Translate

Dilema yang Dihadapi Guru dalam Melakukan Penelitian Tindakan Kelas

Elliot mengemukakan pengalamannya bahwa ketika melakukan penelitian disekolahnya, berbagai “resolusi” yang ditawarkan pada kenyataannya “tidakmembantunya” dalam penelitian tersebut. Hal ini dikarenakan masih kuatnya statusquo kebiasaan/budaya guru. Oleh karenanya ia menggarisbawahi perlunya cara-carayang dilakukan guru sebagai peneliti untuk mencari jalan keluar seandainya dirinyaselaku peneliti (inside researcher) harus memainkan perannya sebagai trasnformatorterkondisikannya budaya baru di sekolahnya.

Untuk menjustifikasi pengalamannya, Elliot menguatkannya dengan alasanyang dikemukakan oleh Simon (dalam Elliot, 1998: 56) bahwa “…popularitas darievaluasi yang dilakukan sendirian di sekolah mengindikasikan terbentuknyaanggapan ingin membedakan pandangan idiologis”. Selanjutnya Simon jugamengemukakan bahwa manakala akan melakukan sesuatu yang belum terbiasa disekolah, harus bersiap-siap menghadapi adanya “pertentangan nilai” (clash of values)seperti masalah-masalah privacy (hal-hal pribadi), territority (kewenangan), danhierarchy (hirarki).Selanjutnya Elliot (1991) juga mengidentifikasi beberapa dilema yang seringmuncul dalam proses pelaksanaan penelitian tindakan seperti dalam hal:

1.  Memberdayakan siswa untuk mengkritisi profesionalisme kinerja guru.

2.  Pengumpulan data.

3. Sharing data dengan teman sejawat, baik yang di dalam maupun di luarlingkungan sekolahnya.

4. Guru sebagai peneliti di sekolah cenderung memilih metode pengumpulandata kuantitatif---melalui kuesioner misalnya---untuk maksud-maksud yangseharusnya dilakukan dengan metode kualitatif---seperti melakukanobservasi naturalistik dan wawancara misalnya, karena dalam metodekualitatif melibatkan situasi personal yang terasa sulit dipisahkan dari posisidan perannya sebagai peneliti di sekolah.

5. Guru sebagai peneliti, cenderung menolak untuk memproduksi studi kasusterhadap apa yang dilakukannya.

6.  Masalah penentuan waktu penelitian sepenuhnya ditentukan oleh guruselaku peneliti.

Demikianlah beberapa dilema besar yang dihadapi guru manakala iamelakukan penelitian tindakan di sekolahnya sendiri.Untuk memprakarsai adanyaperubahan kurikulum di sekolah. Diakui memang, bahwa untuk mengadakan suatu perubahan atau reformasi,khususnya yang berkaitan dengan pembelajaran di suatu sekolah (kelas), banyaksekali faktor-faktor “etis” berkaitan dengan “nilai” (values) yang menimbulkandilema bagi para guru sebagai peneliti.

Namun, sebagai antisipasi terhadap dilema tersebut, Elliot (1991: 67) jugamemberikan beberapa cara, diantaranya ia menyatakan bahwa guru---khususnyayang berpendidikan lebih tinggi---sebagai pendidik tentunya dapat berbuat banyakuntuk mendorong dan menegakkan tumbuh-kembangnya “refleksi budayaprofesionalisme” di sekolah. Maka, dengan menekankan pentingnya metodologirefleksi-diri sebagai cara untuk menstransformasikan budaya profesionalisme disekolah, niscaya keberadaan berbagai dilema sebagaimana disebutkan di atas dapatdiatasinya dengan baik.

Demikian halnya dengan konsep ‘Democratic Case Study’ yang dikemukakanoleh Mac. Donald (1974) yang dijadikan alasan oleh Simon (1985), sebagaimanadikutip oleh Elliot (1991: 67), juga dapat dipraktekkan guru selaku insider dalamaction research sebagai metodologi empiris-kualitatif bagi teratasinya masalah statusquo, privacy, dan territoriality di sekolah. Dimana dalam mempraktekkan konsepdemocratic case study tersebut haruslah mencakup terjaminnya kerahasiaaninformasi “pribadi”, dan terbinanya negosiasi untuk dapat menerima danmengeluarkan pendapat/informasi dari setiap individu.

0 Komentar untuk "Dilema yang Dihadapi Guru dalam Melakukan Penelitian Tindakan Kelas"

Berkomentarlah dengan baik dan sopan, saya akan berusaha untuk menjawab setiap pertanyaan dan menanggapi setiap komentar yang anda berikan, :)

Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya :)

Back To Top