Translate

INOVASI PEMBELAJARAN KIMIA UNTUK MENCAPAI TUJUAN PEMBELAJARAN YANG OPTIMAL



Menurut kamus besar bahasa Indonesia pendidikan diartikan sebagai proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik.Dengan pendidikan seseorang akan lebih dewasa karena dalam pendidikan ada proses pembelajaran yang akan membuat seseorang dari pengetahuan lama menjadi pengetahuan yang baru, menambah pengalaman seseorang dari tidak tahu apa-apa menjadi tahu segala macam pengetahuan. Pendidikan sangat penting bagi setiap orang karena dengan pendidikan manusia dapat melakukan berbagai hal tanpa asal-asalan selalu ada ilmunya.
Pendidikan di Indonesia sendiri semakin berkembang seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kesadaran masyarakat Indonesia juga semakin tinggi akan pentingnya pendidikan bagi anak-anak. Meskipun masih ada yang menganggap pendidikan kurang penting. Misalnya saja seorang siswa setelah lulus SMA orang tua menyuruh anak-anaknya uuntuk bekerja ketimbang meneruskan kuliah yang akan menghabiskan banyak biaya. Hal ini dikarenakan kesejahteraan masyarakat Indonesia yang masih kurang sehingga untuk biaya pendidikan sendiri masih menjadi beban bagi masyarakat. Hal ini yang harus kita perhatikan dan juga harus mengubah pola pikir masyarakat tentang pentingnya pendidikan.

 Perhatian pemerintah sudah cukup baik terhadap pendidikan dengan menambah waktu wajib belajar dari sembilan tahun menjadi dua belas tahun. Dan juga telah banyak beasiswa yang diberikan kepada siswa yang berprestasi akan tetapi kurang mampu sehingga masih dapat melanjutkan sekolah. Diharapkan pemerintah harus selalu mendukung kemajuan pendidikan Indonesia sehingga sumber daya manusianya menjadi baik.
Pendidikan merupakan salah satu  indikator  kemajuan suatu bangsa atau negara. Negara maju terlihat  bahwa pendidikan yang ada sudah maju dan masyarakatnya telah sadar akan pentingnya pendidikan bagi manusia. Sedangkan bagi negara berkembang, masyarakatnya masih kurang sadar akan pentingnya pendidikan bagi anak. Pendidikan di negara maju bisa bagus karena kesadaran  masyarakat akan pentingnya pendidikan, budaya membaca yang baik, sarana prasarana belajar yang bagus. Dalam proses pendidikan berlangsung proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan suatu cara atau proses menjadikan manusia belajar. Pembelajaran harus dilakukan dengan baik agar tujuan pembelajaran yang akan dicapai dapat tercapai dengan optimal.
         Pembelajaran yang dilaksanakan pada di jaman sekarang ini harus sesuai dengan perkembangan jaman dengan semakin majunya teknologi. Teknologi yang ada harus dimanfaatkan dengan bijaksana untuk mendukung pembelajaran yang dilakukan oleh pelaku belajar. Selain dukungan alat ataupun media proses pembelajaran peran guru juga penting dalam melakukan pembelajaran. Guru yang dibutuhkan adalah guru professional. Guru professional harus memiliki kompetensi yang memenuhi ketentuan perundangan. Sesuai dengan permendiknas no. 16 tahun 2007 guru harus mempunyai 4 kompetensi yaitu kompetensi paedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi professional. Beberapa kompetensi inti guru matapelajaran yang berhubungan langsung dengan pembelajaran diantaranya: (1) menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik, (2) menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik, (3) memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran (Liliasari, 2009).
Salah satu kompetensi yang dituntut dalam kompetensi inti yang pertama diatas yaitu menerapkan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang mendidik secara kreatif dalam pelajaran yang diampu. Kompetensi guru matapelajaran yang terkait dengan kompetensi inti yang kedua diatas yaitu menyususn rancangan pembelajaran yang lengkap, baik untuk kegiatan yang didalam kelas, laboratorium, maupun lapangan; melaksanakan pembelajaran yang mendidik di kelas, di laboratorium dan di lapangan dengan memperhatikan standar keamanan yang dipersyaratkan; menggunakan media pembelajaran dan sumber belajar yang relevan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran yang diampu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang utuh. Selanjutnya, untuk memenuhi kompetensi inti yang ketiga diatas, perlu dimilki kompetensi memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam pembelajaran yang diampu (Liliasari,2009).
Kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki seorang guru atau pengajar harus berjalan dengan seimbang agar tujuan pembelajaran yang akan dicapai dapat optimal. Misalnya seorang guru yang mempunyai keahlian merencanakan pembelajaran tetapi kurang dapat memanfaatkan teknologi yang ada untuk mengajar hasilnya akan kurang memuaskan. Dewasa ini dengan berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi pembelajaran yang dilakukan harus inovatif. Jika pembelajaran masih dilakukan dengan model lama siswa akan merasa jenuh dan bosan karena pembelajaran tidak mengikuti perkembangan jaman. Pembelajaran yang dilakukan untuk pendidikan harus menyesuaikan dengan perkembangan mental peserta didik dan mengikuti perkembangan jaman agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal. Untuk mengembangkan strategi pembelajaran dapat dilakukan inovasi-inovasi atau penemuan hal-hal yang baru dalam metode, alat atau gagasan.
Dalam  kamus besar bahasa Indonesia inovasi berarti penemuan baru yg berbeda  dari  yang sudah ada atau yangg sudah dikenal sebelumnya (gagasan, metode, atau alat). Dalam pembelajaran terdapat empat komponen yang harus ada yaitu siswa (peserta didik), guru (pendidik), materi ajar, dan proses pembelajaran. Agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik keempat komponen  tersebut harus saling mendukung. Dan keempat komponen tersebut akan mencerminkan kualitas pembelajaran yang dihasilkan. Agar pembelajaran yang dihasilkan dapat maksimal keempat komponen inilah yang dapat diinovasikan. Inovasi ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang diharapkan sesuai dengan perkembangan jaman.   
Inovasi pembelajaran sangat diperlukan agar siswa tidak bosan untuk belajar dan mengembangkan kemampuan serta bakat yang mereka miliki. Hal ini juga digunakan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Inovasi yang dilakukan juga berguna agar tujuan pembelajaran tercapai lebih optimal. Kebanyakan siswa akan mulai bosan untuk belajar ketika guru atau pengajar menggunakan metode yang sama dan monoton. Di jaman sekarang ini siswa semakin kreatif dan aktif seiring dengan perkembangan jaman. Dengan kemajuan teknologi seperti saat ini  seorang guru juga dituntut kreatif dan dapat memanfaatkan teknologi yang ada untuk menunjang kemajuan pendidikan negara ini. Inovasi pembelajaran terutama dalam menghasilkan model pembelajaran baru perlu mendapat perhatian pada saat ini terutama pada pembelajaran inovatif yang dapat memberikan hasil belajar lebih baik, peningkatan efisiensi dan efektivitas pembelajaran menuju pembaharuan. Inovasi dalam pendidikan sering dihubungkan dengan pembaharuan yang berasal dari hasil pemikiran kreatif, temuan dan modifikasi yang memuat ide dan metode yang dipergunakan untuk mengatasi suatu permasalahan pendidikan (Joice dan Weil, 1980 dalam Inovasi Pembelajaran pada Matakuliah Kimia Analitik II).
Dewasa ini seiring dengan perkembangan teknologi sudah cukup banyak inovasi-inovasi  yang digunakan dalam pembelajaran. Inovasi ini bisa dilakukan oleh guru dan dosen untuk mengoptimalkan tujuan pembelajaran yang akan di capai. Tujuan pembelajaran dikatakan tercapai jika apa yang disampaikan oleh guru maupun dosen dapat diterima atau dipahami siswanya. Inovasi pembelajaran juga harus efektif  dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Inovasi pembelajaran dapat dilakukan untuk berbagai mata pelajaran tidak terkecuali mata pelajaran kimia. Pada mata pelajaran kimia sangat diperlukan inovasi-inovasi agar siswa yang belajar kimia merasa asik dan menyenangkan.
