila diberikan secara monoton dengan hanya menjejali siswa, siswa pasif menerima apa adanya yang diberikan oleh guru. Guru dalam proses pembelajaran kimia tidak hanya sebagai pemberi fakta dan konsep, tetapi bagaimana siswa dilatih untuk menemukan fakta dan konsep.

                        Tujuan mata pelajaran kimia di SMA adalah agar siswa memahami konsep-konsep kimia dan saling keterkaitan serta penerapannya untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan teknlogi. Selain itu, belajar ilmu kimia tidak hanya bertujuan menemukan zat-zat kimia yang langsung bermanfaat bagi kesejahteraan manusia belaka, akan tetapi ilmu kimia dapat pula memenuhi keinginan seseorang untuk memahami berbagai peristiwa alam yang diterapkn dalam kehidupan sehari-hari, mengakui hakikat materi dan perubahannya, menanamkan metode ilmiah, mengembangkan kemampuan dalam mengajukan gagasan-gagasan dan memupuk ketekunan serta ketelitian kerja. Dengan belajar kimia, siswa pun akan memperoleh pengalaman dalam menerapkan metode ilmiah melalui percobaan atau eksperimen (Depdiknas, 2003).

Dalam pembelajaran kimia diharapkan tidak hanya memberikan pengetahuan sebanyak-banyaknya kepada siswa, tetapi mampu merangsang berpikir, bersikap ilmiah dan kreatif serta tanggung jawab siswa terhadap peristiwa sehari-hari yang relevan dengan pelajaran kimia. Selain memahami konsep kimia, siswa diharapkan dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari  serta menyadari dampaknya terhadap lingkungan dan berusaha mencari solusinya sehingga dapat melestarikan lingkungan sekitarnya. Melihat kenyataan ini diperlukan suatu solusi pembelajaran, dengan model pembelajaran yang sesuai diharapkan siswa akan lebih aktif dan dapat mengumpulkan informasi dengan stimulus pertanyaan efektif sehingga mewujudkan kompetensi siswa, sehingga pembelajaran dapat diterima siswa dan guru (Eko, dkk., 2009).

                        Berbagai inovasi pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar siswa sangat diperlukan agar pembelajaran lebih optimal maka pembelajaran harus inovatif sesuai dengan pokok bahasan yang diajarkan dalam meningkatkan prestasi beajar siswa. Inovasi pembelajaran terutama dalam menghasilkan model pembelajaran baru perlu mendapat perhatian pada saat ini terutama pada pembelajaran inovatif yang dapat memberikan hasil belajar yang lebih baik, peningkatan efisisensi, dan efektivitas pembelajaran menuju pembaharuan. Inovasi dalam pendidikan sering dihubungkan dengan pembaharuan yang berasal dari hasil pemikiran kreatif, temuan, dan modifikasi yang memuat ide dan metode yang dipergunakan untuk mengatasi suatu permasalahan pendidikan (Joice dan Weil, 1980). Pembelajaran yang baik harus dapat berfungsi sebagai alat komunikasi dalam penyampaian materi pembelajaran. Agar inovasi model pembelajaran berhasil optimum sesuai dengan tujuan yang diinginkan, beberapa hal perlu dipertimbangkan dalam inovasi seperti lingkungan belajar. Dewasa ini perkembangan teknologi dan informasi sungguh pesat, banyak strategi dan inovasi pembelajaran kimia. Inovasi pembelajaran ini dapat dibuat oleh guru atau diadopsi dari ata pelajaran lain yang sudah berhasil. Akan tetapi, inovasi pembelajaran ini harus efektif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Untuk mengoptimalkan pembelajaran kimia, maka diperlukan pengembangan model-model pembelajaran yang sesuai sehingga penyampaian materi ajar menjedai optimum (Nahadi, 2009).

Pembelajaran yang inovatif adalah suatu pendekatan pengajaran yang memberikan kebaruan dengan berlandaskan kebutuhan pembelajaran pada tataran penddikan pada saat itu. Inovasi pembelajaran sains meliputi strategi, metode dan prinsip pengajaran yang digunakan dalam pembelajaran bidang sains. Inovasi pembelajaran bidang sains memiliki kelebihan dalam tiga aspek yaitu:
1.       Pembelajaran pemecahan masalah
Pembelajaran pemecahan masalah dilakukan untuk menuntun siswa melakukan penyelidikan melalui permasalahan bermakna yang diajukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran. Pembelajaran ini akan membawa siswa pada situasi nyata sehingga dapat menuntun siswa membangun pengetahuan dan ketrampilan melalui pembelajaran mandiri.
2.       Pembelajaran berdasarkan pengalaman
Pembelajaran berdasarkan pengalaman dilakukan untuk menjelaskan pengalaman belajar yang dimiliki guru kepada siswa. Pembelajaran ini dapat disampaikan melalui demonstrasi terhadap pengetahuan atau ketrampilan yang dimiliki oleh guru sehingga siswa memperoleh pengetahuan dan ketrampilan standar dalam melakukan kegiatan akademik, misalnya dalam percobaan atau praktikum.
3.       Pembelajaran berbasis individu dan kerjasama
Pembelajaran berbasis individu dan kerjasama dilakukan untuk membantu siswa memahami konsep-konsep materi yang dirasa sulit, terutama bagi siswa dengan tingkat kemampuan akademik berbeda. Model pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru baik secara mandiri maupun secara berkelompok dalam memecahkan permasalahan dalam kehidupan nyata melali kegiatan kelas dan laboratorium. Model ini mampu membawa siswa untuk belajar aktif sehingga terjadi interaksi antarsiswa (Giancarlo dalam Nahadi, 2009).

Berdasarkan sejarahnya, pendidikan modern saat ini paling sedikit telah mengalami empat perkembangan penting, yaitu:
1.       timbulnya profesi guru yang diberi tanggung jawab melaksanakan pendidikan. Perkembangan ini merupakan pergeseran dari pendidikan dalam rumah tangga kearah pendidikan di sekolah dengan penyajian secara formal,
2.       mulai dipakainya bahasa tulisan disamping bahasa lisan dalam menyajikan pelajaran meskipun tulisan telah dipakai dalam bebebrapa bidang lainnya,
3.       ditemukannya teknik penceetakan yang diikuti dengan tersedianya buku dalam jumlah besar,
4.       mulai masuknya produk teknologi dalam pendidikan yang berupa alat-alat mekanik, optik, dan elektronik (Sutiman dan Eli, 2011).
Perkembangan keempat ini dikatakan menimbulkan perubahan yang besar dalam pendidikan (Sutiman dan Eli, 2011). Inovasi pembelajaran juga mengalami perkembangan sejalan dengan kemajuan dan perkembangan teknologi. Melalui inovasi maka model pembelajaran yang ada dikembangkan dan ditingkatkan untuk melahirkan model-model pembelajaran baru yang menarik.

Beberapa model inovasi pembelajaran yang telah berhasil dipergunakan dalam pembelajaran sains diantaranya adalah:
1.       Model pembelajaran menggunakan analogi
Model pembelajaran menggunakan analogi adalah pembelajaran yang menggunakan analogi dalam penjelasan fenomena ilmiah. Model pembelajaran menggunakan analogi sangat berperan dalam penjelasan ilmiah, pengamatan, dan penemuan. Model pembelajaran ini dilakukan untuk menolong siswa mengaplikasikan pengetahuan dan keadaan lingkungan nyata yang relevan pada saat mempelajari pengetahuan baru. Sebagai contoh, model pembelajaran dengan menggunakan analogi dengan antara pergerakan planet dengan arah pergerakan jarum jam, pembelajaran menggunakan visualisasi analogi antara aliran air dengan aliran listrik (Glynn,dkk. dalam Nahadi, 2001).

