Menurut
kamus besar bahasa Indonesia pendidikan diartikan sebagai proses pengubahan
sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan
mendidik.Dengan pendidikan seseorang akan lebih dewasa karena dalam pendidikan
ada proses pembelajaran yang akan membuat seseorang dari pengetahuan lama
menjadi pengetahuan yang baru, menambah pengalaman seseorang dari tidak tahu
apa-apa menjadi tahu segala macam pengetahuan. Pendidikan sangat penting bagi
setiap orang karena dengan pendidikan manusia dapat melakukan berbagai hal tanpa
asal-asalan selalu ada ilmunya.
Pendidikan
di Indonesia sendiri semakin berkembang seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Kesadaran masyarakat Indonesia juga semakin tinggi
akan pentingnya pendidikan bagi anak-anak. Meskipun masih ada yang menganggap
pendidikan kurang penting. Misalnya saja seorang siswa setelah lulus SMA orang
tua menyuruh anak-anaknya uuntuk bekerja ketimbang meneruskan kuliah yang akan
menghabiskan banyak biaya. Hal ini dikarenakan kesejahteraan masyarakat
Indonesia yang masih kurang sehingga untuk biaya pendidikan sendiri masih
menjadi beban bagi masyarakat. Hal ini yang harus kita perhatikan dan juga
harus mengubah pola pikir masyarakat tentang pentingnya pendidikan.
Perhatian pemerintah sudah cukup baik terhadap
pendidikan dengan menambah waktu wajib belajar dari sembilan tahun menjadi dua
belas tahun. Dan juga telah banyak beasiswa yang diberikan kepada siswa yang
berprestasi akan tetapi kurang mampu sehingga masih dapat melanjutkan sekolah.
Diharapkan pemerintah harus selalu mendukung kemajuan pendidikan Indonesia sehingga
sumber daya manusianya menjadi baik.
Pendidikan
merupakan salah satu indikator kemajuan suatu bangsa atau negara. Negara
maju terlihat bahwa pendidikan yang ada
sudah maju dan masyarakatnya telah sadar akan pentingnya pendidikan bagi
manusia. Sedangkan bagi negara berkembang, masyarakatnya masih kurang sadar
akan pentingnya pendidikan bagi anak. Pendidikan di negara maju bisa bagus
karena kesadaran masyarakat akan
pentingnya pendidikan, budaya membaca yang baik, sarana prasarana belajar yang
bagus. Dalam proses pendidikan berlangsung proses pembelajaran. Proses
pembelajaran merupakan suatu cara atau proses menjadikan manusia belajar. Pembelajaran
harus dilakukan dengan baik agar tujuan pembelajaran yang akan dicapai dapat
tercapai dengan optimal.
Pembelajaran yang dilaksanakan pada di
jaman sekarang ini harus sesuai dengan perkembangan jaman dengan semakin
majunya teknologi. Teknologi yang ada harus dimanfaatkan dengan bijaksana untuk
mendukung pembelajaran yang dilakukan oleh pelaku belajar. Selain dukungan alat
ataupun media proses pembelajaran peran guru juga penting dalam melakukan
pembelajaran. Guru yang dibutuhkan adalah guru professional. Guru professional harus
memiliki kompetensi yang memenuhi ketentuan perundangan. Sesuai dengan
permendiknas no. 16 tahun 2007 guru harus mempunyai 4 kompetensi yaitu
kompetensi paedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi professional. Beberapa kompetensi inti guru matapelajaran yang
berhubungan langsung dengan pembelajaran diantaranya: (1) menguasai teori
belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik, (2) menyelenggarakan
pembelajaran yang mendidik, (3) memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
untuk kepentingan pembelajaran (Liliasari, 2009).