Mendengar kata kimia sebagian  siswa sudah merasa ngeri dan takut. Dalam artian sejauh yang mereka ketahui tentang kimia yaitu berhubungan dengan bahan-bahan berbahaya yang dapat membahayakan tubuh maupun kehidupan (bahaya limbah kimia dan alat peledak). Mereka beranggapan seperti itu karena yang terekspos di media adalah bahan kimia yang membahayakan kehidupan seperti berita terorisme yang menggunakan alat peledak untuk menyakiti orang-orang. Dari anggapan-anggapan tersebut merupakan salah satu alasan siswa malas mempelajari ilmu kimia. Selain alasan  klasik seperti yang disebutkan tadi ada alasan lain yaitu kimia dianggap matapelajaran yang sulit dan rumit dengan berbagai unsur yang mempunyai sifat-sifatnya masing-masing. Selain itu, guru kimia terkenal galak atau menyeramkan dan lain-lain. Kebanyakan siswa kurang tahu akan manfaat ilmu kimia dalam kehidupan karena mereka belum mengetahui ilmunya secara menyeluruh. Hal ini yang masih menjadi PR bagi para guru untuk mengubah anggapan-anggapan seperti itu.
Pembelajaran yang inovatif adalah suatu pendekatan pengajaran yang memberikan pembaharuan berlandaskan kebutuhan pembelajaran pada tataran pendidikan pada saat itu. Inovasi pembelajaran sain dalam hal ini kimia yaitu strategi, metode, dan prinsip pengajaran yang dipergunakan dalam pembelajaran sains (kimia). Inovasi pembelajaran dalam bidang sain memilki kelebihan dalam tiga aspek yaitu, (1) pembelajaran pemecahan masalah, (2) pembelajaran berdasarkan pengalaman, dan (3) pembelajaran berbasis individu dan kerjasama (Situmorang,2004 dalam Peningkatan Kualitas Perkuliahan Evaluasi Pembelajaran Kimia Melalui Inovasi Berbasis Media). Pembelajaran pemecahan masalah membantu siswa untuk memecahkan masalah yang diberikan kepada siswa dan akan menuntun siswa untuk melakukan penyelidikan. Dengan pembelajaran ini siswa akan melakukan sendiri semua kegiatan pembelajaran sehingga siswa merasakan pengalaman dan pelajaran yang didapat akan membekas di pikiran siswa. Dengan pembelajaran dengan pengalaman memori yang didapat akan sulit terlupakan beda dengan kita belajar dengan cara mengingat. Pembelajaran dengan pengalaman dan pemecahan masalah ini harus dikembangkan agar pembelajaran yang dilakukan semakin bermakna dan mengena di setiap siswa. Tidak seperti pembelajaran sebelumnya yang hanya mengandalkan teori saja. Pembelajaran berbasis individu dan kerjasama juga sangat membantu peningkatan kualitas pembelajaran. Pembelajaran individu dan kerjasama akan membantu siswa memahami konsep-konsep materi pembelajaran yang sulit, terutama bagi siswa yang tingkat kemampuan akademiknya berbeda. Siswa dengan tingkat akdemik yang kurang dapat dibantu oleh siswa yang mempunyai kemampuan lebih tinggi. Pembelajaran ini juga memberikan pendidikan karakter yaitu tentang kerjasama antar siswa. Menurut Glancario dan Slunt (2004) dalam  Peningkatan Kualitas Perkuliahan Evaluasi Pembelajaran Kimia Melalui Inovasi Berbasis Media menyebutkan bahwa model pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru secara mandiri maupun secara berkelompok dalam memecahkan permasalahan dalam kehidupan nyata melalui kegiatan kelas dan laboratorium.  Model ini mampu membawa siswa untuk dapat belajar aktif sehingga terjadi interaksi diantara siswa.
Dalam mengembangkan inovasi dalam pembelajaran dapat dilakukan inovasi bagi guru, siswa dan metode pembelajaran. Pada umumnya guru mengajar sesuai buku teks yang digunakan dalam menyampaikan materi pelajaran. Hal ini yang membuat pelajaran menjadi tidak menarik. Banyak siswa yang menjadi enggan belajar sain dalam hal ini kimia karena guru menyampaikan materi terlalu akademik sehingga pelajaran kimia dianggap pelajaran yang sangat sulit dan membosankan. Hal ini menjadi suatu tantangan bagi guru untuk membuat belajr kimia menjadi menarik dan menyenangkan. 
Sebagaimana kita ketahui bahwa jiwa sain adalah inkuiri. Belajar kimia (sain) akan menarik jika dapat membuat siswa meningkatkan rasa ingin tahu mereka sehingga siswa akan terus ingin belajar. Peningkatan rasa ingin tahu dapat meningkat jika siswa dipandu bekerja sains tidak menghafal seperti yang dipraktekkan dalam pendidikan Indonesia sebelum-sebelumnya. Untuk mencapai hal tersebut guru harus mendorong siswa untuk berpikir dan bertanya secara kritis dalam bekerja sains. Fungsi guru sebagai fasilitator harus berfungsi dengan baik. Dalam hal ini guru sebagai fasilitas untuk siswa dalam belajar. Guru tidak bertindak sebagai pelaku pembelajaran atau sumber tunggal informasi ketika belajar. Guru harus bisa menggali pengetahuan yang dimilki oleh siswa sehingga pengatahuan yang telah dimilki oleh siswa akan bertambah dari yang kurang lengkap menjadi lebih lengkap lagi. Dalam melakukan pembelajaran guru juga harus mengaitkan materi pembelajaran yang akan diajarkan dengan kehidupan sehari-hari sehingga pengetahuan yang didapat oleh siswa tidak mentah dan tidak ada bayangan sama sekali. Jika materi pembelajaran yang disampaikan dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari sehingga pengetahuan yang didapat bermakna bagi siswa. Kemampuan siswa bertanya dan berpikir kritis akan tercapai apabila guru membimbing siswa melakukan analisis dan sintesis. Dengan pola pembelajaran inovatif yang dilakukan oleh guru, siswa juga akan mengalami inovasi dalam belajarnya.
Siswa perlu diinovasi dalam cara belajarnya. Bila biasanya siswa belajar hanya mengumpulkan pengetahuan dan cara yang dilakukan oleh siswa adalah dengan cara menghafal materi yang ada. Sekarang ini metode hafalan tidak lagi efektif untuk belajar karena dengan hafalan yang siswa dapat adalah materi secara teori saja dan belum tentu menguasai konsep-konsep yang dipelajari. Padahal, dalam belajar yang harus dikuasai adalah konsep materi tersebut.  Pencapaian kompetensi siswa tidak hanya diukur seberapa jauh siswa mengetahui konsep tetapi bagaimana kinerja siswa atau penerapan konsep – konsep yang dipelajari siswa. Pada proses pembelajaran terdahulu, aktivitas guru lebih banyak atau lebih didominasi oleh guru maka untuk pembelajaran saat ini, proses pembelajaran harus diubah siswa harus lebih mendominasi kegiatan dikelas. Siswadituntut lebih aktif dalam melakukan proses pembelajaran. Guru hanya bertindak sebagai fasilitator. Dari kegiatan menghafal harus diubah menjadi kegiatan berpikir. Jadi, kegiatan belajar yang menerima harus diubah menjadi belajar  menemukan.
Kegiatan pembelajaran perlu diinovasi dengan beberapa indicator yang perlu diganti, seperti dari menyimak menjadi kegiatan, dari praktikum verifikasi menjadi praktikum berbasis inkuiri. Apabila biasanya siswa hanya menjawab pertanyaan guru maka perlu diubah menjadi bertanya kepada guru dan sesama siswa. Sebagai akibatnya kegiatan siswa yang biasanya hanya mencatat hal-hal yang disampaikan oleh guru, perlu diubah menjadi merangkum. Kegiatan ini dapat meningkatkan kualitas belajar siswa dari surface learning menjadi deep learning (Light and Cox, 2001 dalam Inovasi Pembelajaran Menuju Profesionalisme Guru).
Dengan belajar merangkum siswa dituntut berpikir membuat kesimpulan dan merangkum materi yang ada. Setelah pembelajaran berlangsung siswa juga diminta untuk mereview pelajaran yang baru diajarkan sehingga pengetahuan siswa terus digali tidak hanya menerima pengetahuan saja. Dari kegiatan siswa mendengarkan ceramah guru perlu diinovasi menjadi siswa mempresentasikan apa yang mereka pelajari. Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa ciri-ciri pembelajaran inovatif meliputi menyenangkan, menantang, aktif, kreatif, mandiri, interaktif dan inspiratif.
Selain inovasi yang dilakukan guru dan siswa materi pelajaran juga seharusnya diinovasi agar tujuan pembelajaran yang akan dicapai dapat tercapai secara optimal. Pada pembelajaran  lama, bahan ajar meliputi buku teks, soal-soal, LKS, audio-video, slide dan lain sebagainya. Sekarang ini dengan kecanggihan teknologi yang ada materi ajar ataupun bahan ajar dapat didapatkan dengan mudah. Saat ini seorang siswa dengan sangat mudah untuk mendapatkan materi ajar dengan mencari di internet secara mandiri. Bahkan saat ini pemerintah juga sudah mengadakan buku elektronik atau e-book yang dapat diunduh oleh siapapun. Bentuk bahan ajar lain yaitu jurnal ilmiah tercetak.
Selain buku, bahan ajar juga dapat berupa software animasi, simulasi, pemodelan, tutorial dan berbagai jenis software lainnya. Guru dapat memodifikasi bahan ajar sesuai dengan kemampuan setiap guru. Misalnya guru yang dapat memanfaatkan media komputer dapat memanfaatkannya untuk membuat model-model pembelajaran yang menarik. Dibandingkan dengan pendidikan lama, pendidikan saat ini sangat berbeda jauh. Kalau dahulu kita hanya terbatas oleh buku-buku yang disediakan perpustakaan, yang terbatas oleh ruang dan waktu. Sekarang kita difasilitasi kecanggihan teknologi yang dapat digunakan oleh siapa saja, kapan pun dan dimanapun. Perpustakaan yang dulu hanya memiliki bahan ajar tercetak saja, masa kini dengan adanya inovasi pembelajaran memerlukan adanya bahan ajar yang dapat diakses oleh siapapun. Bila perpustakaan hanya dapat digunakan saat jam buka, maka saat ini perpustakaan dapat diakses selama 24 jam setiap hari dengan akses internet. Sudah saatnya bahan ajar tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Hal ini menuntut adanya perubahan kompetensi siswa maupun guru dalam menggunakan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin canggih. Dengan perkembangan teknologi ini guru dan siswa dituntut aktif dan mandiri untuk memanfaatkan teknologi yang ada untuk mencapai tujuan pembelajaran yang optimal.
Inovasi pembelajaran juga mengalami perkembangan sejalan dengan perkembangan teknologi. Melalui inovasi maka model pembelajaran dapat dikembangkan dan ditingkatkan untuk melahirkan model-model pembelajaran baru yang menarik. Beberapa inovasi model pembelajaran yang telah berhasil dipergunakan dalam pembelajaran sain diantaranya adalah model pembelajaran menggunakan analogi, model pembelajaran menggunakan media dan model pembelajaran berbasis teknologi informasi (web). Model pembelajaran menggunakan analogi adalah pembelajaranyang menggunakan analogi dalam penjelasan fenomena ilmiah. Model pembelajaran menggunakan analogi sangat berperan dalam penjelasan ilmiah, pengamatan dan penemuan. Model pembelajaran ini sangat menolong siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan dengan keadaan lingkungan nyata yang relevan pada saat mempelajari pengetahuan baru. Sebagai contoh, model pembelajaran dengan menggunakan analogi antara pergerakan planet dengan arah pergerakan jarum jam, pembelajaran menggunakan visualisasi analogi antara lemari buku dengan model atom Bohr, dan visualisasi analogi antara aliran air dengan aliran listrik (Glynn, dkk, 2001 dalam Peningkatan Kualitas Perkuliahan Evaluasi Pembelajaran Kimia Melalui Inovasi Berbasis Media).
Media pendidikan dapat dipergunakan untuk membangun pemahaman dan penguasaan objek pendidikan. Beberapa media pendidikan yang sering digunakan dalam pembelajaran diantaranya media cetak, elektronik, model dan peta (Kreyenhbuhl, 1991 dalam Peningkatan Kualitas Perkuliahan Evaluasi Pembelajaran Kimia Melalui Inovasi Berbasis Media). Media –media tersebut akan mendukung berjalanya pembelajaran dalam menjelaskan materi ajar. Media cetak akan lebih efektif jika bahan ajar sudah dipersiapkan dengan baik yang dapat memberikan kemudahan bagi siswa untuk menjelaskan materi. Selain media cetak, contoh media elektronik yang dapat digunakan bahan ajar adalah video. Video ini berisi materi-materi yang berhubungan dengan pembelajaran. Misalnya diperlihatkan video tentang reaksi logam-logam alkali yang direaksikan dengan air. Hal ini sangat mendukung karena reaksi ini tidak mungkin dilakukan di dalam laboratorium karena reaksinya yang sangat eksplosif. Siswa tidak hanya diberikan materi secara teori saja tetapi juga diberikan contoh secara nyata walaupun hanya menggunakan video. Penggunaan video ini juga mengurangi salah konsep siswa terhadap suatu materi. Pembelajaran dengan menggunakan video dalam percobaan yang menuntut keterampilan seperti pada kegiatan praktikum sangat efektif bila dilakukan dengan penuh persiapan. Sebelum praktikum dimulai, video dipergunakan untuk membantu siswa memberikan arahan terhadap apa yang harus mereka amati selama percobaan. Selanjutnya, video diputar kembali pada akhir praktikum untuk mengklarifikasi hal-hal penting yang harus diketahui oleh siswa dari percobaan yang sudah dilakukan (Situmorang, 2003 dalam Peningkatan Kualitas Perkuliahan Evaluasi Pembelajaran Kimia Melalui Inovasi Berbasis Media).
Media lain yang dipergunakan dalam pembelajaran sain adalah petakonsep. Penggunaan media petakonsep didalam pendidikan sudah dilakukan sejak tahun 1977, yaitu dalam pengajaran Biologi (Novak, 1977 dalam Peningkatan Kualitas Perkuliahan Evaluasi Pembelajaran Kimia Melalui Inovasi Berbasis Media) dan sejak itu model petakonsep berkembang dan telah dipergunakan dalam pembelajaran sains. Model petakonsep bertujuan untuk membantu siswa belajar sistematis dari pengetahuan yang umum dan mengerucut ke pengetahuan yang lebih khusus. Model ini juga dapat meningkatkan pemahaman konsep sehingga memudahkan siswa untuk belajar. Petakonsep merupakan media pendidikan yang dapat menunjukkan konsep ilmu yang sistematis yaitu dimulai dari inti permasalahan sampai pada bagian pendukung yang mempunyai hubungan satu dengan lainnya, sehingga membentuk pengetahuan dan mempermudah pemahaman suatu topik pelajaran. Langkah yang dilakukan dalam inovasi model pembelajaran dengan media peta konsep adalah memikirkan apa yang menjadi pusat atau topic permasalahan yaitu sesuai yang dianggap sebagai konsep inti dimana konsep-konsep pendukung lain dapat diorganisasikan terhadap konsep inti, kemudian menuliskan kata, peristilahan dan rumus yang memiliki arti, yaitu yang mempunyai hubungan dengan konsep inti dan pada akhirnya membentuk suatu peta hubungan integral dan saling terkait antar konsep atas-bawah-samping (Situmorang, dkk, 2000 dalam Peningkatan Kualitas Perkuliahan Evaluasi Pembelajaran Kimia Melalui Inovasi Berbasis Media).
Kemajuan teknologi juga sangat memudahkan siswa untuk belajar mandiri tanpa bimbingan guru. Kemajuan jaman dan perkembangan teknologi telah menciptakan berbagai alat yang sangat membantu atau memudahkan pekerjaan manusia. Teknologi yang ada misalnya internet. Dari internet ini juga tercipta e-learning yaitu suatu teknologi berbasis internet untuk menyampaikan materi pelajaran. E-learning telah memberikan pengaruh sangat besar dalam inovasi model pembelajaran. Dengan adanya e-learning siswa semakin dimudahkan untuk belajar mandiri. Siswa dapat langsung mengembangkan pengetahuannya tanpa menunggu perintah dari guru. Dengan adanya e-learning maupun e-book menjadikan pendidikan tidak terbatas ruang dan waktu.
Inovasi dalam pembelajaran juga dapat dilakukan dengan menginovasi model pembelajaran. Beberapa model pembelajaran inovatif diantaranya model pembelajaran inkuiri, model pmbelajaran kontekstual, model pembelajaran tematik, model pembelajaran kreatif-produktif, dan model pembelajaran berpikir tingkat tinggi. Model pembelajaran inkuiri menekankan pada hakekat sains sebagai proses, yaitu inkuiri sains. Berdasarkan pola pikir tersebut model pembelajaran ini bertujuan membangun sikap ilmiah dan meningkatkan rasa ingin tahu. Dan dalam hal ini yang menjadi perhatian utama adalah bagaimana siswa dapat menyusun pertanyaan-pertanyaan yang produktif. Inovasi yang dapat dilakukan pada model inkuiri ini yaitu dengan membuat pelajaran sains menjadi menantang dan membuat siswa penasaran untuk memecahkannya. Guru hanya sebagai pembimbing untuk siswa memecahkan masalah yang ada.
Model pembelajaran yang kedua adalah model pembelajaran konstektual. Model ini menekankan pada afektif siswa yang berbeda dengan model pembelajaran inkuiri yang menekankan pada ranah kognitif. Model pembelajaran ini berbasis nilai/norma dan berasal dari kehidupan sehari-hari siswa.  Inovasi pembelajaran melalui model pembelajaran konstektual ini yaitu kimia sebagai aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya siswa diberi tugas untuk membuat sesuatu dari bahan kimia atau membuat produk kimia yang berguna bagi kehidupan sehari-hari.
Model pembelajaran yang lain yaitu model pembelajaran tematik. Model pembelajaran tematik yaitu model pembelajaran yang berbasis pada tema kehidupan sehari-hari. Model ini dipilih untuk menghilangkan kesan disiplin-disiplin sains yang kokoh dan tidak berhubungan dengan satu dengan lainnya. Melalui model pembelajaran tematik akan tergambar keterhubungan berbagai mata pelajaran yang ada. Hal ini menunjukkan inovasi adanya keterkaitan mata pelajaran sains (kimia) dengan mata pelajaran yang lain. Misalnya materi kimia tentang limbah dan kimia lingkungan akan berkaitan dengan ilmu sosial karena pada materi limbah dan kimia lingkungan akan sangat berkaitan dengan sosial masyarakat. Jadi, penggunaan model pembelajaran tematik ini selalu menggunakan pendekatan hand-on dan minds-on yang lebih konkret bagi siswa. Hal ini akan berdampak pada kebermaknaan belajar kimia (sains) oleh banyaknya hubungan dengan mata pelajaran lain. Untuk menemukan banyak hubungan ini kekuatan pembelajaran tematik adalah tidak terbatas pada jam pelajaran saja, melainkan dapat berlanjut di luar jam pelajaran tanpa menjadi beban bagi siswa  (Lailasari, 2009).
Model pembelajaran yang keempat adalah model pembelajaran kreaktif-produktif. Model pembelajaran ini merupakan modivikasi dari siklus belajar kontruktivisme.Model ini merupakan penerapan dari teori Piagetyaitu model asimilasi dan akomodasi dalam pembentukan struktur kognitif siswa. Pada model ini terdapat tahap-tahap pembelajaran yang meliputi tahap orientasi, pengenalan konsepdan aplikasi konsep, lebih mengarahkan pada pembentukan konsep-konsep sains sehingga siswa dapat berpikir kritis. Untuk mengembangkan berpikir kreatif maka dilakukan modifikasi tahap ketiga dari siklus belajar menjadi 2 tahap yaitu tahap interpretasi konsep-konsep sains dan rekreasi aplikasi konsep-konsep sains. Keuntungan lain yang diperoleh melalui model pembelajaran kreatif-produktif adalah efisiensi waktu belajar siswa di kelas, karena tugas-tugas dapat dilakukan di luar kelas (Lailasari, 2009).
Model pembelajaran  inovatif yang terakhir adalah model pembelajaran berpikir tingkat tinggi. Model pembelajaran ini menuntut siswa untuk berpikir tingkat tinggi. Pemikiran tingkat tinggi ini diperoleh dari latihan dari model pembelajaran lain  untuk menjadikan manusia sains. Dalam hal ini siswa tidak berpikir melalui sains melainkan siswa harus mengembangkan kemampuan atau keterampilan berpikir sains. Keterampilan sains yaitu keterampilan generic sains. Keterampilan sains meliputi pengamatan langsung dan tak langsung, kesadaran akan skala besaran, bahasa simbolik, kerangka logika taat hokum alam, inferensi logika, pemodelan matematik, membangun konsep, dan tilikan ruang (Brotosiswoyo,2000 dalam Inovasi Pembelajaran Menuju Profesionalisme Guru). Untuk itu, inovasi dalam pembelajaran kimia sangat perlu agar tujuan pembelajaran yang akan dicapai akan tercapai secara optimal.
1 Komentar untuk "INOVASI PEMBELAJARAN KIMIA UNTUK MENCAPAI TUJUAN PEMBELAJARAN YANG OPTIMAL"

Artikel ini bagus. Bolehkah saya mendapatkan artikel ini, saya minta.. terimakasih

Berkomentarlah dengan baik dan sopan, saya akan berusaha untuk menjawab setiap pertanyaan dan menanggapi setiap komentar yang anda berikan, :)

Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya :)

Back To Top