2.       Model pembelajaran menggunakan media
Secara umum, media merupakan semua bentuk perantara yang dipakai oleh penyebar ide sehingga gagasan itu sampai pada penerima, sedangkan media pendidikan merupakan perangkat lunak (software) dan atau perangkat keras (hardware) yang berfungsi sebagai alat belajar dan alat bantu belajar. Jadi peralatan fisik untuk menyampaikan isi pelajaran, termasuk buku, film, video, sajian slide, dan suara guru serta perilaku nonverbal dari guru semuanya termasuk media pendidikan (Eli dan Sutiman, 2011). Berikut ini contoh beberapa media yang digunakan dalam pembelajaran:
a.       Media cetak
Media cetak banyak dipergunakan untuk pembelajaran dalam menjelaskan materi yang kompleks sebagai pendukung buku ajar. Pembelajaran dengan menggunakan media cetak akan lebih efektif jika bahan ajar sudah dipersiapkan dengan baik yang dapat memberikan kemudahan dalam menjelaskan konsep yang diinginkan kepada siswa.
b.       Media elektronik
Salah satu contoh media elektronik seperti video banyak digunakan dalam pembelajaran sains. Penggunaan video sangat baik dipergunakan untuk membantu pembelajaran, terutama untuk memberikan penekanan pada materi yang diajarkan kepada siswa. Harus disadari bahwa video bukan diperuntukkan untuk menguntungkan pengajaran pada materi yang diperlihatkan pada video, sehingga pengaturan penggunaan waktu dalam menggunakan video harus diperhatikan. Pembelajaran dengan menggunakan video dalam percobaan yang menuntut ketrampilan seperti pada kegiatan praktikum sangat efektif bila dilakukan dengan penuh persiapan. Sebelum praktikum dimulai, video video dipergunakan untuk membantu siswa memberikan arahan terhadap apa yang harus mereka amati selama percobaan.
c.       Peta konsep
                  Penggunaan media peta konsep didalam pendidikan sudah dilakukan sejak tahun 1977, yaitu dalam pengajaran Biologi (Novak dalam Nahadi, 2009) dan sejak itu media peta konsep berkembang dan telah dipergunakan dalam pembelajaran sains. Media peta konsep bertujuan untuk membangun pengetahuan siswa dalam belajar sistematis yaitu sebagai teknik meningkatkan pengetahuan siswa dalam penguasaan konsep belajar dan pemecahan masalah (Pandley dalam Nahadi, 2009).
                  Peta konsep merupakan media pendidikan yang dapat menunjukkan konsep ilmu yang sistematis yaitu dimulai dari inti permasalahan sampai pada bagian pendukung yang mempunyai hubngan satu dengan yang lainnya, sehingga dapat membentuk pengetahuan dan mempermudah pemahaman suatu topik pelajaran. Langkah yang dilakukan dalam inovasi model pembelajaran dengan media peta konsep adalah memikirkan apa yang menjadi pusat topik yang akan diajarkan yaitu sesuatu yang dianggap sebagai konsep inti dimana konsep-konsep pendukung lain dapat diorganisasikan terhadap konsep inti, kemudian menuliskan kata, peristilahan, dan rumus yang memiliki arti yaitu yang mempunyai hubungan dengan konsep inti dan pada akhirnya membentuk suatu peta hubungan integral dan saling terkait antara konsep atas-bawah-samping (Situmorang dalam Nahadi., 2009).

3.       Model pembelajaran berbasis teknologi informasi (web)
Adaptasi teknologi baru terhadap kebutuhan pembelajaran bidang sains menjadi salah satu sasaran inovasi model pembelajaran. Kemajuan dalam teknologi komunikasi dan informaasi telah memudahkan manusia untuk dapat saling berhubungan dengan cepat, mudah, dan terjangkau serta peotensil untuk inovasi model pembelajaran. Perkembangan teknologi informasi sangat berpengaruh terhadap inovasi model pembelajaran. Penemuan berbagai jenis teknologi yang dapat digunakan menjadi fasilitas pendidikan seperti computer, CD-ROM, dan LAN telah mendorong pemanfaatannya dalam inovasi model pembelajaran. E-learning identik dengan penggunaan teknologi internet untuk menyampaikan topik materi. Sensitifitas pembelajaran sains terhadap perubahan dan kemajuan yang sangat cepat mengharuskannya untuk menggunakan teknologi informasi dalam komunikasi dan pembelajaran. Inovasi model pembelajaran berbasis teknologi informasi diawali dari penggunaan komputer dalam pembelajaran secara offline dan kemudian berkembang dengan penggunaan web dalam pembelajaran secara online.

