Dewasa
ini, peningkatan mutu pendidikan menjadi salah satu usaha yang harus
dilakukan secara intensif di tanah air karena secara umum mutu
pendidikan kita masih dalam kategori rendah dan negara kita bisa
dibilang Negara yang mutu pendidikannya masih jauh dibandingkan
dengan Negara lain. Inilah yang melatar belakangi penulis untuk
menemukan berbagai ide untuk memperbaiki kualitas pendidikan bangsa
yang semakin hari semakin tertinggal dari negara-negara lain. Salah
satu usaha yang perlu dan harus dilakukan untuk meningkatkan mutu
pendidikan adalah melakukan berbagai inovasi pembelajaran. Disini
penulis menemukan ide tentang metode konstruktivisme.
Pembentukan
pengetahuan menurut metode konstruktivisme memandang subyek aktif
menciptakan struktur-struktur kognitif dalam interaksinya dengan
lingkungan. Dengan bantuan struktur kognitifnya ini, subyek menyusun
pengertian realitasnya. Interaksi kognitif akan terjadi sejauh
realitas tersebut disusun melalui struktur kognitif yang diciptakan
oleh subyek itu sendiri. Struktur kognitif senantiasa harus diubah
dan disesuaikan berdasarkan tuntutan lingkungan dan organisme yang
sedang berubah. Proses penyesuaian diri terjadi secara terus menerus
melalui proses rekonstruksi. Yang terpenting dalam teori
konstruktivisme adalah bahwa dalam proses pembelajaran, peserta didik
yang harus mendapatkan penekanan. Merekalah yang harus aktif
mengembangkan pengetahuan mereka, bukan Guru atau orang lain.
Peserta didik yang harus bertanggung jawab terhadap hasil
belajarnya. Penekanan belajar peserta didik secara aktif ini perlu
dikembangkan.
Kreativitas dan keaktifan siswa akan membantu mereka
untuk berdiri sendiri dalam kehidupan kognitif siswa. Belajar lebih
diarahkan pada experimental learning yaitu merupakan adaptasi
kemanusiaan berdasarkan pengalaman konkrit di laboratorium, diskusi
dengan teman sekelas, yang kemudian dikontemplasikan dan dijadikan
ide dan pengembangan konsep baru. Beberapa hal yang mendapat
perhatian dalam pembelajaran metode konstruktivisme, yaitu:
- mengutamakan pembelajaran yang bersifat nyata dalam kontek yang relevan,
- mengutamakan proses,
- menanamkan pembelajaran dalam konteks pengalaman sosial,
- pembelajaran dilakukan dalam upaya mengkonstruksi pengalaman (Pranata, http://puslit.petra.ac.id/journals/interior/)
- Hakikat pembelajaran konstruktivistik oleh Brooks & Brooks dalam Degeng mengatakan bahwa pengetahuan adalah non-objective, bersifat temporer, selalu berubah, dan tidak menentu. Belajar dilihat sebagai penyusunan pengetahuan dari pengalaman konkrit, aktivitas kolaboratif, dan refleksi serta interpretasi. Mengajar berarti menata lingkungan agar si peserta didik termotivasi dalam menggali makna serta menghargai ketidakpastian. Atas dasar ini maka si peserta didik akan memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan tergantung pada pengalamannya, dan perspektif yang dipakai dalam menginterprestasikannya.
Dalam
makalah ini agar tidak keluar jalur dari pembahasan teori ini, maka
perlu adanya rumusan masalah sebagai berikut:
- Apa yang dimaksud dengan metode konstruktivisme?
- Langkah-langkah apa yang harus diterapkan dalam metode konstruktivisme?
- Implementasi apa yang didapat dalam pembelajaran dengan metode konstruktivisme?
- Ciri-ciri apa saja yang terdapat dalam teori kontruktivisme?
- Memotivasi peserta didik untuk belajar bertanggung jawab dari peserta didik itu sendiri.
- Mengembangkan kemampuan peserta didik untuk mengajukan pertanyaan dan mencari sendiri pertanyaannya.
- Membantu peserta didik untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep secara lengkap.
- Mengembangkan kemampuan peserta didik untuk menjadi pemikir yang mandiri.
BAB
II
Pembahasan
Menurut
faham konstruktivisme pengetahuan merupakan konstruksi (bentukan)
dari orang yang mengenal sesuatu (skemata). Pengetahuan tidak bisa
ditransfer dari guru kepada orang lain, karena setiap orang mempunyai
skema sendiri tentang apa yang diketahuinya. Pembentukan pengetahuan
merupakan proses kognitif di mana terjadi proses asimilasi dan
akomodasi untuk mencapai suatu keseimbangan sehingga terbentuk suatu
skema (jamak: skemata) yang baru. Seseorang yang belajar itu berarti
membentuk pengertian atau pengetahuan secara aktif dan terus-menerus
(Suparno, 1997). Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks
filsafat pendidikan, Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun
tata susunan hidup yang berbudaya modern.
Konstruktivisme
merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu
bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang
hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Pengetahuan
bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk
diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan
memberi makna melalui pengalaman nyata. Sedangkan menurut Tran Vui
Konstruktivisme adalah suatu filsafat belajar yang dibangun atas
anggapan bahwa dengan memfreksikan pengalaman-pengalaman
sendiri.sedangkan teori Konstruktivisme adalah sebuah teori yang
memberikan kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar atau mencari
kebutuhannya dengan kemampuan untuk menemukan keinginan atau
kebutuhannya tersebut denga bantuan fasilitasi orang lain Dari
keterangan diatas dapatlah ditarik kesimpulan bahwa teori ini
memberikan keaktifan terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri
kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang diperlukan
guna mengembangkan dirinya sendiri.
Metode
ini Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu. Salah
satu teori atau pandangan yang sangat terkenal berkaitan dengan teori
belajar konstruktivisme adalah teori perkembangan mental Piaget.
Teori ini biasa juga disebut teori perkembangan intelektual atau
teori perkembangan kognitif. Teori belajar tersebut berkenaan dengan
kesiapan anak untuk belajar, yang dikemas dalam tahap perkembangan
intelektual dari lahir hingga dewasa. Setiap tahap perkembangan
intelektual yang dimaksud dilengkapi dengan ciri-ciri tertentu dalam
mengkonstruksi ilmu pengetahuan. Misalnya, pada tahap sensori motor
anak berpikir melalui gerakan atau perbuatan (Ruseffendi, 1988: 132).
Selanjutnya, Piaget yang dikenal sebagai konstruktivis pertama
(Dahar, 1989: 159) menegaskan bahwa pengetahuan tersebut dibangun
dalam pikiran anak melalui asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah
penyerapan informasi baru dalam pikiran. Sedangkan, akomodasi adalah
menyusun kembali struktur pikiran karena adanya informasi baru,
sehingga informasi tersebut mempunyai tempat (Ruseffendi 1988: 133).
Pengertian tentang akomodasi yang lain adalah proses mental yang
meliputi pembentukan skema baru yang cocok dengan ransangan baru atau
memodifikasi skema yang sudah ada sehingga cocok dengan rangsangan
itu (Suparno, 1996: 7). Konstruktivis ini dikritik oleh Vygotsky,
yang menyatakan bahwa siswa dalam mengkonstruksi suatu konsep perlu
memperhatikan lingkungan sosial. Konstruktivisme ini oleh Vygotsky
disebut konstruktivisme sosial (Taylor, 1993; Wilson, Teslow dan
Taylor,1993; Atwel, Bleicher & Cooper, 1998). Ada dua konsep
penting dalam teori Vygotsky (Slavin, 1997), yaitu Zone of Proximal
Development (ZPD) dan scaffolding.
- Zone of Proximal Development (ZPD) merupakan jarak antara tingkat perkembangan sesungguhnya yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah secara mandiri dan tingkat perkembangan potensial yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau melalui kerjasama dengan teman sejawat yang lebih mampu.
- Scaffolding merupakan pemberian sejumlah bantuan kepada siswa selama tahap-tahap awal pembelajaran, kemudian mengurangi bantuan dan memberikan kesempatan untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar setelah ia dapat melakukannya (Slavin, 1997). Scaffolding merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa untuk belajar dan memecahkan masalah. Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk, dorongan, peringatan, menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah pemecahan, memberikan contoh, dan tindakan-tindakan lain yang memungkinkan siswa itu belajar mandiri.
Pendekatan
yang mengacu pada konstruktivisme sosial (konstruktivis sosial)
disebut pendekatan konstruktivis sosial. Konstruktivis sosial
memandang kebenaran matematika tidak bersifat absolut dan
mengidentifikasi matematika sebagai hasil dari pemecahan masalah dan
pengajuan masalah (problem posing) oleh manusia (Ernest, 1991). Dalam
pembelajaran matematika, Cobb, Yackel dan Wood (1992) menyebutnya
dengan konstruktivisme sosio (socio-constructivisme), siswa
berinteraksi dengan guru, dengan siswa lainnya dan berdasarkan pada
pengalaman informal siswa mengembangkan strategi-strategi untuk
merespon masalah yang diberikan. Karakteristik pendekatan
konstruktivis ini sangat sesuai dengan karakteristik
Selama
20 tahun terakhir ini konstruktivisme telah banyak mempengaruhi
pendidikan Sains dan Matematika di banyak negara Amerika, Eropa, dan
Australia. Inti teori ini berkaitan dengan beberapa teori belajar
seperti teori Perubahan Konsep, Teori Belajar Bermakna dan Ausuble,
dan Teori Skema.
Dalam
banyak penelitian diungkapkan bahwa teori perubahan konsep ini
dipengaruhi atau didasari oleh filsafat kostruktivisme.
Konstruktivisme yang menekankan bahwa pengetahuan dibentuk oleh siswa
yang sedang belajar, dan teori perubahan konsep yang menjelaskan
bahwa siswa mengalami perubahan konsep terus menerus, sangat berperan
dalam menjelaskan mengapa seorang siswa bisa salah mengerti dalam
menangkap suatu konsep yang ia pelajari. Kostruktivisme membantu
untuk mengerti bagaimana siswa membentuk pengetahuan yang tidak
tepat. Dengan demikian, seorang pendidik dibantu untuk mengarahkan
siswa dalam pembentukan pengetahuan mereka yang lebih tepat. Teori
perubahan konsep sangat membantu karena mendorong pendidik agar
menciptakan suasana dan keadaan yang memungkinkan perubahan konsep
yang kuat pada murid sehingga pemahaman mereka lebih sesuai dengan
ilmuan. Konstrutivisme dan Teori Perubahan Konsep memberikan
pengertian bahwa setiap orang dapat membentuk pengertian yang berbeda
tersebut bukanlah akhir pengembangan karena setiap kali mereka masih
dapat mengubah pengertiannya sehingga lebih sesuai dengan pengertian
ilmuan. Salah pengrtian dalam memahami sesuatu, menurut Teori
Konstruktivisme dan teori Perubahan Konsep, bukanlah akhir dari
segala-galanyamelainkan justru menjadi awal untuk pengembangan yang
lebih baik.
Menurut
Ausubel, seseorang belajar denga mengasosiasikan fenomena baru ke
dalam sekema yang telah ia punya. Dalam proses itu seseorang dapat
memperkembangkan sekema yang ada atau dapat mengubahnya. Dalam proses
belajar ini siswa mengonstruksi apa yang ia pelajari sendiri. Teori
Belajar bermakna Ausuble ini sangat dekat dengan Konstruktivesme.
Keduanya menekankan pentingnya pelajar mengasosiasikan pengalaman,
fenomena, dan fakta-fakta baru kedalam sistem pengertian yang telah
dipunyai. Keduanya menekankan pentingnya asimilasi pengalaman baru
kedalam konsep atau pengertian yang sudah dipunyai siswa. Keduanya
mengandaikan bahwa dalam proses belajar itu siswa aktif.
Menurut
teori ini, pengetahuan disimpan dalam suatu paket informasi, atau
sekema yang terdiri dari konstruksi mental gagasan kita. Teori ini
lebih menunjukkan bahwa pengetahuan kita itu tersusun dalam suatu
skema yang terletak dalam ingatan kita. Dalam belajar, kita dapat
menambah skema yang ada sihingga dapa t menjadi lebih luas dan
berkembang.
Konstruktivisme
berbeda dengan Behavorisme dan Maturasionisme. Bila Behaviorisme
menekankan keterampilan sebagai suatu tujuan pengajaran,
konstruktivime lebih menekankan pengembangan konsep dan pengertian
yang mendalam. Bila Maturasionisme lebih menekankan pengetahuan yang
berkembang sesuai dengan langkahlangkah perkembangan kedewasaan.
Konstruktivisme lebih menekankan pengetahuan sebagai konstruksi aktif
sibelajar. Dalam pengertian Maturasionisme, bila seseorang mengikuti
perkembangan pengetahuan yang ada, dengan sendirinya ia akan
menemukan pengetahuan yang lengkap. Menurut Konstruktivisme, bila
seseorang tidak mengkonstruktiviskan pengetahuan secara aktif,
meskipun ia berumur tua akan tetap berkembang pengetahuannya. Dalam
teori ini kreatifitas dan keaktifan siswa akan membantu mereka untuk
berdiri sendiri dalam kehidupan kognitif mereka. Mereka akan terbantu
menjadi orang yang kritis menganalisis sesuatu hal karena mereka
berfikir dan bukan meniru saja. Kadang-kadang orang menganggap bahwa
konstruktivisme sama dengan Teori Pencarian Sendiri (Inguiry
Approach) dalam belajar. Sebenarnya kalau kita lihat secara teliti,
kedua teori ini tidak sama.
Dalam
banyak hal mereka punya kesamaan,seperti penekanan keaktifan siswa
untuk memenuhi suatu hal. Dapat terjadi bahwa metode pencarian
sendiri memang merupakan metode konstruktivisme tetapi tidak semua
semua konstruktivis dengan metode pencarian sendiri. Dalam
konstruktivisme terlibih yang personal sosial, justru dikembangkan
belajar bersama dalam kelompok. Hal ini yang tidak ada dalam metode
mencari sendiri. Bahkan, dalam praktek metode pencarian sendiri tidak
memungkinkan siswa mencari pengetahuan sendiri, karena
langkah-langkah pencarian dan bagaimana pencarian dilaporkan dan
dirumuskan sudah dituliskan sebelumnya.
Adapun
ciri ciri pembelajaran secara kontruktivisme adalah
- Memberi peluang kepada murid membina pengetahuan baru melalui penglibatan dalam dunia sebenarnya
- Memberikan idea yang timbul dari murid dan menggunakannya sebagai panduan merancang pengajaran.
- Mengaplikasikan pembelajaran secara koperatif
- Menggalakkan & menerima daya usaha & autonomi murid
- Menggalakkan murid bertanya dan berdialog dengan murid & guru
- Menganggap pembelajaran sebagai suatu proses yang sama penting dengan hasil pembelajaran.
- Menggalakkan proses inkuiri murid melalui kajian dan eksperimen.
Secara
garis besar, prinsip-prinsip Konstruktivisme yang diterapkan dalam
belajar mengajar adalah:
- pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri,
- pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru kemurid, kecuali hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar,
- murid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah,
- guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses kontruksi berjalan lancar,
- menghadapi masalah yang relevan dengan siswa,
- struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan,
- mencari dan menilai pendapat siswa,
- menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.
Dari
semua itu hanya ada satu prinsip yang paling penting adalah guru
tidak boleh ha nya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa.
Siswa harus membangun pengetahuan didalam dirinya sendiri. Seorang
guru dapat membantu proses ini dengan cara mengajar yang membuat
informasi menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa,
dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau
menerapkan sendiri ide-ide dan dengan mengajak siswa agar menyadari
dan menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar.
Piaget
mengemukakan bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh
seseorang, melainkan melalui tindakan. Bahkan, perkembangan kognitif
anak bergantung pada seberapa jauh mereka aktif memanipulasi dan
berinteraksi dengan lingkungannya. Sedangkan, perkembangan kognitif
itu sendiri merupakan proses berkesinambungan tentang keadaan
ketidak-seimbangan dan keadaan keseimbangan (Poedjiadi, 1999: 61).
Dari pandangan Piaget tentang tahap perkembangan kognitif anak dapat
dipahami bahwa pada tahap tertentu cara maupun kemampuan anak
mengkonstruksi ilmu berbeda-beda berdasarkan kematangan intelektual
anak. Berkaitan dengan anak dan lingkungan belajarnya menurut
pandangan konstruktivisme, Driver dan Bell (dalam Susan, Marilyn dan
Tony, 1995: 222) mengajukan karakteristik sebagai berikut:
- siswa tidak dipandang sebagai sesuatu yang pasif melainkan memiliki tujuan,
- belajar mempertimbangkan seoptimal mungkin proses keterlibatan siswa,
- pengetahuan bukan sesuatu yang datang dari luar melainkan dikonstruksi secara personal,
- pembelajaran bukanlah transmisi pengetahuan, melainkan melibatkan pengaturan situasi kelas,
- kurikulum bukanlah sekedar dipelajari, melainkan seperangkat pembelajaran, materi, dan sumber.
