Aliran atau teori ini dipelopori oleh John Locke seorang berkebangsaan Inggris yang hidup pada abad XVIII. Beliau lahir pada tahun 1632 dan meninggal dunia pada tahun 1704 dalam usia 72 tahun. Sesuai dengan namanya, aliran ini menganut paham yang berpendapat bahwa segala pengetahuan, ketrampilan, dan sikap manusia dalam perkembangannya ditentukan oleh pengalaman (empiri) nyata melalui alat inderanya, baik yang berinteraksi secara langsung dengan dunia luarnya maupun melalui proses pengolahan dalam diri dari apa yang diperolehnya secara langsung. Jadi, segala kecakapan dan pengetahuannya tergantung, terbentuk dan ditentukan oleh pengalaman. Sedangkan pengalaman diperoleh dari lingkungan/dunia luar melalui indera sehingga dapat dikatakan bahwa lingkungannyalah yang membentuk perkembangan manusia/anak didik.
Lebih jelas dan tegas lagi bahwa hanya lingkunganlah yang mempengaruhi perkembangan anak. John Locke mengemukakan " Tak ada sesuatu dalam jiwa, yang sebelumnya tak ada dalam indera". IN berarti, apa yang terjadi, apa yang mempengaruhi, apa yang membentuk perkembangan jiwa manusia adalah lingkungan melalui pintu gerbang inderanya, yang berarti tidak ada yang terjadi dengan tiba-tiba tanpa melalui proses penginderaan. Teori ini disebut juga "Teori Tabularasa". Maksudnya, bahwa anak baru lahir diibaratkan sebagai kertas putih bersih yang belum ditulisi apa-apa; atau bagaikan papan berlapis lilin (dahulu papan berlapis lilin ini sebagai alat komunikasi tulis-menulis. Ajaran ini berpandangan bahwa ketika anak lahir tidak mempunyai bakat, pembawaan atau tidak memiliki potensi apa-apa; masih dalam keadaan jiwa yang kosong, belum berisi sesuatu apapun. Karena masih dalam keadaan bersih, kosong, tidak tulisan atau gambar apapun baik pada kertas atau papan berlapis lilin tersebut, sehingga mau diisi, diwarnai, digambari atau dibuat apa, tergantung dan ditentukan oleh lingkungan yang menguasai. Begitu juga yang terjadi pada perkembangan manusia menurut teori ini sangat tergantung pada lingkungannya, sama sekali tidak ada pembawaan, bakat, dan potensi yang dapat berkembang sendiri, bahka dianggap tidak ada semuanya sehingga dapat dibawa ke mana atau dibentuk menjadi apa tergantung dari lingkungan yang menguasainya. Menurut pandangan aliran ini, lingkunganlah satu-satunya yang membentuk perkembangan manusia. Lingkunganlah yang maha kuasa dalam menentukan atau membentuk perkembangan manusia; lingkungan 100% menentukan perkembangan manusia. Aatau dengan perkataan lain : kekuasaan pengembangan anak ada pada pendidikan. Pendidikan atau lingkungan berkuasa atas pembentukan anak; karena itu aliran ini disebut juga aliran optimisme.
Sejalan dengan aliran ini yang tidak mengakui adanya pembawaan, bakat ataupun potensi lainnya adalah aliran behaviorisme. Aliran ini mengajarkan bahwa perkembangan yang diinginkan dari anak adalah tergantung dari pembiasaan pada diri anak menurut kebiasaan-kebiasaan yang berlaku di dalam lingkungannya. Persamaan yang lain dari aliran behaviorisme adalah optimisnya factor lingkungan yang berkuasa membentuk perkembangan anak sebagaimana yang dikemukakan oleh Watson (tokoh aliran behaviorisme) : "Berilah saya sejumlah anak yang baik keadaan badannya dan siatuasi yang saya butuhkan, dan dari setiap anak entah yang mana, dapat saya jadikan dokter, ahli hokum, , pegawai, atau jika memang dikehendaki menjadi seorang pengemis atau seorang pencuri". Betapa begitu optimisnya aliran ini, semuanya tergantung dari lingkungannya, atau pendidikanlah yang menentukan segalanya.
Pertanyaan selanjutnya, benarkah perkembangan manusia ditentukan sepenuhnya oleh lingkungan? Menjawab pertanyaan tersebut dapat diikuti contoh dan ilustrasi berikut.
1. Seorang anak desa A melanjutkan studinya di kota M yang sangat berbeda dengan lingkungan desanya , setelah beberapa tahun kembali lagi ke desanya karena sudah lulus studinya. Secara umum kita akui anak tersebut akan berbeda sekali tingkah lakunya dengan tingkah laku yang dulu; sehingga dapat disimpulkan berbedanya ini karena dipengaruhi oleh lingkungan kota dan/atau lingkungan pendidikannya;
2. Dua bayi kembar yang diasuh oleh dua keluarga yang berbeda latar belakang secara mencolok dari segi ekonomi (miskin - kaya) atau yang lainnya. Tentu saja lingkungan tersebut akan mempengaruhi dua anak kembar tersebut, baik dari aspek sikap, bahasa, pendirian, dan sebagainya. Pertanyaan selanjutnya : benarkah lingkungan merupakan satu-satunya penentu perkembangan anak? Jawaban pertanyaan tersebut dapat ditemukan dalam contoh sebuah keluarga yang mempunyai beberapa anak dari bapak – ibu yang sama, dalam keadaan yang serba sama : ekonomi, karakteristik, dan yang lainnya sama. Atau bahkan mempunyai anak kembar diantara saudara-saudaranya yang lain. Tetapi, apakah anak-anak dalam keadaan dan kondisi yang serba sama tersebut mempunyai budi pekerti, watak, kepandaian, kecerdikan, atau kepribadian yang sama? Apakah anak-anak tersebut dapat diharapkan sesuai betul dengan keinginan orang tuanya? Apakah semuanya baik? Jika teori tabularasa ini benar seratus persen, tentu pertanyaan-pertanyaan tersebut akan dijawab sama atau bias.
0 Komentar untuk "Aliran Empirisme dalam Pendidikan"
Berkomentarlah dengan baik dan sopan, saya akan berusaha untuk menjawab setiap pertanyaan dan menanggapi setiap komentar yang anda berikan, :)
Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya :)