Translate

Evaluasi pada Dunia Pendidikan

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1  Latar belakang

Pada umumnya, rata-rata guru di indonesia menggunakan penilaian skla 1-10.hal ini tidak jarang menimbulkan kekeliruan bagi siswa, yang beranggapan bahwa nilai10 lah yang paling istimewa namun, pada kenyataannya penilaian sering berubah-ubah tergantung guru yang akan memberikan skala penilaian. Guru bebas menentukan skala penilaian yang akan digunakan. Oleh sebab itu,  dibuatnya makalah ini brtujuan untuk memberikan pemahaman kepada calon guru, agar dalam memberikan skala penilaian hendaknya diperjelas agar tidak terjadi kesalah pahaman, bagi siswa yang diajar. Jika guru tidak memberikan pemahaman terlebih dahulu tentang skla penilaian yang akan digunakan, sebelum memulai kegiatan belajar mengajar siswa yang mengerjakan soal, yang diujikan oleh guru ketika mendapat nilai 10, dianggap itulahyang paling besar. Padahal tidak jarang seorang guru menggunakan skala penilaian 1-100. Inilah yang menyebabkan seorang siswa merasa kecewa dan malu, nilai yang dianggapnya istimewa malah sebaliknya, padahal nilai siswa tersebut sudah diberitahukan kepada kawan-kawannya.

Dalam makalah ini akan menjelaskan berbagai macam skala penilaian yaitu: skala bebas,skala1-10, skala 1-100, skala huruf, dan penjelasan tentang cara penilaian digambarkan melalui kurva. Apabila distribusi skor tergambar dalam kurva juling positif, yang kurang sempurna adalah soal-soal tesnya, yaitu terlalu sukar. dengan demikian, nilai siswa lalu direntangkan sedemikian rupa sehingga terbesar terletak pada nilai sedang. Demikian pula sebaliknya apabila skor siswa tergambar dalam kurva juling negatif. Dalam ubahan menjadi nilai,disebar sedemikian rupa sehingga menjadi kurva normal, dengan nilai sedang adalah nilai yang paling banyak. Distribusi ini berdasarkan standar relatif.

1.2  Rumusan masalah

1.      Apa pengertian dari mengolah nilai?

2.      Apa  jenis-jenis skala penilaian?

3.      Apa yang dimaksud distribusi nilai?

4.      Apa jenis-jenis standar nilai?

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

A.    Mengolah Nilai

Salah satu keberhasilan dalam proses pembelajaran siswa adalah sistem penilaian yang  komprehensif. Karna siswa akan selalu mempersiapkan dan mengkaji ulang matrei pembelajaran, sementara guru sebagai penilai dapat dengan mudah menentukan  seberapa besar kemampuan  anak didiknya.

Untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran yang efektif, maka pengolahan nilai ini sangatlah  penting  adanya. Mengolah nilai yang dimaksud adalh bagian dari program intruksional  disekolah  dan menggambarkan kinerja siswa secara keseluruhan guna untuk mengetahui  seberapa besar  tingkat  pembelajaran selama waktu yang telah  ditentukan.

Dalam berbagai bentuk hasil-hasil penilaian dapat dinyatakan bentuk : penggolongan (klasifikasi), urutan  jenjang (rangking),  atau bentuk nilai dengan angka ataupun huruf. Untuk keperluan ini harus dilaksanakan suatu usaha yang  mempergunakan perhitungan-perhitungan statistik.

 

2.1 Pengertian Skala Penilaian

Skala penilaian adalah salah satu bentuk pedoman observasi yang dipergunakan untuk mengummpulkan data individu dengan menggolongkan, menilai tingkah laku individu atau situasi dalam tingkatan-tingkatan tertentu.

2.2 Macam-Macam Skala Penilaian

a.      Skala bebas

Skala bebas adalah skala yang tidak tetap,semua tergantung dari banyak dan bentuk soal. Jadi angka tertinggi dan skala yang digunakan tidak selalu sama. Contohnya: adakalanya skor tertinggi 20, lain kali 25, dan lain kali lagi 50.

b.      Skala 1-10

Skala ini pada umumnya digunakan oleh guru-guru di indonesia untuk laporan hasil belajar siswa dalam rapor .dalam hal ini, Skala yang digunakan guru dalam menilai yaitu 1-10. Dalam skala 1-10, guru jarang memberikan angka pecahan misalnya 5,5 . angka 5,5 tersebut kemudian dibulatkan menjadi 6.