Salah
satu kompetensi yang dituntut dalam kompetensi inti yang pertama diatas yaitu
menerapkan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang
mendidik secara kreatif dalam pelajaran yang diampu. Kompetensi guru
matapelajaran yang terkait dengan kompetensi inti yang kedua diatas yaitu
menyususn rancangan pembelajaran yang lengkap, baik untuk kegiatan yang didalam
kelas, laboratorium, maupun lapangan; melaksanakan pembelajaran yang mendidik
di kelas, di laboratorium dan di lapangan dengan memperhatikan standar keamanan
yang dipersyaratkan; menggunakan media pembelajaran dan sumber belajar yang
relevan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran yang diampu untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang utuh. Selanjutnya, untuk memenuhi kompetensi
inti yang ketiga diatas, perlu dimilki kompetensi memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi (TIK) dalam pembelajaran yang diampu (Liliasari,2009).
Kompetensi-kompetensi
yang harus dimiliki seorang guru atau pengajar harus berjalan dengan seimbang
agar tujuan pembelajaran yang akan dicapai dapat optimal. Misalnya seorang guru
yang mempunyai keahlian merencanakan pembelajaran tetapi kurang dapat
memanfaatkan teknologi yang ada untuk mengajar hasilnya akan kurang memuaskan.
Dewasa ini dengan berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi pembelajaran
yang dilakukan harus inovatif. Jika pembelajaran masih dilakukan dengan model
lama siswa akan merasa jenuh dan bosan karena pembelajaran tidak mengikuti
perkembangan jaman. Pembelajaran yang dilakukan untuk pendidikan harus
menyesuaikan dengan perkembangan mental peserta didik dan mengikuti
perkembangan jaman agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal. Untuk
mengembangkan strategi pembelajaran dapat dilakukan inovasi-inovasi atau penemuan
hal-hal yang baru dalam metode, alat atau gagasan.
Dalam
kamus besar bahasa Indonesia inovasi
berarti penemuan baru yg berbeda dari yang
sudah ada atau yangg sudah dikenal sebelumnya (gagasan, metode, atau alat).
Dalam pembelajaran terdapat empat komponen yang harus ada yaitu siswa (peserta
didik), guru (pendidik), materi ajar, dan proses pembelajaran. Agar
pembelajaran dapat berjalan dengan baik keempat komponen tersebut harus saling mendukung. Dan keempat
komponen tersebut akan mencerminkan kualitas pembelajaran yang dihasilkan. Agar
pembelajaran yang dihasilkan dapat maksimal keempat komponen inilah yang dapat
diinovasikan. Inovasi ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
yang diharapkan sesuai dengan perkembangan jaman.
Inovasi
pembelajaran sangat diperlukan agar siswa tidak bosan untuk belajar dan
mengembangkan kemampuan serta bakat yang mereka miliki. Hal ini juga digunakan
untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Inovasi yang dilakukan juga berguna
agar tujuan pembelajaran tercapai lebih optimal. Kebanyakan siswa akan mulai
bosan untuk belajar ketika guru atau pengajar menggunakan metode yang sama dan
monoton. Di jaman sekarang ini siswa semakin kreatif dan aktif seiring dengan
perkembangan jaman. Dengan kemajuan teknologi seperti saat ini seorang guru juga dituntut kreatif dan dapat
memanfaatkan teknologi yang ada untuk menunjang kemajuan pendidikan negara ini.
Inovasi pembelajaran terutama dalam
menghasilkan model pembelajaran baru perlu mendapat perhatian pada saat ini
terutama pada pembelajaran inovatif yang dapat memberikan hasil belajar lebih
baik, peningkatan efisiensi dan efektivitas pembelajaran menuju pembaharuan.
Inovasi dalam pendidikan sering dihubungkan dengan pembaharuan yang berasal
dari hasil pemikiran kreatif, temuan dan modifikasi yang memuat ide dan metode
yang dipergunakan untuk mengatasi suatu permasalahan pendidikan (Joice dan
Weil, 1980 dalam Inovasi Pembelajaran pada Matakuliah Kimia Analitik II).
