Translate

Belajar yang Dilandasi Kognitivisme dan Konstruktivisme

Menurut aliran konstruktivisme yang sebenarnya juga berbasis kognitivisme, belajar adalah suatu proses aktif menyusun makna melalui setiap interaksi dengan lingkungan dengan membangun hubungan antara konsepsi yang telah dimiliki dengan fenomena yang sedang dipelajari (Sutrisno, 1994 dalam Suyono & Hariyanto, 2012:134). Bentuk-bentuk atau tipe belajar menurut paham konstruktivisme ini antara lain:

a.       Belajar Melalui Pembudayaan (Enculturation)

Pembudayaan adalah suatu proses di manaseseorang belajar tentang sesuatu yang diperlukan oleh budaya yang mengelilingi kehidupannya, sehingga dia memperoleh nilai-nilai dan perilaku yang sesuai dan diperlukan dalam budaya semacam itu.

b.      Belajar Menurut David P. Ausubel dan Floyd G. Robinson (1960)

1)      Reception Learning (Belajar Menerima)

Bila dilihat dari sisi pengajar istilahnya menjadi mengajar ekspositori (expository teaching). Belajar jenis ini lebih berpusat kepada guru, bahan pelajaran disusun dan disiapkan dalam bentuk jadi serta disampaikan oleh guru. Murid tinggal menerima, pasif, copy paste terhadap apa yang disampaikan oleh guru, mereka menghafal dan mencoba memahami apa yang disampaikan guru.

2)      Rote Learning (Belajar Menghafal)

Belajar mengahafal adalah suatu teknik pembelajaran yang mengabaikan pemahaman yang mendalam dan kompleks serta inferensi dari subjek yang dipelajari. Belajar jenis ini difokuskan kepada aktivitas menghafal, mengulang-ngulang terhadap apa yang dibaca atau didengarnya. Istilah lainnya dari pembelajaran ini adalah belajar dengan pengulangan (learning by repetation).

3)      Discovery Learning (Belajar Menemukan)

Ada yang menyebutnya sebagai belajar inkuiri (inquiry learning), yaitu suatu kegiatan belajar yang mengemukakan aktivitas anak. Inkuiri menekankan kepada proses mencarinya, sedangkan diskaveri (menemukan) menekankan kepada penemunya. Strategi belajar ini memadukan konsep psikologi naturalistic romantic dan kognitif-gestalt.  Dalam strategi ini, bentuk bahan ajar tidak dijadikan sebagai bahan jadi, tetapi dapat berupa bahan setengah jadi bahkan seperempat jadi. Bahan pembelajaran dinyatakan sebagai rangkaian pertanyaan terstruktur yang harus dijawab oleh siswa.

4)      Meaningful Learning (Belajar Bermakna)

Terdapat dua hal penting yang harus diperhatikan. Pertama, karakteristik bahan yang dipelajari, kedua adalah struktur kognitif dari individu pembelajar. Bahan baru yang akan dipelajari tentu saja akan mengubah struktur kognitif siswa haruslah bermakna, artinya dapat berwujud istilah yang memiliki makna, konsep-konsep yang bermakna, atau hubungan antara dua atau lebih konsep yang memiliki makna. Bahan baru yang akan dipelajari hendaknya dihubungkan dengan struktur kognitif siswa secara substansial dan beraturan. Substansial artinya bahan yang dihubungkan harus sejenis atau sama substansinya dengan yang sudah ada pada struktur kognitif. Beraturan berarti mengikuti aturan yang sesuai dengan sifat bahan tersebut. Hal lain yang menentukan adalah siswa harus memiliki kemauan untuk menghubungkan konsep baru tersebut dengan struktur kognitifnya sendiri secara substansial dan beraturan pula.
3 Komentar untuk "Belajar yang Dilandasi Kognitivisme dan Konstruktivisme"

tolong kirimkan artikel ini min, sangat saya butuhkan. skurniati516@gmail.com

Berkomentarlah dengan baik dan sopan, saya akan berusaha untuk menjawab setiap pertanyaan dan menanggapi setiap komentar yang anda berikan, :)

Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya :)

Back To Top