                        Selain ketiga model pembelajaran diatas, masih ada pula model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran kimia, yaitu Learning Start With a Question (LSQ), Self Regulated Learning (SRL), dan Problem Based Learning (PBL).
1.       Learning Start With a Question (LSQ)
Model pembelajaran ini menuntut adanya peran aktif siswa dalam pembelajaran. Learning Start With a Question (LSQ) merupakan suatu model pembelajaran aktif dalam bertanya, dimana agar siswa aktif dalam bertanya maka siswa diminta untuk mempelajari materi yang akan dipelajari yaitu dengan membaca terlebih dahulu. Dengan membaca maka siswa memiliki gambaran tentang materi yang akan dipelajarinya sehingga apabila dalam membaca atau membahas materi tersebut terjadi kesalahan konsep akan terlihat dan dapat dibahas serta dibenarkan secara bersama-sama di dalam kelas (Zaini dkk, 2008).
Apabila model pembelajaran ini diimplementasikan dalam proses pembelajaran, maka langkah-langkah pembelajaran yang ditempuh adalah pada awal pembelajaran guru memberikan kesempatan kepada siswa unntuk bertanya mengenai materi yang akan dibahas, dimana pada pertemuan sebelumnya siswa diberitahu untuk membaca materi terlebih dahulu di rumah. Siswa yang bertanya akan diberi nilai, guru menerangkan materi pelajaran, guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok, satu kelompok terdiri atas 4-5 orang, setiap kelompok akan diberi pertanyaan berupa lembar diskusi siswa untuk didiskusikan dan dikerjakan oleh tiap-tiap kelompok. Setelah semua kelompok mengerjakan pertanyaan tersebut dengan cara menunjuk siswa sambil memberikan pengarahan kepada siswa bagaimana menjawab pertanyaan tersebut dengan benar (Zaini,dkk, 2008).
Dengan model LSQ diharapkan siswa mampu lebih aktif membaca dan meningkatkan belajarnya. Kelebihan dari model LSQ adalah siswa menjadi siap mulai pelajaran, karena siswa belajar terlebih dahulu sehingga memiliki sedikit gambaran dan menjadi lebih paham setelah mendapatkan tambahan penjelasan dari guru, siswa akan lebih aktif untuk membaca, materi akan dapat diingat lebih lama. kecerdasan siswa diasah pada saat siswa mencari informasi tentang materi tanpa bantuan guru, mendorong tumbuhnya keberanian mengutarakan pendapat secara terbuka dan memperluas wawasan melalui bertukar pendapat secara kelompok. Model LSQ juga memiliki beberapa kelemahan yaitu ada beberapa siswa yang malu untuk bertanya, sehingga guru tidak mengetahui kesulitan yang dialami oleh siswa, tidak semua siswa membaca materi pelajaran di rumah sehingga siswa sulit untuk memahami konsep materi pelajaran.
2.       Self Regulated Learning (SRL)
SRL merupakan suatu model pembelajaran bagi siswa supaya mampu mengarahkan dirinya sendiri dalam belajar atau disebut sebagai proses proses pengaturan diri yang terjadi saat belajar. Dalam proses ini siswa dengan sengaja mengarahkan diri untuk mencapai tujuan belajar, siswa mengetahui bagaimana cara diri sendiri untuk mengatur pelajaran mereka dan mengembangkan diri sendiri. Para guru mempunyai tanggung jawab tidak hanya mengajar, akan tetapi yang lebih penting adalah mengajari siswanya bagaimana mereka harus belajar (Montolvo, 2004).
Dapat disimpulkan bahwa SRL adalah model pembelajaran yang dilaksanakan agar tujuan pembelajaran tercapai dengan cepat melalui proses belajar mandiri dan siswa mampu menyajikannya di depan kelas (Elvina, 2006). Apabila model pembelajaran ini di-implementasikan dalam proses pembelajaran, maka langkah-langkah pembelajaran yang ditempuh guru adalah guru menyiapkan materi pelajaran kimia yang harus dipelajari siswa secara mandiri, guru memberi tugas siswa di rumah yang meliputi, mempelajari materi yang ditugaskan guru secara mandiri selanjutnya merangkum/meringkas materi tersebut, membuat pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang diringkasnya. Pertanyaan ini diharapkan mampu mengungkap penguasaan materi yang bersangkutan, guru mengoreksi hasil pekerjaan siswa. Selanjutnya mencatat sejumlah siswa yang benar dalam merangkum materi yang ditugaskan guru, guru menyuruh satu siswa (sebagai wakil siswa yang benar dalam meringkas materi) untuk menjelaskan hasil rangkumannya di depan kelas. Pada saat ini, guru bertindak sebagai fasilitator, narasumber, dan pengarah. Sebelum menyajikan materi, guru bersama siswa menyiapkan alat peraga yang diperlukan. Setelah selesai presentasi, dengan metode tanya jawab, guru mengungkapkan kembali materi sajian secara singkat untuk melihat tingkat pemahaman siswa yang lain, guru kembali menunjuk siswa untuk membahas latihan soal dan turut memandu jika sangat diperlukan, guru memberi tugas soal latihan secara individual seperti biasa (Suyitno, 2006).
Dengan model SRL diharapkan siswa dapat mengatur dirinya sendiri dalam belajar. Kelebihan dari model SRL adalah melatih kemampuan siswa belajar mandiri, sehingga siswa dalam belajar mandiri dapat ditingkatkan, melatih siswa menjelaskan hasil belajarnya kepada pihak lain, orientasi pembelajaran adalah investigasi dan penemu yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah, dengan demikian kemampuan bernalar siswa juga bisa berkembang. mempertinggi kemampuan siswa dalam memecahkan masalah. Selain beberapa kelebihan yang ada pada model SRL, model SRL juga memiliki beberapa kelemahan. Adapun kelemahan dari model SRL adalah materi yang dibelajarkan merupakan materi baru sehingga terkadang masih sulit dipahami siswa secara pribadi dan siswa belum tentu mampu mengajarkan atau mempresentasikan materi kepada siswa lain di depan kelas.

3.       Problem Based Learning (PBL)
PBL adalah cara belajar yang hasilnya diperoleh dari proses kerja (aktivitas) untuk memahami atau memecahkan suatu masalah atau persoalan. Masalah ditemukan (dihadapi) oleh pembelajar pada awal proses belajar. PBL merupakan metode mengajar yang dapat digunakan format:
a)       tutorial kelompok kecil,
b)       belajar berdasar persoalan,
c)       diskusi kelompok besar (kelas), dan
d)       kerja laboratorium berbasis persoalan (Kaufman dalam Sudjoko, 2012).
Pada umumnya PBL digunakan untuk kelompok kecil dengan bantuan seorang fasilitator. Prinsip metode PBL meliputi tiga langkah, yaitu:
a)       menghadapkan siswa pada persoalan,
b)       melibatkan siswa pada belajar bebas, dan
c)       kembali pada persoalan semula (Wilkerson & Feletti, 1989).
Schmidt (dalam Sudjoko, 2012) mengemukakan 3 prinsip dari psikologi kognitif yang sangat menunjang PBL:
a)       aktivasi pengetahuan awal siswa yang bertujuan untuk merumuskan persoalan yang akan dipelajari. Pengetahuan aawal dapat berupa pengalaman langsung dari lapangan, pengalaman yang ttelah tersimpan, atau informasi baru yang diterima siswa pada awal proses pembelajaran
b)       saat siswa mendiskusikan pemecahan masalah, mereka melakukan elaborasi melalui pengetahuan yang telah ada dan pengetahuan yang baru dari kontribusi anggota kelompok. Kemudian siswa membangun asosiasi (pengetahuan) baru dari konsep yang telah ia miliki dengan jaringan pengetahuan yang berasal dari berbagai sumber, sehingga terjadi perkembangan antara konsep lama dengan konsep baru. Maka siswa juga terbiasa dengan membangkitkan kembali memori yang telah tersimpan
c)       PBL menyajikan persoalan yang benar-benar terjadi pada situasi yang aktual. Proses belajar terjadi didalam konteks yang sama dan dapat diterapkan bagi seseorang. Persoalan dan pemecahannya memberi isyarat ketika di suatu saat siswa menjumpai persoalan yang sama dalam kehidupan sehari-hari. Isyarat ini akan disusun dalam memori sebagai pengetahuan awal yang setiap saat dapat diakses.
Banyak keuntungan yang dapat diperoleh dari penglibatan siswa pada kerja atau tugas yang didasarkan pada pendekatan yang berbasis pada studi kasus. Dari penelitian yang dilakukan oleh Korenmann dan Shipp (dalam Sudjoko, 2012) diperoleh kesimpulan dan rekomendasi yang masih harus didiskusikan lebih lanjut, yaitu:
a)         memberi kesempatan siswa unntuk lebih peka pada hal-hal yang berkaitan dengan sistem nilai yang dimiliki oleh perseorangan,
b)         memberi kesempatan siswa untuk mengekspresikan pendapatnya berlandaskan pada nilai-nilai itu dan membandingkannya dengan orang lain,
c)         menguji kebijakan etis dan petunjuk yang telah dikembangkan secara komprehensif dan sahih,
d)         menyediakan butir-butir acuan untuk perorangan ketika pengalaman mereka sejalan dengan persoalan dan pemecahan yang mereka lakukan apabila memiliki kriteria daya beda dan daya saing unggul terhadap produk orang lain.