Dewasa ini seiring dengan perkembangan teknologi sudah cukup banyak
inovasi-inovasi yang digunakan dalam
pembelajaran. Inovasi ini bisa dilakukan oleh guru dan dosen untuk
mengoptimalkan tujuan pembelajaran yang akan di capai. Tujuan pembelajaran
dikatakan tercapai jika apa yang disampaikan oleh guru maupun dosen dapat
diterima atau dipahami siswanya. Inovasi pembelajaran juga harus efektif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.
Inovasi pembelajaran dapat dilakukan untuk berbagai mata pelajaran tidak
terkecuali mata pelajaran kimia. Pada mata pelajaran kimia sangat diperlukan
inovasi-inovasi agar siswa yang belajar kimia merasa asik dan menyenangkan.
Mendengar
kata kimia sebagian siswa sudah merasa ngeri
dan takut. Dalam artian sejauh yang mereka ketahui tentang kimia yaitu
berhubungan dengan bahan-bahan berbahaya yang dapat membahayakan tubuh maupun
kehidupan (bahaya limbah kimia dan alat peledak). Mereka beranggapan seperti
itu karena yang terekspos di media adalah bahan kimia yang membahayakan
kehidupan seperti berita terorisme yang menggunakan alat peledak untuk
menyakiti orang-orang. Dari anggapan-anggapan tersebut merupakan salah satu
alasan siswa malas mempelajari ilmu kimia. Selain alasan klasik seperti yang disebutkan tadi ada alasan
lain yaitu kimia dianggap matapelajaran yang sulit dan rumit dengan berbagai
unsur yang mempunyai sifat-sifatnya masing-masing. Selain itu, guru kimia terkenal
galak atau menyeramkan dan lain-lain. Kebanyakan siswa kurang tahu akan manfaat
ilmu kimia dalam kehidupan karena mereka belum mengetahui ilmunya secara
menyeluruh. Hal ini yang masih menjadi PR bagi para guru untuk mengubah
anggapan-anggapan seperti itu.
Pembelajaran
yang inovatif adalah suatu pendekatan pengajaran yang memberikan pembaharuan
berlandaskan kebutuhan pembelajaran pada tataran pendidikan pada saat itu.
Inovasi pembelajaran sain dalam hal ini kimia yaitu strategi, metode, dan
prinsip pengajaran yang dipergunakan dalam pembelajaran sains (kimia). Inovasi
pembelajaran dalam bidang sain memilki kelebihan dalam tiga aspek yaitu, (1)
pembelajaran pemecahan masalah, (2) pembelajaran berdasarkan pengalaman, dan
(3) pembelajaran berbasis individu dan kerjasama (Situmorang,2004 dalam
Peningkatan Kualitas Perkuliahan Evaluasi Pembelajaran Kimia Melalui Inovasi
Berbasis Media). Pembelajaran pemecahan masalah membantu siswa untuk memecahkan
masalah yang diberikan kepada siswa dan akan menuntun siswa untuk melakukan
penyelidikan. Dengan pembelajaran ini siswa akan melakukan sendiri semua
kegiatan pembelajaran sehingga siswa merasakan pengalaman dan pelajaran yang
didapat akan membekas di pikiran siswa. Dengan pembelajaran dengan pengalaman
memori yang didapat akan sulit terlupakan beda dengan kita belajar dengan cara
mengingat. Pembelajaran dengan pengalaman dan pemecahan masalah ini harus
dikembangkan agar pembelajaran yang dilakukan semakin bermakna dan mengena di
setiap siswa. Tidak seperti pembelajaran sebelumnya yang hanya mengandalkan
teori saja. Pembelajaran berbasis individu dan kerjasama juga sangat membantu
peningkatan kualitas pembelajaran. Pembelajaran individu dan kerjasama akan
membantu siswa memahami konsep-konsep materi pembelajaran yang sulit, terutama
bagi siswa yang tingkat kemampuan akademiknya berbeda. Siswa dengan tingkat
akdemik yang kurang dapat dibantu oleh siswa yang mempunyai kemampuan lebih
tinggi. Pembelajaran ini juga memberikan pendidikan karakter yaitu tentang
kerjasama antar siswa. Menurut Glancario dan Slunt (2004) dalam Peningkatan Kualitas Perkuliahan Evaluasi
Pembelajaran Kimia Melalui Inovasi Berbasis Media menyebutkan bahwa model
pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyelesaikan tugas
yang diberikan oleh guru secara mandiri maupun secara berkelompok dalam memecahkan
permasalahan dalam kehidupan nyata melalui kegiatan kelas dan laboratorium. Model ini mampu membawa siswa untuk dapat
belajar aktif sehingga terjadi interaksi diantara siswa.
Dalam
mengembangkan inovasi dalam pembelajaran dapat dilakukan inovasi bagi guru,
siswa dan metode pembelajaran. Pada umumnya guru mengajar sesuai buku teks yang
digunakan dalam menyampaikan materi pelajaran. Hal ini yang membuat pelajaran
menjadi tidak menarik. Banyak siswa yang menjadi enggan belajar sain dalam hal
ini kimia karena guru menyampaikan materi terlalu akademik sehingga pelajaran
kimia dianggap pelajaran yang sangat sulit dan membosankan. Hal ini menjadi
suatu tantangan bagi guru untuk membuat belajr kimia menjadi menarik dan
menyenangkan.
Sebagaimana
kita ketahui bahwa jiwa sain adalah inkuiri. Belajar kimia (sain) akan menarik
jika dapat membuat siswa meningkatkan rasa ingin tahu mereka sehingga siswa
akan terus ingin belajar. Peningkatan rasa ingin tahu dapat meningkat jika
siswa dipandu bekerja sains tidak menghafal seperti yang dipraktekkan dalam
pendidikan Indonesia sebelum-sebelumnya. Untuk mencapai hal tersebut guru harus
mendorong siswa untuk berpikir dan bertanya secara kritis dalam bekerja sains. Fungsi
guru sebagai fasilitator harus berfungsi dengan baik. Dalam hal ini guru
sebagai fasilitas untuk siswa dalam belajar. Guru tidak bertindak sebagai
pelaku pembelajaran atau sumber tunggal informasi ketika belajar. Guru harus
bisa menggali pengetahuan yang dimilki oleh siswa sehingga pengatahuan yang
telah dimilki oleh siswa akan bertambah dari yang kurang lengkap menjadi lebih
lengkap lagi. Dalam melakukan pembelajaran guru juga harus mengaitkan materi
pembelajaran yang akan diajarkan dengan kehidupan sehari-hari sehingga
pengetahuan yang didapat oleh siswa tidak mentah dan tidak ada bayangan sama
sekali. Jika materi pembelajaran yang disampaikan dikaitkan dengan kehidupan
sehari-hari sehingga pengetahuan yang didapat bermakna bagi siswa. Kemampuan
siswa bertanya dan berpikir kritis akan tercapai apabila guru membimbing siswa
melakukan analisis dan sintesis. Dengan pola pembelajaran inovatif yang
dilakukan oleh guru, siswa juga akan mengalami inovasi dalam belajarnya.
Siswa
perlu diinovasi dalam cara belajarnya. Bila biasanya siswa belajar hanya
mengumpulkan pengetahuan dan cara yang dilakukan oleh siswa adalah dengan cara
menghafal materi yang ada. Sekarang ini metode hafalan tidak lagi efektif untuk
belajar karena dengan hafalan yang siswa dapat adalah materi secara teori saja
dan belum tentu menguasai konsep-konsep yang dipelajari. Padahal, dalam belajar
yang harus dikuasai adalah konsep materi tersebut. Pencapaian kompetensi siswa tidak hanya
diukur seberapa jauh siswa mengetahui konsep tetapi bagaimana kinerja siswa
atau penerapan konsep – konsep yang dipelajari siswa. Pada proses pembelajaran
terdahulu, aktivitas guru lebih banyak atau lebih didominasi oleh guru maka
untuk pembelajaran saat ini, proses pembelajaran harus diubah siswa harus lebih
mendominasi kegiatan dikelas. Siswadituntut lebih aktif dalam melakukan proses
pembelajaran. Guru hanya bertindak sebagai fasilitator. Dari kegiatan menghafal
harus diubah menjadi kegiatan berpikir. Jadi, kegiatan belajar yang menerima
harus diubah menjadi belajar menemukan.