c.       Skala 1-100

Dengan menggunakan skala 1-100, dimungkinkan melakukan penilaian yang lebih halus karena terdapat seratus bilangan bulat. Contohnya : 5,5 dan 6,4dalam skala 1-10 yang biasanya dibulatkan menjadi 6, dalam skala 1-100 ini boleh dituliskan dengan 55 dan 64.

d.      Skala huruf

Selain menggunakan angka, pemberian nilai dapat dilakukan dengan huruf A,B,C,D dan E (ada juga yang menggunakan sampai dengan G tetapi pada umumnya  5 huruf ini). Jarak antara huruf A dan B tidak dapat digambarkan sama dengan jarak antara B dan C , atau antara C dan D. Contohnya : siswa A yang memperoleh angka 8 dalam sejarah tidak berarti, memiki kecakapan  sebnyak dua kali lipat kecakapan siswa B yang memperoleh angka 4 dalam rapor. Demikian pula siswa A tersebut tidaklah mempunyai 8/9 kali kecakapan siswa C yang mendapat nilai 9.

 

Tabel perbandingan nilai 3 kali ulangan

Nama siswa

Ulangan ke-1

Ulangan ke 2

Ulanganke-3

Sartini

A

B

A

Tono

B

A

C

Aryani

C

A

C

Suryo

A

A

A

Nunung

A

C

C

Sandra

C

C

C

  Bagi suryo dan sandra, rata-rata dari ketiga nilai ulangan ke-1, ke-2, dan ke-3 dengan mudah ditentukan, yaitu A untuk suryo dan C untuk sandra. Akan tetapi bagi siswa lain, mudahkah diambil rata-ratanya?  Ada satu cara yang digunakan untuk mengambil rata-rata dari huruf, yaitu dengan mentransfer nilai huruf tersebut  menjadi nilai angka terlebih dahulu. Yang sering digunanakan, satu nilai huruf itu mewakili satu rentangan nilai angka.

 

Contoh Tabel Konversi Skor

Angka 100

Angka 10

Huruf

Keterangan

80-100

8,0-10

A

Baik sekali

66-79

6,6-8,0

B

Baik

56-65

5,6-6,5

C

Cukup

40-55

4,1-5,5

D

Kurang

30-39

0-4,0

E

Gagal

 

2.3 DISTRIBUSI NILAI

 Distribusi nilai yang dimiliki oleh siswa – siswanya dalm suatu kelas didasarkan pada dua macam standar yaitu :

a.     Standar mutlak

b.     Standar relatif

 

a.      Distribusi nilai berdasarkan standar mutlak

Dengan dasar bahwa hasil belajar siswa dibandingkan dengan sebuah standar mutlak atau dalam hal ini, skor tertinggi yang diharapkan, maka penguasaan siswa akan terlihat dalam berbagai bentuk kurva.  Apabila soal-soal yang dibuat olehguru sangat mudah, sebagian besar siswa akan dapat berhasil mengerjakan soal-soal itu, dan tingkat pencapaiannya tinggi. Sebagian besar siswa akan memiliki nilai sekitar 8,9, atau 10 apabila telah diubah ke skala 10. Namun apabila soal-soal dibuat guru termasuk soal yang sukar maka sebaliknya.

image

   (i)Gambaran prestasi siswa jika soal ulangan yang disusun oleh guru sangat mudah. Disebut kurva juling negatif  karena ekornya di kiri. (ii)Gambaran prestasi siswa jika soal ulangan yang disusun oleh guru terlalu sukar. Disebut kurva juling positif karena ekornya dikanan.

 

Gambaran tentang kemungkinan prestasi siswa berdasarkan standar mutlak yang digambarkan dengan kurva

image

 

Gambaran prestasi siswa jika soal ulangan yang disusun

 ada yang sukar dan ada yang mudah.

 

b.      Distribusi nilai berdasarkan standar relatif

Menggunakan standar relatif  atau norm- referenced ,kedudukan seseorang selalu dibandingkan dengan kawan-kawannya dalam kelompok.  Hal ini didasarkan atas asumsi apabila distribusi skor tergambar dalm kurva juling positif ,yang kurang sempurna adalah soal-soal tes nya, yaitu terlalu sukar. Dengan demikian nilai siswa lalu direntangkan sedemikian rupa sehingga tersebar dari nilai tinggi ke nilai rendah,dengan sebagian terbesar terletak padanilai sedang. Demikian pula sebaliknya apabila skor siswa tergambar dalam kurvajuling negatif.  Dalam ubahan menjadi nilai, disebar sedemikian rupa sehingga menjadi kurva normal,menjadi niali sedang adalah niali yang paling banyak.

       Ubahan nilai dari skor-skor yang mengumpul di bawah atau di atas dapat dilihat dalam gambar ini:

 

 

2.4 STANDAR NILAI

 Skor-skor siswa direntangkan menjadi 9 nilai (standar Nines atau staines)

Stanines

Inteprestasi

9

(4%)

Tinggi

(4%)

8

7

(7%)

(12%)

Di atas

rata-rata

(19%)

6

5

4

(17%)

(20%)

(17%)

Rata-rata

(54%)

3

2

(12%)

(7%)

Di bawah

rata-rata

(19%)

1

(4%)

Rendah

(4%)

 

  Dengan adanya presentase yang ditentukan inilah, maka situasi skor siswa dapat direntangkan, menjadi nilai 1-9.

 

Selain dengan standar  sembilan (staines) , ada pula yang menggunakan standar enam. Dalam hal ini, hanya berkisar antara 4  smpai 9, yaitu nilai-nilai 4,5,6,7,8, dan 9. Persentase penyebaran nilaidengan standar enam  dibawah ini.

 

 

Standar Enam

Interprestasi

9

(5%)

Baik sekali

8

(10%)

Baik

7

(20%)

Lebih dari cukup

6

(40%)

Cukup

5

(20%)

Kurang

4

(5%)

Kurang sekali

 

Untuk menentukan persentase siswa yang mendapat nilai, diambil dari nilai gabungan antar nilai tes formatif dan sumatif. Penyimpangan yang mungkin terjadi adalah apabila nilai-nilai yang diperoleh mengelompok di atas atau di bawah. Sehubungan dengan ini dikeluarkan dua ketentuan:

a.       Jika nilai gabungan formatif dan sumatifhanya berkisar antara 60-100, maka daerah nilai dari 4-9 diubah menjadi 6,5-9,dengan urutan 6,5 ;7; 7,5 ;8 ;8,5 ;9.

b.      Jika nilai gabungan formatif dan  sumatif hanya berkisar 59 ke bawah, maka daerah nilai dari 4 sampai dengan 9 di atas diubah menjadi 4 sampai dengan 6,5.dengan urutan 4; 4,5 ;5; 5,5; 6; 6,5.

 

Standar eleven(stanel)

Dengan stanel ini,sistem penilaian membagi skla menjadi 11 golongan, yaitu angka-angka 0 sampai dengan 10, yang satu sama lain berjarak sama. Tiap-tiap angka menempati interval sebesar 0,55 SD, bertitik tolak dari Mean=  5 yang menempati jarak  -0,275 SD sampai +0,275 SD. Seluruh jarak yang digunakan adalah dari -3,025 SD sampai +3,025 SD.

  Bilangan-bilangan persentil untuk menentukan titik dalam stanel ini adalah: P1,P3,P8,P21,P39,P61P79,P92,P97,99.

 

Standar sepuluh

Di dalam buku pedoman penilaian (buku III Seri Kurikulum SMA Tahun 1975) ditentukan bahwa untuk mengolah hasil tes,digunakan standar relatif dengannilai berskala 1-10.untuk mengubah skor menjadi nilai, diperlukan dahulu :

a.       Mean (rata-rata skor).

b.      Deviasi standar (simpangan baku).

c.       Tabel konversi angka ke dalam nilai berskala1-10.

Tahap-tahap yang dilalui dalam mengubah skor mentah menjadi nilai berskala 1-10 sebagai berikut:

a.       Menyusun distribusi frekuensi dari angka-angka atau skor-skor mentah.

b.      Menghitung rata-rata skor.

c.       Menghitung standar deviasi.

d.      Metransformasi (mengubah) angka-angka mentah ke dalam nilai berskala 1-10.

 

Contoh:

 

Angka ulangan bahasa indonesia dari 50 orang siswa

64     58     10    32     45     20     35     40     35     50

45     52      5     46     34     16     28     39     43     38

30     35     15     40    44     22     32     35     39     39

14     44     52     21     46     36    36     42     44     36

56     25     48     29     54     38     42    33     36     38

 

 

Setelah dimasukkan ke dalam tabel frekuensi, terdapatlah gambaran sebagai berikut:

 

 

 

 

 

 

Distribusi Frekuensi

No

Kelas Interval

f

d

fd

fd2

1.

61-66

1

+4

+4

16

2.

54-60

3

+3

+9

27

3.

47-53

4

+2

+8

16

4.

40-46

12

+1

+12

12

5.

33-39

15

0

0

0

6.

26-32

6

-1

-6

6

7.

19-25

4

-2

-8

16

8.

12-18

3

-3

-9

27

9.

5-11

2

-4

-8

32

 

 

N=50

Fd2 = 152

 

 

 

Langkah-langkah menghitung mean :

1.      Menentukan Mean duga (Mean terkaan), yang biasanya diambil pada kelas interval yang mempunyai frekuensi terbesar . contoh:

Besarnya MT (Mean Terkaan) adalah jumlah batas-batas kelas interval dibagi 2.

Jadi,  MT=  

 

2.      Menentukan deviasi duga dimana pada kelas interval, yang mengandung MT diberi simbol 0, dan naik satu-satu setiap kelas interval di atasnya, dan turun satu-satu setiap kelas interval di bawahnya.

3.      Menghitung mean yang sebenarnya dengan rumus :

            Dengan data yang ada, maka

                                                                    

                                                                      =36,28

Menghitung Deviasi Standar (DS) atau Standar Deviasi (SD)

Rumus yang digunakan untuk menghitung SD adalah:

  

       

Menghitung nilai berskala 1-10

Tabel konversi yang digunakan dalam mengubah angka menjadi nilai berskala 1-10 adalah sebagai berikut:

 

TABEL KONVERSI ANGKA KE DALAM NILAI BERSKALA 1-10

 

Skala Sigma

Skala 1-10

Skala Angka

+2,25 SD

10

Mean + (2,25) SD

+1,75 SD

9

Mean + (1,75) SD

+ 1,25 SD

8

Mean + (1,25) SD

+0,75 SD

7

Mean + (0,75) SD

+0,25 SD

6

Mean + (0,25) SD

-0,25 SD

5

Mean - (0,25) SD

-0,75 SD

4

Mean - (0,75) SD

-1,25 SD

3

Mean - (1,25) SD

-1,75 SD

2

Mean - (1,75) SD

-2,25 SD

1

Mean - (2,25) SD

 

 

Dengan table ini jika diterapkan pada data yang kita peroleh dari perhitungan Mean dan Deviasi Standar di depan, akan terdapat table konversi sebagai berikut.

 

TABEL KONVERSI ANGKA KE DALAM NILAI BERSKALA 1-100

Skala Sigma

Skala 1-10

Skala Angka

+2,25 SD

10

36,25 + (2,25)(12,2) = 63,73

+1,75 SD

9

36,25 + (1,75)(12,2) = 57,63

+1,25 SD

8

36,25 + (1,25)(12,2) = 51,53

+0,75 SD

7

36,25 + (0,75)(12,2) = 45,63

+0,25 SD

6

36,25 + (0,75)(12,2) = 39,33

-0,25 SD

5

36,25 - (0,25)(12,2) = 33,23

-0,75 SD

4

36,25 - (0,75)(12,2) = 27,73

-1,25 SD

3

36,25 - (1,25)(12,2) = 21,03

-1,75 SD

2

36,25 - (1,75)(12,2) = 14,93

-2,25 SD

1

36,25 - (2,25)(12,2) = 8,83

 

Dalam contoh perhitungan ini siswa yang mendapat skor + 63,73 di ubah menjadi niali 10. Selanjutnya , siswa yang mendapat skor ≤ 8,83 diubah menjadi 0. Untuk nilai-nilai 1 sampai dengan 9 adalah ubahan dari skor di antara btas-batas skor yang sudah ditentukan dalam table.

Dengan bedasarkan atas skala angka ini, maka dengan mudah dapat ditranformasikan skor-skor siswa yang ada, menjadi nilai berskala 1-10.

Standar Lima

 

Kembali kepada Gronlund selain ia mengemukakan penyebaran nilai dengan angka, juga mengemukakan penyebaran nilai dengan huruf yang di gambarkan dengan kurva normal sebagai berikut:

 

Di kutipkan dari : Gronlund Improving Marking and Reporting in Classroom Instruction: hal 26

 

image

Catatan :

1.      Gronlund tidak menggunakan huruf E, tetapi huruf F singkatan dari Fail (gagal).

2.      Selanjutnya dikatakan oleh Gronlud: Rentangan persentase ini hanya berlaku bagi populasi yang sangat heterogen. Apabila populasi telah terseleksi akibat kenaikan kelas atau pindah ke tingkat sekolah yang lebih tinggi, maka golongan F yang ada di ekor kiri akan berkurang sehingga distribusi tersebut menjadi:

A.    --- 10 sampai 20 persen

B.     --- 20 samapi 30 persen

C.     --- 40 sampai 50 persen

D.    --- 10 sampai 20 persen

E.      --- 0 sampai  10 persen

1 Komentar untuk "Evaluasi pada Dunia Pendidikan"

Berkomentarlah dengan baik dan sopan, saya akan berusaha untuk menjawab setiap pertanyaan dan menanggapi setiap komentar yang anda berikan, :)

Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya :)

Back To Top