Pada umumnya ilmu kimia mempunyai keabstrakan konsep yang cukup tinggi sehingga tidak semua siswa dapat langsung memahami materi yang disampaikan. Berbagai metode pembelajaran digunakan untuk menyampaikan materi pembelajaran kimia, namun dalam hal ini guru lah yang berperan penting. Guru harus mampu menentukan metode pembelajaran mana yang cocok untuk digunakan saat menyampaikan suatu bab dalam materi kimia. Kesalahan dalam menentukan metode yang digunakan dapat berakibat fatal, siswa dapat merasa bosan bahkan tidak mampu memahami materi yang disampaikan sehingga menyebabkan hasil belajar yang tidak memuaskan.       

Berdasarkan teori Van Dallen, hasil belajar dipengaruhi 6 faktor, yaitu : guru, kurikulum, siswa, media pembelajaran, lingkungan dan metode pengajaran. Peran media pembelajaran khususnya pada mata pelajaran kimia sangat penting, mengingat mata pelajaran kimia sebagian besar materinya bersifat abstrak seperti : atom, molekul, ikatan kimia, bentuk molekul, reaksi reaksi kimia, dan lain-lain yang sudah barang tentu untuk memahami hal tersebut sangat diperlukan media pembelajaran atau model sebagai alat bantu untuk menciptakan gambaran gambaran yang berkaitan dengan materi tersebut. Gambar atau model tersebut diharapkan dapat membantu siswa lebih memahami materi yang dibahas atau diajarkan.             Mata pelajaran kimia selain disampaikan dalam bentuk teori juga harus didukung oleh kegiatan praktikum di labolatorium, supaya materi pelajaran yang disampaikan lebih dipahami dan lebih ada gambaran untuk untuk hal hal yang abstrak dalam materi pelajaran kimia. Masih menurut Van Dallen, semakin banyak indera kita menerima respon dari luar, semakin banyak respon tersebut yang diserap atau diingat. Maka kalau kegiatan praktikum dilaksanakan akan semakin cepat siswa menerima proses pembelajaran tersebut

Related Post:

1 Komentar untuk "BERBAGAI ALTERNATIF METODE PEMBELAJARAN INOVATIF DALAM PEMBELAJARAN KIMIA SMA UNTUK MENUNJANG PRESTASI BELAJAR SISWA"

Terima Kasih postingan kajian materi tentang berbagai alternatif..
Sangat menarik dan sebagai guru saya harus mempelajari dan melaknsakan hal-hal tersebut, karena tujuan sesungguhnya bukan bagaimana guru mengajar, akan tetapi bagaimana guru belajar, berefleksi diri dan membangun / mengembangkan kompetensinya...
Salam guru

Berkomentarlah dengan baik dan sopan, saya akan berusaha untuk menjawab setiap pertanyaan dan menanggapi setiap komentar yang anda berikan, :)

Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya :)

Back To Top