Kegiatan
pembelajaran perlu diinovasi dengan beberapa indicator yang perlu diganti,
seperti dari menyimak menjadi kegiatan, dari praktikum verifikasi menjadi
praktikum berbasis inkuiri. Apabila biasanya siswa hanya menjawab pertanyaan
guru maka perlu diubah menjadi bertanya kepada guru dan sesama siswa. Sebagai
akibatnya kegiatan siswa yang biasanya hanya mencatat hal-hal yang disampaikan
oleh guru, perlu diubah menjadi merangkum. Kegiatan ini dapat meningkatkan
kualitas belajar siswa dari surface
learning menjadi deep learning (Light
and Cox, 2001 dalam Inovasi Pembelajaran Menuju Profesionalisme Guru).
Dengan
belajar merangkum siswa dituntut berpikir membuat kesimpulan dan merangkum
materi yang ada. Setelah pembelajaran berlangsung siswa juga diminta untuk
mereview pelajaran yang baru diajarkan sehingga pengetahuan siswa terus digali
tidak hanya menerima pengetahuan saja. Dari kegiatan siswa mendengarkan ceramah
guru perlu diinovasi menjadi siswa mempresentasikan apa yang mereka pelajari.
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa ciri-ciri pembelajaran inovatif
meliputi menyenangkan, menantang, aktif, kreatif, mandiri, interaktif dan
inspiratif.
Selain
inovasi yang dilakukan guru dan siswa materi pelajaran juga seharusnya
diinovasi agar tujuan pembelajaran yang akan dicapai dapat tercapai secara
optimal. Pada pembelajaran lama, bahan
ajar meliputi buku teks, soal-soal, LKS, audio-video, slide dan lain
sebagainya. Sekarang ini dengan kecanggihan teknologi yang ada materi ajar
ataupun bahan ajar dapat didapatkan dengan mudah. Saat ini seorang siswa dengan
sangat mudah untuk mendapatkan materi ajar dengan mencari di internet secara
mandiri. Bahkan saat ini pemerintah juga sudah mengadakan buku elektronik atau
e-book yang dapat diunduh oleh siapapun. Bentuk bahan ajar lain yaitu jurnal ilmiah
tercetak.
Selain
buku, bahan ajar juga dapat berupa software animasi, simulasi, pemodelan,
tutorial dan berbagai jenis software lainnya. Guru dapat memodifikasi bahan
ajar sesuai dengan kemampuan setiap guru. Misalnya guru yang dapat memanfaatkan
media komputer dapat memanfaatkannya untuk membuat model-model pembelajaran
yang menarik. Dibandingkan dengan pendidikan lama, pendidikan saat ini sangat
berbeda jauh. Kalau dahulu kita hanya terbatas oleh buku-buku yang disediakan
perpustakaan, yang terbatas oleh ruang dan waktu. Sekarang kita difasilitasi
kecanggihan teknologi yang dapat digunakan oleh siapa saja, kapan pun dan
dimanapun. Perpustakaan yang dulu hanya memiliki bahan ajar tercetak saja, masa
kini dengan adanya inovasi pembelajaran memerlukan adanya bahan ajar yang dapat
diakses oleh siapapun. Bila perpustakaan hanya dapat digunakan saat jam buka,
maka saat ini perpustakaan dapat diakses selama 24 jam setiap hari dengan akses
internet. Sudah saatnya bahan ajar tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Hal ini
menuntut adanya perubahan kompetensi siswa maupun guru dalam menggunakan
teknologi informasi dan komunikasi yang semakin canggih. Dengan perkembangan
teknologi ini guru dan siswa dituntut aktif dan mandiri untuk memanfaatkan
teknologi yang ada untuk mencapai tujuan pembelajaran yang optimal.
Inovasi
pembelajaran juga mengalami perkembangan sejalan dengan perkembangan teknologi.
Melalui inovasi maka model pembelajaran dapat dikembangkan dan ditingkatkan
untuk melahirkan model-model pembelajaran baru yang menarik. Beberapa inovasi
model pembelajaran yang telah berhasil dipergunakan dalam pembelajaran sain
diantaranya adalah model pembelajaran menggunakan analogi, model pembelajaran
menggunakan media dan model pembelajaran berbasis teknologi informasi (web).
Model pembelajaran menggunakan analogi adalah pembelajaranyang menggunakan
analogi dalam penjelasan fenomena ilmiah. Model pembelajaran menggunakan
analogi sangat berperan dalam penjelasan ilmiah, pengamatan dan penemuan. Model
pembelajaran ini sangat menolong siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan dengan
keadaan lingkungan nyata yang relevan pada saat mempelajari pengetahuan baru.
Sebagai contoh, model pembelajaran dengan menggunakan analogi antara pergerakan
planet dengan arah pergerakan jarum jam, pembelajaran menggunakan visualisasi
analogi antara lemari buku dengan model atom Bohr, dan visualisasi analogi antara
aliran air dengan aliran listrik (Glynn, dkk, 2001 dalam Peningkatan Kualitas
Perkuliahan Evaluasi Pembelajaran Kimia Melalui Inovasi Berbasis Media).
Media
pendidikan dapat dipergunakan untuk membangun pemahaman dan penguasaan objek
pendidikan. Beberapa media pendidikan yang sering digunakan dalam pembelajaran
diantaranya media cetak, elektronik, model dan peta (Kreyenhbuhl, 1991 dalam
Peningkatan Kualitas Perkuliahan Evaluasi Pembelajaran Kimia Melalui Inovasi
Berbasis Media). Media –media tersebut akan mendukung berjalanya pembelajaran
dalam menjelaskan materi ajar. Media cetak akan lebih efektif jika bahan ajar
sudah dipersiapkan dengan baik yang dapat memberikan kemudahan bagi siswa untuk
menjelaskan materi. Selain media cetak, contoh media elektronik yang dapat
digunakan bahan ajar adalah video. Video ini berisi materi-materi yang
berhubungan dengan pembelajaran. Misalnya diperlihatkan video tentang reaksi
logam-logam alkali yang direaksikan dengan air. Hal ini sangat mendukung karena
reaksi ini tidak mungkin dilakukan di dalam laboratorium karena reaksinya yang
sangat eksplosif. Siswa tidak hanya diberikan materi secara teori saja tetapi
juga diberikan contoh secara nyata walaupun hanya menggunakan video. Penggunaan
video ini juga mengurangi salah konsep siswa terhadap suatu materi. Pembelajaran
dengan menggunakan video dalam percobaan yang menuntut keterampilan seperti
pada kegiatan praktikum sangat efektif bila dilakukan dengan penuh persiapan. Sebelum
praktikum dimulai, video dipergunakan untuk membantu siswa memberikan arahan
terhadap apa yang harus mereka amati selama percobaan. Selanjutnya, video
diputar kembali pada akhir praktikum untuk mengklarifikasi hal-hal penting yang
harus diketahui oleh siswa dari percobaan yang sudah dilakukan (Situmorang,
2003 dalam Peningkatan Kualitas Perkuliahan Evaluasi Pembelajaran Kimia Melalui
Inovasi Berbasis Media).
Media
lain yang dipergunakan dalam pembelajaran sain adalah petakonsep. Penggunaan
media petakonsep didalam pendidikan sudah dilakukan sejak tahun 1977, yaitu
dalam pengajaran Biologi (Novak, 1977 dalam Peningkatan Kualitas Perkuliahan
Evaluasi Pembelajaran Kimia Melalui Inovasi Berbasis Media) dan sejak itu model
petakonsep berkembang dan telah dipergunakan dalam pembelajaran sains. Model
petakonsep bertujuan untuk membantu siswa belajar sistematis dari pengetahuan
yang umum dan mengerucut ke pengetahuan yang lebih khusus. Model ini juga dapat
meningkatkan pemahaman konsep sehingga memudahkan siswa untuk belajar.
Petakonsep merupakan media pendidikan yang dapat menunjukkan konsep ilmu yang
sistematis yaitu dimulai dari inti permasalahan sampai pada bagian pendukung
yang mempunyai hubungan satu dengan lainnya, sehingga membentuk pengetahuan dan
mempermudah pemahaman suatu topik pelajaran. Langkah yang dilakukan dalam
inovasi model pembelajaran dengan media peta konsep adalah memikirkan apa yang
menjadi pusat atau topic permasalahan yaitu sesuai yang dianggap sebagai konsep
inti dimana konsep-konsep pendukung lain dapat diorganisasikan terhadap konsep
inti, kemudian menuliskan kata, peristilahan dan rumus yang memiliki arti,
yaitu yang mempunyai hubungan dengan konsep inti dan pada akhirnya membentuk
suatu peta hubungan integral dan saling terkait antar konsep atas-bawah-samping
(Situmorang, dkk, 2000 dalam Peningkatan Kualitas Perkuliahan Evaluasi
Pembelajaran Kimia Melalui Inovasi Berbasis Media).
Kemajuan
teknologi juga sangat memudahkan siswa untuk belajar mandiri tanpa bimbingan
guru. Kemajuan jaman dan perkembangan teknologi telah menciptakan berbagai alat
yang sangat membantu atau memudahkan pekerjaan manusia. Teknologi yang ada
misalnya internet. Dari internet ini juga tercipta e-learning yaitu suatu
teknologi berbasis internet untuk menyampaikan materi pelajaran. E-learning
telah memberikan pengaruh sangat besar dalam inovasi model pembelajaran. Dengan
adanya e-learning siswa semakin dimudahkan untuk belajar mandiri. Siswa dapat
langsung mengembangkan pengetahuannya tanpa menunggu perintah dari guru. Dengan
adanya e-learning maupun e-book menjadikan pendidikan tidak terbatas ruang dan
waktu.
Inovasi
dalam pembelajaran juga dapat dilakukan dengan menginovasi model pembelajaran. Beberapa
model pembelajaran inovatif diantaranya model pembelajaran inkuiri, model
pmbelajaran kontekstual, model pembelajaran tematik, model pembelajaran
kreatif-produktif, dan model pembelajaran berpikir tingkat tinggi. Model
pembelajaran inkuiri menekankan pada hakekat sains sebagai proses, yaitu
inkuiri sains. Berdasarkan pola pikir tersebut model pembelajaran ini bertujuan
membangun sikap ilmiah dan meningkatkan rasa ingin tahu. Dan dalam hal ini yang
menjadi perhatian utama adalah bagaimana siswa dapat menyusun
pertanyaan-pertanyaan yang produktif. Inovasi yang dapat dilakukan pada model
inkuiri ini yaitu dengan membuat pelajaran sains menjadi menantang dan membuat
siswa penasaran untuk memecahkannya. Guru hanya sebagai pembimbing untuk siswa
memecahkan masalah yang ada.
Model
pembelajaran yang kedua adalah model pembelajaran konstektual. Model ini
menekankan pada afektif siswa yang berbeda dengan model pembelajaran inkuiri
yang menekankan pada ranah kognitif. Model pembelajaran ini berbasis
nilai/norma dan berasal dari kehidupan sehari-hari siswa. Inovasi pembelajaran melalui model
pembelajaran konstektual ini yaitu kimia sebagai aplikasi dalam kehidupan
sehari-hari. Misalnya siswa diberi tugas untuk membuat sesuatu dari bahan kimia
atau membuat produk kimia yang berguna bagi kehidupan sehari-hari.
Model
pembelajaran yang lain yaitu model pembelajaran tematik. Model pembelajaran
tematik yaitu model pembelajaran yang berbasis pada tema kehidupan sehari-hari.
Model ini dipilih untuk menghilangkan kesan disiplin-disiplin sains yang kokoh
dan tidak berhubungan dengan satu dengan lainnya. Melalui model pembelajaran
tematik akan tergambar keterhubungan berbagai mata pelajaran yang ada. Hal ini
menunjukkan inovasi adanya keterkaitan mata pelajaran sains (kimia) dengan mata
pelajaran yang lain. Misalnya materi kimia tentang limbah dan kimia lingkungan
akan berkaitan dengan ilmu sosial karena pada materi limbah dan kimia
lingkungan akan sangat berkaitan dengan sosial masyarakat. Jadi, penggunaan
model pembelajaran tematik ini selalu menggunakan pendekatan hand-on dan
minds-on yang lebih konkret bagi siswa. Hal ini akan berdampak pada
kebermaknaan belajar kimia (sains) oleh banyaknya hubungan dengan mata
pelajaran lain. Untuk menemukan banyak hubungan ini kekuatan pembelajaran
tematik adalah tidak terbatas pada jam pelajaran saja, melainkan dapat
berlanjut di luar jam pelajaran tanpa menjadi beban bagi siswa (Lailasari, 2009).
Model
pembelajaran yang keempat adalah model pembelajaran kreaktif-produktif. Model
pembelajaran ini merupakan modivikasi dari siklus belajar kontruktivisme.Model
ini merupakan penerapan dari teori Piagetyaitu model asimilasi dan akomodasi
dalam pembentukan struktur kognitif siswa. Pada model ini terdapat tahap-tahap
pembelajaran yang meliputi tahap orientasi, pengenalan konsepdan aplikasi
konsep, lebih mengarahkan pada pembentukan konsep-konsep sains sehingga siswa
dapat berpikir kritis. Untuk mengembangkan berpikir kreatif maka dilakukan
modifikasi tahap ketiga dari siklus belajar menjadi 2 tahap yaitu tahap
interpretasi konsep-konsep sains dan rekreasi aplikasi konsep-konsep sains.
Keuntungan lain yang diperoleh melalui model pembelajaran kreatif-produktif
adalah efisiensi waktu belajar siswa di kelas, karena tugas-tugas dapat
dilakukan di luar kelas (Lailasari, 2009).
Model pembelajaran inovatif yang terakhir adalah model
pembelajaran berpikir tingkat tinggi. Model pembelajaran ini menuntut siswa
untuk berpikir tingkat tinggi. Pemikiran tingkat tinggi ini diperoleh dari
latihan dari model pembelajaran lain
untuk menjadikan manusia sains. Dalam hal ini siswa tidak berpikir
melalui sains melainkan siswa harus mengembangkan kemampuan atau keterampilan
berpikir sains. Keterampilan sains yaitu keterampilan generic sains.
Keterampilan sains meliputi pengamatan langsung dan tak langsung, kesadaran
akan skala besaran, bahasa simbolik, kerangka logika taat hokum alam, inferensi
logika, pemodelan matematik, membangun konsep, dan tilikan ruang
(Brotosiswoyo,2000 dalam Inovasi Pembelajaran Menuju Profesionalisme Guru).
Untuk itu, inovasi dalam pembelajaran kimia sangat perlu agar tujuan
pembelajaran yang akan dicapai akan tercapai secara optimal.
1 Komentar untuk "INOVASI PEMBELAJARAN KIMIA UNTUK MENCAPAI TUJUAN PEMBELAJARAN YANG OPTIMAL"
Artikel ini bagus. Bolehkah saya mendapatkan artikel ini, saya minta.. terimakasih
Berkomentarlah dengan baik dan sopan, saya akan berusaha untuk menjawab setiap pertanyaan dan menanggapi setiap komentar yang anda berikan, :)
Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya :)