Translate

Model Pembelajaran Synectic Pada Mata Pelajaran Kimia

Bagi kebanyakan siswa mata pelajaran kimia dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit. Kesulitan mempelajari ilmu kimia ini terkait dengan ciri-ciri ilmu kimia itu sendiri, antara lain: (1) Ilmu kimia sebagian bersifat abstrak, (2) Ilmu kimia merupakan penyederhanaan dari keadaan yang sebenarnya, (3) Sifat ilmu kimia berurutan dan perkembangannya cepat, (4) Rumusan dalam ilmu kimia sering ada pengecualiannya, (5) Cakupam materi ilmu kimia sangat luas.

Berkaitan dengan hal tersebut diperlukan kreativitas guru dan siswa untuk mampu menyederhanakan konsep maupun abstraksi dalam ilmu kimia agar mudah dipahami oleh siswa. Salah satu model pembelajaran yang mampu mengakomodasi kondisi tersebut adalam model pembelajaran synectic.

Istilah synectic diambil dari bahasa Yunani, yang merupakan gabungan kata syn berarti menggabungkan dan ectics berarti unsur yang berbeda. Model pembelajaran Synectic dikembangkan oleh William Gordon dan merupakan model pembelajaran yang menggunakan analogi untuk mengembangkan kemampuan berfikir siswa dari berbagai sudut pandang. Analogi dianggap mampu mengembangkan kreativitas karena dalam analogi ada usaha untuk menghubungkan antara apa yang sudah diketahui dengan apa yang ingin dipahami.(Kleinier, C.S, 1991).

Ada tiga jenis analogi yang digunakan sebagai dasar synectic yaitu: analogi pribadi, analogi langsung dan kompresi konflik. Pada analogi pribadi siswa diminta untuk mencari objek yang sesuai untuk perbandingan . Untuk itu siswa harus merasakan bahwa dirinya sebagi bagian dari objek yang akan diperbandingkan, misalnya : “ kalau kamu jadi molekul apa kamu mau duduk berdekatan jika suhu ruangan ini panas?. Pada analogi langsung adalah perbandingan antara dua objek secara langsung misalnya membandingkan tingkatan energi elektron dengan tingkatan pada anakan tangga. Sedangkan pada kompresi konflik dua objek digambarkan sebagai dua hal yang saling bertentangan. Contohnya” Mengapa reaksi perkaratan besi malu-malu, sedangkan reaksi pembakaran sangat agresif?”. (Joyce, M., & Weil, J., 2000).

Hasil Penelitian pembelajaran dengan analogi meunjukkan bahwa model ini menjanjikan hasil yang positif. Orgill dan Bodner (2004), menyimpulkan bahwa pembelajaran kimia dengan analogi lebih menyenangkan siswa dan memudahkan siswa untuk memahami konsep-konsep dalam ilmu kimia.

Naseriazar, Ozmen dan Badrian (2011), menyimpulkan bahwa bahwa pembelajaran kimia dengan analogi membuat siswa lebih aktif . Pengujian terhadap siswa menunjukkan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol.

Simbolon (2012), menyimpulkan bahwa pembelajaran tanpa menggunakan analogi mampu menaikkan prestasi belajar siswa sebesar 33,3 %. Pembelajaran menggunakan analogi mampu menaikkan prestasi belajar yang lebih baik, yaitu sebesar 50 %.

Menurut Joyce dan Weil (2000), Aturan penerapan synectic untuk menjelaskan konsep adalah melalui fase-fase berikut ini:

1. Fase satu : Penjabaran keadaan
Pada fase ini guru menggambarkan situasi atau keadaan yang terjadi

2. Fase dua: Analogi langsung
Pada fase ini siswa memberi masukkan analogi-analogi yang sesuai dengan keadaan yang dijabarkan oleh guru

3. Fase ketiga: Analogi pribadi
Pada fase ini siswa memilih salah satu analogi yang sesuai dan membayangkan dirinya berada pada situasi tersebut

4. Fase keempat: kompresi konflik
Siswa mengambilkan analogi dari fase dua dan tiga dan membandingkannya

5. Fase kelima: analogi langsung
Siswa mengambil kesimpulan berdasarkan perbandingan dari kompresi konflik

6. Fase ke enam: Pengujian ulang analogi
Guru dan siswa berepakat untuk menggunakan analogi yang terpilih.

Urip (2006), menuliskan pengalamannya menggunakan model pembelajaran synectic dengan analogi dalam pengajaran kimia untuk mengajarkan konsep keelektronegatifan, energi ionisasi, afinitas elektron. Ketiga konsep ini berkaitan dengan jari-jari atom. Analogi untuk menjelaskan perbandingan jari-jari atom yang netral dengan jari-jari atom yang bermuatan diibaratkan seperti orang main tarik tambang. Pihak pertama adalah elektron dan yang kedua adalah proton. Jika elektron suatu atom netral bertambah karena menerima elektron (menjadi bermuatan negatif) ini dianalogikan sebagai tambahan anggota elektron sehingga posisi batas netral menjauh dari inti (proton) karena pasukan elektron lebih banyak dibanding pasukan proton sehingga menyebabkan jari-jari lebih besar dibandingkan keadaan jika proton dan elektron sama (atom netral).

Sebaliknya jika atom netral melepaskan elektron dikulit terluarnya sehingga bermuatan positif, maka pasukan proton jumlahnya tetap sementara pasukan elektron berkurang sehingga kalah karena jumlahnya lebih sedikit dan batas netral tali lebih mendekati pasukan proton. Akibatnya jari-jari atom yg bermuatan positf lebih kecil dibandingkan dengan jari-jari atom dalam keadaan netral.

Tambunan (2012) menuliskan penerapan model pembelajaran pada materi termokimia dianalogikan sebagai berikut:

1.   Pengertian Entalpi Zat.
Jumlah energi dari semua bentuk energi yang dimiliki oleh suatu zat atau sistem yang terdiri atas energi dalam dan kerja disebut entalpi zat atau sistem. Entalpi dinyatakan dengan lambang H. Harga entalpi suatu zat tidak dapat ditentukan, yang dapat ditentukan adalah perubahan entalpi (∆H) yang menyertai suatu proses waktu. Perubahan energi adalah besarnya energi (kalor/panas) yang dibebaskan atau yang diperlukan dari suatu reaksi kimia. Entalpi suatu zat dapat dianalogikan seperti uang yang tersimpan di bank. Nasabah hanya mengetahui jumlah uang yang ia terima atau keluar dari bank misalnya berupa pinjaman atau nasabah mengetahui besarnya uang yang ia masukkan ke bank.

2.   Suatu reaksi dapat melepas atau menyerap kalor
a.   Reaksi Endoterm
Reaksi endoterm adalah reaksi yang menyerap energi panas. Reaksi endoterm dianalogikan seperti nasabah yang ingin menyimpan uang di bank. Bank (sistem) menerima uang dari nasabah (lingkungan), karena bank mendapat uang yang dari nasabah, maka uang yang ada di bank bertambah.

b.  Reaksi eksoterm
Reaksi eksoterm adalah reaksi yang melepaskan energi panas. Reaksi eksoterm dianalogikan seperti, seorang nasabah yang mendapat kredit dari bank. Bank (sistem) mengeluarkan uang kepada nasabah, sehingga uang yang ada di bank menjadi berkurang.

3.  ∆H reaksi dapat dihitung dengan menggunakan hukum Hess.
Menghitung ∆H reaksi dapat dianalogikan seperti seorang yang ingin pergi menuju Jakarta. Si A berangkat dari Medan menuju Jakarta dengan angkutan darat dengan waktu 3 hari 2 malam. Sedangkan si B berangkat dengan menggunakan angkutan laut dengan waktu 3 hari 2 malam. Tidak dipermasalahkan dengan kenderaan apa perginya tetapi tempat berangkat dan tujuannya sama.

4. ∆H reaksi dapat dihitung menggunakan energi ikatan.
Ikatan diantara atom-atom yang saling berikatan  dianalogikan seperti dua buah bola yang dihubungkan dengan pegas. Untuk memutuskan reaktan, pegas ditarik sekuat mungkin, sehingga diperlukan energi (penambahan energi). Jika pegas dikembalikan pada keadaan semula (pembentukan ikatan) maka dibebaskan energi (pengurangan energi).

Wu dan Foos(2010), menggunakan analogi dengan cara yang kreatif. Keduanya menggunakan ilustrasi animasi untuk menggambarkan berbagai konsep dalam ilmu kimia. Dengan cara ini siswa ternyata lebih tertarik dan lebih mudah untuk memahami konsep yang akan disampaikan, diantaranya adalah:

clip_image002

Ilustrasi ini digunakan untuk menganalogikan muatan atom

clip_image004

Ilustrasi ini digunakan untuk menjelaskan konsep reduksi dan oksidasi

Model pembelajaran synectic juga dapat digunakan untuk integrasi nilai-nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa pada mata pelajaran kimia, sebagaimana yang dituliskan oleh Urip (2012). Pada penjelasan tentang sifat gas mulia yang stabil dengan jumlah elektron valensi 2 atau 8 dapat diintegrasikan nilai peduli sosial sebagai bagian dari Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa (Pusat Kurikulum, 2010). Unsur selain golongan gas mulia memiliki elektron valensi yang bervariasi mulai dari 1 hingga 7 elektron di kulit terluarnya. Unsur yang berada pada keadaan seperti itu tentu secara alami tidak stabil, itulah sebabnya unsur-unsur tersebut umumnya ditemukan dalam bentuk senyawa. Untuk mencapai sifat stabil seperti pada gas mulia, unsur-unsur ini akan melepaskan atau menangkap elektron (pembentukan ikatan ion), atau dengan menggunakan beberapa elektron valensi untuk digunakan secara bersama-sama (yang dikenal dalam pembentukan ikatan kovalen). Pembentukkan ikatan ini menghasilkan beraneka zat baru.

Kondisi ini dapat dianalogikan dengan kehidupan manusia. Untuk mencapai kemulaiaan hidup, manusia tidak bisa berdiri sendiri. Kita membutukan orang lain untuk saling memberi dan menerima serta berbagi dengan sesama. Semua dilakukan untuk mencapai keharmonisan hidup. Telah menjadi hukum alam bahwa di dunia ini selalu berpasangan, antara miskin (kekurangan elektron) dan kaya (kelebihan elektron), yang kekurangan akan tenang ketika mendapat tambahan elektron dari yang kelebihan elektron.

Model Pembelajaran synectic sangat potensial untuk digunakan dalam pembelajaran kimia. Dari berbagai penelitian, model pembelajaran ini menyenangkan bagi siswa dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Model pembelajaran ini dapat digabungkan dengan ilustrasi dan animasi sehingga siswa lebih tertarik dan lebih mudah memahami konsep pada materi kimia yang bersifat abstrak.

Analogi pada model pembelajaran synectic dapat dikaitkan dengan perilaku kehidupan manusia. Analogi ini dapat gunakan untuk penerapan pengintegrasian nilai-nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa pada mata pelajaran kimia.

1 Komentar untuk "Model Pembelajaran Synectic Pada Mata Pelajaran Kimia"

Saya sangat tertarik dgn model pembelajaran ini, apakah saya bisa mendapatkan sumber pustaka tulisan ini? Terimakasih

Berkomentarlah dengan baik dan sopan, saya akan berusaha untuk menjawab setiap pertanyaan dan menanggapi setiap komentar yang anda berikan, :)

Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya :)

Back To Top