Translate

Aliran Nativisme dalam Pendidikan

Aliran ini dipelopori oleh seorang berkebangsaan Jerman bernama Arthur Schopenhouer yang hidup pada abad XIX, dilahirkan tahun 1788 dan meninggal dunia tahun 1860. Pendapat teori ini merupakan kebalikan dari teori tabularasa; yang mengajarkan bahwa anak lahir sudah memiliki pembawaan sendiri-sendiri. Pembawaan yang dibawa sejak lahir meliputi pembawaan baik dan buruk. Perkembangan anak hanya ditentukan oleh pembawaannya sendiri-sendiri. Pembawaanlah yang maha kuasa, yang menentukan perkembangan anak. Lingkungan sama sekali tidak dapat mempengaruhi apalagi membentuk kepribadian anak. Jika pembawaan jahat akan menjadi jahat, jika pembawaan baik akan menjadi baik pula. Bagaimanapun baiknya, kerasnya dan tertibnya usaha pendidikan/lingkungan, hasil pendidikannya akan tetap sebagaimana pembawaannya. Mungkin dapat terjadi selama bantuan pendidikan dan pengawasan bias baik, tetapi begitu sudah berdiri sendiri jika memang dasarnya jelek akan kembali sebagaimana dasarnya yang jelek itu. Jadi, lingkungan sama sekali tidak dapat mempengaruhi terhadap perkembangan atau hasil pendidikan anak. Perkembangan anak ditentukan oleh factor pembawaannya, berarti ditentukan oleh anak itu sendiri. Karena lingkungan/pendidikan sama sekali tidak dapat mempengaruhi perkembangan, dan potensi-potensi yang dimiliki, bukannya hasil hasil pendidikan , melainkan memang potensi yang sudah ada dibawa sejak lahir sehingga tidak ada kepercayaan nilai pendidikan dapat mempengaruhi; maka teori ini disebut juga aliran pesimisme.

Benarkan perkembangan anak dipengaruhi oleh pembawaan? Untuk membuktikan kebenaran ini dapat dikemukakan beberapa contoh. Seorang anak yang orangtuanya penyanyi, maka anaknya akan menjadi seorang penyanyi juga. Orangtuanya seorang pelukis, maka anaknya menjadi seorang pelukis juga. Seorang anak yang tidak berpembawaan usahawan, biarpun dibesarkan dalam lingkungan keluarga usahawan, maka hasilnya akan minim sekali, bahkan akan tertekan dan merana apabila orangtua memaksakan. Mencermati dua contoh diatas, lebih merupakan contoh pembawaan karena faktor keturunan, karena ada kemungkinan menjadi seorang penyanyi atau pelukis tersebut diwariskan oleh orang tuanya melaui sel-sel kelamin. Tetapi dapat juga tidak karena karena keturunan jika pembawaamnya semata-mata memang karena keunikannya dengan pribadi yang yang lain. Sedangkan contoh yang terakhir lebih merupakan contoh pembawaan karena bakat, sebab bukan karena diwariskan sel-sel kelamin, dan ssekali tidak ada kemiripan dengan lingkungannya. Jika orang tuanya usahawan tentunya anaknya juga mempunyai pembawaan usahawan. Benarkah pembawaan anak-anak semata-mata ditentukan oleh factor pembawaan? Untuk menjawab pertanyan tersebut, ikuti contoh pernyataan­pernyataan berikut ini. Apakah keluarga yang baik pasti akan mempunyai anak yang baik? Apakah seorang dari keluarga yang kurang baik akan mempunyai anak yang kurang baik juga? Atau dengan rumusan yang sebaliknya, apakah anak-anak yang jelek pasti berasal dari keluarga yang jelek saja? Tentu saja jawabannya tidak. Berarti, ada faktor lain di luar diri anak tersebut, bukan semata-mata karena pembawaannya (yang bersifat keturunan). Contoh lain : bahwa perkembangan anak bukan semata-mata ditentukan oleh pembawaan (yang bersifat bakat). Apakah dua/tiga anak kembar akan menjadi pribadi yang sama, sama-sama menjadi baik atau sama-sama menjadi anak yang jelek.

0 Komentar untuk "Aliran Nativisme dalam Pendidikan"

Berkomentarlah dengan baik dan sopan, saya akan berusaha untuk menjawab setiap pertanyaan dan menanggapi setiap komentar yang anda berikan, :)

Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya :)

Back To Top