Pandangan
tentang anak dari kalangan konstruktivistik yang lebih mutakhir yang
dikembangkan dari teori belajar kognitif Piaget menyatakan bahwa ilmu
pengetahuan dibangun dalam pikiran seorang anak dengan kegiatan
asimilasi dan akomodasi sesuai dengan skemata yang dimilikinya.
Belajar merupakan proses aktif untuk mengembangkan skemata sehingga
pengetahuan terkait bagaikan jaring laba-laba dan bukan sekedar
tersusun secara hirarkis (Hudoyo, 1998: 5). Dari pengertian di atas,
dapat dipahami bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang berlangsung
secara interaktif antara faktor intern pada diri pebelajar dengan
faktor ekstern atau lingkungan, sehingga melahirkan perubahan tingkah
laku.
Berikut
adalah tiga dalil pokok Piaget dalam kaitannya dengan tahap
perkembangan intelektual atau tahap perkembangan kognitif atau biasa
jugaa disebut tahap perkembagan mental. Ruseffendi (1988: 133)
mengemukakan;
- perkembangan intelektual terjadi melalui tahap-tahap beruntun yang selalu terjadi dengan urutan yang sama. Maksudnya, setiap manusia akan mengalami urutan-urutan tersebut dan dengan urutan yang sama,
- tahap-tahap tersebut didefinisikan sebagai suatu cluster dari operasi mental (pengurutan, pengekalan, pengelompokan, pembuatan hipotesis dan penarikan kesimpulan) yang menunjukkan adanya tingkah laku intelektual,
- gerak melalui tahap-tahap tersebut dilengkapi oleh keseimbangan (equilibration), proses pengembangan yang menguraikan tentang interaksi antara pengalaman (asimilasi) dan struktur kognitif yang timbul (akomodasi).
Berbeda
dengan kontruktivisme kognitif ala Piaget, konstruktivisme sosial
yang dikembangkan oleh Vigotsky adalah bahwa belajar bagi anak
dilakukan dalam interaksi dengan lingkungan sosial maupun fisik.
Penemuan atau discovery dalam belajar lebih mudah diperoleh dalam
konteks sosial budaya seseorang (Poedjiadi, 1999: 62). Dalam
penjelasan lain Tanjung (1998: 7) mengatakan bahwa inti konstruktivis
Vigotsky adalah interaksi antara aspek internal dan ekternal yang
penekanannya pada lingkungan sosial dalam belajar.
Adapun
implikasi dari teori belajar konstruktivisme dalam pendidikan anak
(Poedjiadi, 1999: 63) adalah sebagai berikut:
- tujuan pendidikan menurut teori belajar konstruktivisme adalah menghasilkan individu atau anak yang memiliki kemampuan berfikir untuk menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi,
- kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta didik. Selain itu, latihan memcahkan masalah seringkali dilakukan melalui belajar kelompok dengan menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari dan
- peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai bagi dirinya. Guru hanyalah berfungsi sebagai mediator, fasilitor, dan teman yang membuat situasi yang kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri peserta didik.
Sebagaimana
telah dikemukakan bahwa menurut teori belajar konstruktivisme,
pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke
pikiran siswa. Artinya, bahwa siswa harus aktif secara mental
membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif
yang dimilikinya. Dengan kata lain, siswa tidak diharapkan sebagai
botol-botol kecil yang siap diisi dengan berbagai ilmu pengetahuan
sesuai dengan kehendak guru. Sehubungan dengan hal di atas, Tasker
(1992: 30) mengemukakan tiga penekanan dalam teori belajar
konstruktivisme sebagai berikut. Pertama adanya peran aktif siswa
dalam mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna. Kedua adalah
pentingnya membuat kaitan antara gagasan dalam pengkonstruksian
secara bermakna. Ketiga adalah mengaitkan antara gagasan dengan
informasi baru yang diterima.
F. Kelebihan Dan Kelemahan Metode Kontruktivisme
1.
Kelebihan
- Berfikir dalam proses membina pengetahuan baru, murid berfikir untuk menyelesaikan masalah, menjana idea dan membuat keputusan.
- Faham :Oleh karena murid terlibat secara langsung dalam mebina pengetahuan baru, mereka akan lebih faham dan boleh mengapliksikannya dalam semua situasi.
- Ingat :Oleh karena murid terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep. Yakin Murid melalui pendekatan ini membina sendiri kefahaman mereka. Justru mereka lebih yakin menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam situasi baru.
- Kemahiran sosial :Kemahiran sosial diperolehi apabila berinteraksi dengan rekan dan guru dalam membina pengetahuan baru.
- Seronok :Oleh karena mereka terlibat secara terus, mereka faham, ingat, yakin dan berinteraksi dengan sihat, maka mereka akan berasa seronok belajar dalam membina pengetahuan baru.
2.
Kelemahan ini mungkin bisa kita lihat dalam proses belajarnya dimana
peran guru sebagai pendidik itu sepertinya kurang begitu mendukung.
G. Proses Belajar Menurut Metode Kontruktivitas
Pada
bagian ini akan dibahas proses belajar dari pandangan kontruktifistik
dan dari aspek-aspek si belajar, peranan guru, sarana belajar, dan
evaluasi belajar.
- Proses belajar kontruktivistik secara konseptual proses belajar jika dipandang dari pendekatan kognitif, bukan sebagai perolehan informasi yang berlangsung satu arah dari luar kedalam diri siswa kepada pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi yang bermuara pada pemuktahiran struktur kognitifnya. Kegiatan belajar lebih dipandang dari segi prosesnya dari pada segi perolehan pengetahuan dari pada fakta-fakta yang terlepas-lepas.
- Peranan siswa. Menurut pandangan ini belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh si belajar. Ia harus aktif melakukan kegiatan, aktif berfikir, menyusun konsep, dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Guru memang dapat dan harus mengambil prakarsa untuk menata lingkungan yang memberi peluang optimal bagi terjadinya belajar. Namun yang akhirnya paling menentukan adalah terwujudnya gejala belajar adalah niat belajar siswa itu sendiri.
- Peranan guru. Dalam pendekatan ini guru atau pendidik berperan membantu agar proses pengkontruksian pengetahuan oleh siswa berjalan lancar. Guru tidak mentransferkan pengetahuan yang telah dimilikinya, melainkan membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri.
- Sarana belajar. Pendekatan ini menekankan bahwa peranan utama dalam kegiatan belajar adalah aktifitas siswa dalam mengkontruksi pengetahuannya sendiri. Segala sesuatu seperti bahan, media, peralatan, lingkungan, dan fasilitas lainnya disediakan untuk membantu pembentukan tersebut.
- Evaluasi. Pandangan ini mengemukakan bahwa lingkungan belajar sangat mendukung munculnya berbagai pandangan dan interpretasi terhadap realitas, kontruksi pengetahuan, serta aktifitas-aktifitas lain yang didasarkan pada pengalaman.
BAB III
Penutup
Konstruktivisme
merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu
bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang
hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Pengetahuan
bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk
diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan
memberi makna melalui pengalaman nyata.
Kelebihan dan
Kekurangan metode kontruktivisme
1.
Kelebihan
- Berfikir dalam proses membina pengetahuan baru, murid berfikir untuk menyelesaikan masalah, menjana idea dan membuat keputusan.
- Faham :Oleh karena murid terlibat secara langsung dalam mebina pengetahuan baru, mereka akan lebih faham dan boleh mengapliksikannya dalam semua situasi.
- Ingat :Oleh karena murid terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep. Yakin Murid melalui pendekatan ini membina sendiri kefahaman mereka. Justru mereka lebih yakin menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam situasi baru.
- Kemahiran sosial :Kemahiran sosial diperolehi apabila berinteraksi dengan rekan dan guru dalam membina pengetahuan baru.
- Seronok :Oleh karena mereka terlibat secara terus, mereka faham, ingat, yakin dan berinteraksi dengan sihat, maka mereka akan berasa seronok belajar dalam membina pengetahuan baru.
2. Kelemahan ini
mungkin bisa kita lihat dalam proses belajarnya dimana peran guru
sebagai pendidik itu sepertinya kurang begitu mendukung
1 Komentar untuk "PEMBELAJARAN KIMIA MELALUI METODE KONTRUKTIVITAS INOVATIF DAN EFEKTIF"
bagus sekali, mohon kirim ke alamat email saya bewebw@gmail.com
Berkomentarlah dengan baik dan sopan, saya akan berusaha untuk menjawab setiap pertanyaan dan menanggapi setiap komentar yang anda berikan, :)
Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya :)