Bau Mulut (Halitosis) atau dalam bahasa medis “fetor ex ore” adalah bau nafas yang tidak enak, dan tidak menyenangkan serta menusuk hidung. Hal ini hampir dialami oleh setiap orang. Bau mulut bukan merupakan suatu penyakit, melainkan suatu gejala adanya kelainan/penyakit yang tidak disadari. Bau mulut merupakan akibat dari proses perubahan bahan dalam rongga mulut yang mengandung ikatan sulfur.
Bau mulut (halitosis) dapat disebabkan oleh :
1. Makanan (misalnya bawang mentah, bawang putih, kol, jengkol, pete)
2. Vitamin (terutama dalam dosis tinggi)
3. Kebersihan gigi yang jelek
4. Gigi karies
5. Merokok
6. Alkohol
7. Peradangan
8. Sindroma Sjögren
9. Benda asing di hidung (biasanya terjadi pada anak-anak)
10. Obat-obatan (paraldehid, triamteren dan obat bius yang dihirup, suntikan insulin).
Penyakit-penyakit yang bisa menyebabkan bau mulut: Gingivitis ulseratif nekrotisasi akut, Mukositis ulseratif nekrotisasi akut, Gangguan ginjal, Gangguan hati, Penyumbatan usus, Penyakit Periodontal, Bronkiektasis, Diabetes mellitus, Kanker kerongkongan, Karsinoma lambung, fistula gastrojejunokolik, Ensefalopati hepatikum , Ketoasidosis diabetikum, Abses paru, Ozena, Faringitis, Divertikulum Zenker.(pdf,2008)
Umumnya penderita menggunakan obat kumur atau obat penyegar mulut untuk menghilangkan bau mulut. Untuk sementara, cairan pencuci mulut yang biasa digunakan ini memang ampuh meredam bau tak sedap dari mulut. Tapi begitu efeknya hilang, bau mulut pun kembali merajalela. Namun kandungan alkohol pada obat peredam halitosis ini, berpotensi mengurangi produksi ludah, yang berfungsi menjaga keseimbangan kadar asam dalam mulut. Dan bisa mematikan bakteri baik di dalam mulut, sehingga memicu timbulnya bakteri jahat yang membuat mulut semakin berbau.
Sariawan atau pecah-pecah di dalam gusi atau bibir ini juga termasuk beberapa penyakit mulut yang sering di jumpai oleh beberapa orang yang mengalami masalah mulut. Hal ini terjadi karena kurangnya mengonsumsi vitamin C dan beberapa vitamin lainnya yang dapat menyebabkan gusi dan bibir semakin bermasalah.
Siwak atau Miswak, merupakan bagian dari batang, akar atau ranting tumbuhan Salvadora persica yang kebanyakan tumbuh di daerah Timur Tengah, Asia dan Afrika. Siwak berbentuk batang yang diambil dari akar dan ranting tanaman arak (Salvadora persica) yang berdiameter mulai dari 0,1 cm sampai 5 cm. Pohon arak adalah pohon yang kecil seperti belukar dengan batang yang bercabang-cabang, berdiameter lebih dari 1 kaki. Jika kulitnya dikelupas berwarna agak keputihan dan memiliki banyak juntaian serat. Akarnya berwarna cokelat dan bagian dalamnya berwarna putih. Aromanya seperti seledri dan rasanya agak pedas. Siwak berfungsi sebagai anti plak yaitu mengikis dan membersihkan bagian dalam mulut. (Al-Khateeb, 1991).
Selain siwak, daun sirih ( Piper betle Linn ) juga mempunyai banyak khasiat khususnya dalam bidang kesehatan gigi dan mulut. Pada zaman dahulu daun sirih telah digunakan oleh masyarakat sebagai obat untuk meyembuhkan berbagai jenis penyakit. Masyarakat zaman dulu juga memanfaatkan daun sirih untuk membersihkan gigi. Sirih ini dipercaya dapat memperkuat gigi dan baunya yang khas dapat menghilangkan bau mulut.
Dari fungsi siwak sebagai bahan anti plak pada mulut dan daun sirih yang khas dapat menghilangkan bau mulut serta memperkuat gusi dan gigi maka kedua bahan ini dapat digabungkan menjadi produk permen kesehatan mulut. Produk ini berbentuk permen yang kapanpun bisa di nikmati serta khasiatnya yang dapat mengatasi nmasalah mulut serta tidak perlu ribet atau susah dalam menjaga kesehatan mulut.
A. RUMUSAN MASALAH
1. Berapa perbandingan konsentrasi dari daun sirih, siwak, dan vitamin C yang tepat untuk pembuatan permen kesehatan mulut?
2. Bagaimana tingkat keampuhan permen salvadora pipeer sebagai permen penyegar mulut?
B. TUJUAN PROGRAM
1. menghadirkan penyegar mulut yang memiliki kandungan yang baik untuk gigi dan gusi serta dapat menjaga kesegaran mulut.
2. Mempermudah masyarakat dalam menjaga kesehatan gigi dan gusi serta kesegaran mulut.
C. LUARAN YANG DIHARAPKAN
Dari hasil penelitian ini, di harapkan suatu keluaran berupa pengetahuan cara mengolah bahan-bahan herbal untuk menjadikan permen penyegar yang alami, serta menggalang kepada masyarakat, pemerintah, serta investor untuk senantiasa menggunakan bahan-bahan alami untuk membuat obat obatan yang aman serta bisa melestarikan obat-obatan tradisional dan tanaman herbal Indonesia.
D. KEGUNAAN PROGRAM
1. Bagi Peneliti :
a. Sebagai ajang berfikir ilmiah untuk dapat memanfaatkan siwak dan daun sirih.
b. Mampu baik secara individu maupun kelompok melakukan penelitian.
2. Bagi masyarakat :
a. Memberikan wawasan baru bagi masyarakat bahwa siwak dan daun sirih dapat dimanfaatkan sebagai permen penyegar mulut yang berkhasiat sebagai anti halitosis..
b. Mempermudah masyarakat dalam mengonsumsi penyegar mulut.
c. Menambah macam cara penjaga kesehatan mulut.
E. KAJIAN PUSTAKA
1. Halitosis
Bau Mulut (Halitosis) atau dalam bahasa medis “fetor ex ore” adalah bau nafas yang tidak enak, dan tidak menyenangkan serta menusuk hidung. Bau mulut bukan merupakan suatu penyakit, melainkan suatu gejala adanya kelainan/penyakit yang tidak disadari. Bau mulut merupakan akibat dari proses perubahan bahan dalam rongga mulut yang mengandung ikatan sulfur.(pdf,2008).
Bau mulut biasanya disebabkan oleh masalah dari rongga mulut itu sendiri. Namun tidak menutup kemungkinan bau mulut berasal dari luar mulut, seperti hidung, faring, paru-paru dan lambung. Normalnya, bau dari rongga mulut tidak tetap, tetapi berubah dari waktu ke waktu sepanjang hari dan dipengaruhi oleh faktor usia, jenis kelamin, keadaan perut lapar dan menstruasi. Bau mulut akan terjadi pada seseorang yang sehat bila rongga mulut tidak melakukan aktifitas selama 1 – 2 jam. Untuk mengetahui terjadinya bau mulut dapat dilakukan secara sederhana, yaitu cukup menghembuskan nafas dari mulut ke telapak tangan, lalu hirup baunya. Kalau kondisi mulut kita memang sehat, kita nyaris tidak mencium bau yang tidak sedap (www.pusat medis.com) atau dengan cara pemeriksaan medis, yaitu :
1. Halimeter : yaitu suatu tes untuk mengetahui kadar sulfur didalam mulut.
2. Gas kromatografi : untuk mengukur kadar tingkatan molekuler ketiga faktor utama VSCS di dalam mulut (sulfida hidrogen, metil mercaptan, dan dimethyl sulfida).
3. BANA tes : tes ini digunakan untuk mengetahui adanya bakteri penyebab bau mulut yang berasal dari ludah.
5. Endoskopi.
6. Rontgen perut.
7. Rontgen dada.
2. Siwak (Salvadora persica)
a. Sejarah Penggunaan Siwak
Penggunaan alat-alat kebersihan mulut telah dimulai semenjak berabad-abad lalu. Manusia terdahulu menggunakan alat-alat kebersihan yang bermacam-macam seiring dengan perkembangan sosial, teknologi dan budaya. Beraneka ragam peralatan sederhana dipergunakan untuk membersihkan mulut mereka dari sisa-sisa makanan, mulai dari tusuk gigi, batang kayu, ranting pohon, kain, bulu burung, tulang hewan hingga duri landak. Diantara peralatan tradisional yang mereka gunakan dalam membersihkan mulut dan gigi adalah kayu siwak atau chewing stick. Kayu ini walaupun tradisional, merupakan langkah pertama transisi/peralihan kepada sikat gigi modern dan merupakan alat pembersih mulut terbaik hingga saat ini. (El-Mostehy, 1998).
Miswak (Chewing Stick) telah digunakan oleh orang Babilonia semenjak 7000 tahun yang lalu, yang mana kemudian digunakan pula di zaman kerajaan Yunani dan Romawi, oleh orang-orang Yahudi, Mesir dan masyarakat kerajaan Islam. Siwak memiliki nama-nama lain di setiap komunitas, seperti misalnya di Timur Tengah disebut dengan miswak, siwak atau arak, di Tanzania disebut miswak, dan di Pakistan dan India disebut dengan datan atau miswak. Penggunaan chewing stick (kayu kunyah) berasal dari tanaman yang berbeda-beda pada setiap negeri. Di Timur Tengah, sumber utama yang sering digunakan adalah pohon Arak (Salvadora persica), di Afrika Barat yang digunakan adalah pohon limun (Citrus aurantifolia) dan pohon jeruk (Citrus sinesis). Akar tanaman Senna (Cassiva vinea) digunakan oleh orang Amerika berkulit hitam, Laburnum Afrika (Cassia sieberianba) digunakan di Sierre Leone serta Neem (Azadirachta indica) digunakan secara meluas di benua India. (Almas, 2003).
Meskipun siwak sebelumnya telah digunakan dalam berbagai macam kultur dan budaya di seluruh dunia, namun pengaruh penyebaran agama Islam dan penerapannya untuk membersihkan gigi yang paling berpengaruh. Istilah siwak sendiri pada kenyatannya telah umum dipakai selama masa kenabian Nabi Muhammad yang memulai misinya sekitar 543 M. Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda bahwa siwak adalah penerapan terhadap pembersihan gigi dan dicintai Allah. Beliau menambahkan, “Bila kamu membersihkan mulutmu berarti kamu menghormati Allah, dan saya diperintahkan Allah untuk bersiwak karena Allah telah mewahyukan kepada saya.” Kepercayaan Nabi memandang kesehatan mulut yang baik amatlah besar, sehingga beliau senantiasa menganjurkan pada salah seorang isterinya untuk selalu menyiapkan siwak untuknya hingga akhir hayatnya. (Khoory, 1989)
Siwak terus digunakan hampir di seluruh bagian Timur Tengah, Pakistan, Nepal, India, Afrika dan Malaysia, khususnya di daerah pedalaman. Sebagian besar mereka menggunakannya karena faktor religi, budaya dan sosial. Ummat Islam di Timur Tengah dan sekitarnya menggunakan siwak minimal 5 kali sehari disamping juga mereka menggunakan sikat gigi biasa. Erwin-Lewis menyatakan bahwa pengguna siwak memiliki relatifitas yang rendah dijangkiti kerusakan dan penyakit gigi meskipun mereka mengkonsumsi bahan makanan yang kaya akan karbohidrat. (Khoory, 1989)
b. Klasifikasi Tanaman Siwak (Salvadora persica)
Klasifikasi tanaman Salvadora persica menurut Tjitrosoepomo (1998) adalah sebagai berikut :
Divisio : Embryophyta
Sub Divisio : Spermatophyta
Class : Dicotyledons
Sub Class : Eudicotiledons
Ordo : Brassicales
Family : Salvadoraceae
Genus : Salvadora
Spesies : Salvadora persica
Gambar 1. Pohon Salvadora persica
c. Morfologi dan Habitat Tanaman Siwak (Salvadora persica)
Siwak atau Miswak, merupakan bagian dari batang, akar atau ranting tumbuhan Salvadora persica yang kebanyakan tumbuh di daerah Timur Tengah, Asia dan Afrika. Siwak berbentuk batang yang diambil dari akar dan ranting tanaman arak (Salvadora persica) yang berdiameter mulai dari 0,1 cm sampai 5 cm. Pohon arak adalah pohon yang kecil seperti belukar dengan batang yang bercabang-cabang, berdiameter lebih dari 1 kaki sebagaimana pada gambar 2.1. Jika kulitnya dikelupas berwarna agak keputihan dan memiliki banyak juntaian serat. Akarnya berwarna cokelat dan bagian dalamnya berwarna putih. Aromanya seperti seledri dan rasanya agak pedas. (Al-Khateeb, 1991).
Siwak berfungsi mengikis dan membersihkan bagian dalam mulut. Kata siwak sendiri berasal dari bahasa arab ‘yudlik’ yang artinya adalah memijat (massage). Siwak lebih dari sekedar sikat gigi biasa, karena selain memiliki serat batang yang elastis dan tidak merusak gigi walaupun di bawah tekanan yang keras, siwak juga memiliki kandungan alami antimikrobial dan antidecay system. Batang siwak yang berdiameter kecil, memiliki kemampuan fleksibilitas yang tinggi untuk menekuk ke daerah mulut secara tepat dan dapat mengikis plak pada gigi. Bentuk batang siwak dapat dilihat pada gambar 2.2. Siwak juga aman dan sehat bagi perkembangan gusi. (El-Mostehy et al., 1991).
Gambar 2. Sebatang kayu siwak
d. Kandungan Kimia Batang Kayu Siwak
Al-Lafi dan Ababneh (1995) melakukan penelitian terhadap kayu siwak dan melaporkan bahwa siwak mengandung mineral-mineral alami yang dapat membunuh dan menghambat pertumbuhan bakteri, mengikis plaque, mencegah gigi berlubang serta memelihara gusi. Siwak memiliki kandungan kimiawi yang bermanfaat, meliputi :
- Antibacterial Acids, seperti astringents, abrasive dan detergent yang berfungsi untuk membunuh bakteri, mencegah infeksi, menghentikan pendarahan pada gusi. Penggunaan kayu siwak yang segar pertama kali, akan terasa agak pedas dan sedikit membakar, karena terdapat kandungan serupa mustard yang merupakan substansi antibacterial acid tersebut.
- Kandungan kimiawi seperti Klorida, Pottasium, Sodium Bicarbonate, Fluorida, Silika, Sulfur, Vitamin C, Trimetilamin, Salvadorin, Tannin dan beberapa mineral lainnya yang berfungsi untuk membersihkan gigi, memutihkan dan menyehatkan gigi dan gusi. Bahan-bahan ini sering diekstrak sebagai bahan penyusun pasta gigi.
- Minyak aroma alami yang memiliki rasa dan bau yang segar, yang dapat menyegarkan mulut dan menghilangkan bau tidak sedap.
- Enzim yang mencegah pembentukan plak yang merupakan penyebab radang gusi dan penyebab utama tanggalnya gigi secara prematur.
- Anti Decay Agent (Zat anti pembusukan) dan Antigermal System, yang bertindak seperti Penicilin menurunkan jumlah bakteri di mulut dan mencegah terjadinya proses pembusukan. Siwak juga turut merangsang produksi saliva, dimana saliva sendiri merupakan organik mulut yang melindungi dan membersihkan mulut.
Secara Kimiawi, kulit batang kayu siwak yang kering bila diekstrak dengan alkohol 80% dan kemudian diekstrak dengan ether, lalu diteliti secara terperinci kandungannya melalui ECP (Exhaustive Procedure Chemicle), maka akan ditemukan zat-zat kimia sebagai berikut : Trimetilamin, chloride, resin, sejumlah besar fluoride dan silica, sulfur dan vitamin C (El-Mostehy et al., 1981).
Menurut laporan Lewis (1982), penelitian kimiawi terhadap tanaman ini telah dilakukan semenjak abad ke-19, dan ditemukan sejumlah besar klorida, fluor, trimetilamin dan resin. Kemudian dari hasil penelitian Farooqi dan Srivastava (1990) ditemukan silika, sulfur dan vitamin C. Kandungan kimia tersebut sangat bermanfaat bagi kesehatan gigi dan mulut dimana trimetilamin dan vitamin C membantu penyembuhan dan perbaikan jaringan gusi. Klorida bermanfaat untuk menghilangkan noda pada gigi, sedangkan silika dapat bereaksi sebagai penggosok. Kemudian keberadaan sulfur dikenal dengan rasa hangat dan baunya yang khas, adapun fluorida berguna bagi kesehatan gigi sebagai pencegah terjadinya karies dengan memperkuat lapisan email dan mengurangi larutnya terhadap asam yang dihasilkan oleh bakteri.
1) Khoory (1989) menjelaskan bahwa siwak kaya dengan fluorida dan silika, fluorida mengerahkan proses antikariogenik dengan cara sebagai berikut :
Perubahan hydroxypatite menjadi fluorapatite yang lebih tahan terhadap acid dissolution.
2) Bercampurnya acidogenic organisme di dalam plak gigi sehingga mengurangi pH dari plak gigi.
3) Membantu memulihkan kembali gigi yang baru rusak.
4) Membentuk efek penghambat terhadap pertumbuhan bakteri pada plak gigi.
Adapun silika berfungsi membantu membersihkan gigi karena silika bekerja sebagai bahan penggosok yang dapat menghilangkan noda. (Khoory, 1989)
3. Sirih (Piper betle Linn)
Klasifikasi tanaman Piper betle Linn adalah sebagai berikut :
Kerajaan : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Piperales
Family : Piperasiae
Genus : Piper
Spesies : P.betle
Gambar 3. Daun Sirih
Di beberapa daerah, daun sirih mempunyai nama yang berbeda-beda,yaitu Betel (Perancis), Betel, Betelhe, Vitele (Portugal); Sirih (Indonesia), Suruh, Sedah (Jawa), Seureuh (Sunda); Ju jiang (China).
Sirih merupakan jenis tanaman yang tumbuh merambat yang bersandar pada batang pohon lain dengan panjang mencapai puluhan meter. Batang berkaya, berbentuk bulat, berbuku-buku, beralur, dan berwarna hijau kecoklatan. Daun tunggal, berbentuk pipih menyerupai jantung, tangkai agak panjang, permukaan llicin, pertulangan menyirip, dan berwarna hijau tua. Bunga majemuk dengan bulir, berbentuk bulat panjang. Panjang daun pelindung 1 mm, bulir jantan panjangnya 1,5-3 cm, benang sari dua dan pendek, bulir betina panjangnya 1,5-6 cm, kepala putik tiga sampai lima dan berwarna putih, dan warna bunga hijau kekuningan. Buah buni berbntuk bulat dan berwarna hijau keabuan.
Di dalam daun sirih terdapat beberapa kandungan dan manfaatnya, yaitu minyak atsiri mengandung minyak terbang (betIephenol), seskuiterpen, pati, diatase, gula dan zat samak dan chavicol yang memiliki daya mematikan kuman, antioksidasi dan fungisida, anti jamur. Saponin, flavonoid, dan polifenol. Secara empiris sirih dapat menyembuhkan berbagai jenis penyakit seperti sakit mata, sakit gigi, eksim, bau mulut, kulit gatal, menghilangkan jerawat, pendarahan gusi, mimisan, bronkhitis, batuk, sariawan, luka, keputihan, sakit jantung, sifilis, alergi / biduren dan diare (redaksi agromedia,2008).
4. Sari buah jeruk
Buah jeruk mengandung vitamin C dosis tinggi, khususnya jeruk manis dan jeruk keprok. Inilah salah satu alasan ilmu kedokteran mempertimbangkannya sebagai media sempurna untuk mencegah rasa dingin di musim dingin. Diyakini, dengan mengonsumsibuah jeruk, akan mempunyai pengalaman tidak terlalu menderita rasa kedinginan. Akan tetapi vitamin C bukan satu-satunya nutrisi yang berharga di dalam buah jeruk. Jeruk juga mengandung vitamin B dengan porsi yang menyehatkan (penting untuk pembentukan darah dan metabolisme) juga kalsium pottasium. Potassium menurunkan gula darah dan meningkatkan pertumbuhan sel, kalsium menjamin tulang dan gigi menjadi kuat.
Gambar.4 Jeruk
Secara umum buah jeruk kaya vitamin dan mineral yang baik untuk kesehatan tubuh. Seperti yang terkandung dalam jeruk manis, setiap 100 g terdapat kalori 51 kal, protein 0.9 g, lemak 0.2 g, karbohidrat 11,4 g, mineral 0,5 g, kalsium 33 mg, fosfor 23 mg, besi 0.4 mg dan asam askorbat 49 mg. Selain kaya gizi, zat kimia terkandung seperti bioflanid, minyak atsiri limonen, asam sitrat, linalin asetat dan fellandren dipercaya dapat menyembuhkan penyakit batuk, menurunkan demam, meningkatkan gairah seksual dan membuat suara merdu.
5. Vitamin C (asam askorbat)
Vitamin C adalah nutrien dan vitamin yang larut dalam air dan penting untuk kehidupan serta untuk menjaga kesehatan. Vitamin ini juga dikenal dengan nama kimia dari bentuk utamanya yaitu asam askorbat. Vitamin C termasuk golongan antioksidan karena sangat mudah teroksidasi oleh panas, cahaya, dan logam. Oleh karena itu, penggunaan vitamin C sebagai antioksidan semakin sering dijumpai.
Vitamin C berhasil di isolasi untuk pertama kalinya pada tahun 1928 dan pada tahun 1932 ditemukan bahwa vitamin ini merupakan agen yang dapat mencegah sariawan. Albert Szent-GyÖrgyi menerima penghargaan Nobel dalam Fisiologi atau kedokteran pada tahun 1937 untuk penemuan ini. Selama ini vitamin C atau asam askorbat lebih terkenal perannya dalam menjaga dan memperkuat imunitas terhadap infeksi. Siapa sangka vitamin C ternyata juga berperan penting dalam fungsi otak, karena otak banyak mengandung vitamin C. Dua peneliti di Texas Woman’s University menemukan, murid SMTP yang tingkat vitamin C-nya dalam darah lebih tinggi ternyata menghasilkan tes IQ lebih baik daripada yang jumlah vitaminC-nya lebih rendah.
Vitamin C perlu untuk menjaga struktur kolagen, sejenis protein yang menghubungkan semua jaringan serabut, kulit, urat, tulang rawan, dan jaringan lin di tubuh manusia. Struktur kolagen yang baik dapat menyembuhkan luka, patah tulang, memar, perdarahan kecil dan luka ringan. Vitamin C juga berperan penting dalam membantu penyerapan zat besi dan mempertajam kesadaran. Sebagai antioksidan ia mampu menetralkan radikal bebas di seluruh tubuh. Melalui pengaruh pencahar, ia dapat meningkatkan pembuangan feses atau kotoran. Apabila mengonsumsinya secara berlebihan dapat mengakibatkan diare. Untuk mencegah hal tersebut, dapat dilakukan dengan mengurangi pengonsumsian vitamin C yang bberlebihan atau menggantinya dengan natrium askorbat.
Vitamin C juga mampu menangkal nitrit penyebab kanker. Penelitian di Institut teknologi Massachusetts menemukan, pembentukan nitrosamin (hasil akhir pencernaan bahan makanan yang mengandung nitrit) dalam tubuh sejumlah mahasiswa yang di beri vitamin C berkurang sampai 81%. Hipoaskorbemia (defisiensi asam askorbat) bisa berakibat sariawan, baik di mulut maupun perut,kulit kasar, gusi tidak sehat sehingga gigi mudah goyah dan lepas, perdarahan di bawah kulit (sekitar mata dan gusi), cepat lelah, otot lemah dan depresi. (Baca juga “Sariawan Harus Diapakan?”, Intisari April 2000 hal. 80). Bahkan, punya korelasi dengan masalah kesehatan seperti kolesterol tinggi, sakit jantung, artritis (radang sendi), dan pilek.
Kebutuhan vitamin C memang berbeda-beda bagi tiap orang, tergantung kebiasaan masing-masing. Pada remaja, kebiasaan yang berpengaruh di antaranya: merokok, minum kopi, atau minuman beralkohol, konsumsi obat tertentu seperti obat antikejang, antibiotik tetrasiklin, antriartritis, obat tidur, dan kontrasepsi oral. Kebiasaan merokok menghilangkan 25% vitamin C dalam darah. Selain nikotin senyawa lain yang berdampak sama buruknya adalah kafein. Maka, sebisa mungkin hindari minum kopi, teh, dan cola. Selain itu stres, demam, infeksi, dan giat berolahraga juga meningkatkan kebutuhan akan vitamin C.
F. METODE PELAKSANAAN PROGRAM
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian pengembangan yaitu mengembangkan pembuatan permen salvadora piper sebagai penjaga kesehatan mulut dengan bahan dasar siwak dan daun sirih.
2. Subyek dan Obyek Penelitian
a. Subyek penelitian adalah permen salvadora piper sebagai penjaga kesehatan mulut yang di buat dengan bahan dasar siwak dan daun sirih.
b. Obyek penelitian adalah kandungan permen salvadora piper sebagai penjaga mulut.
3. Variabel Penelitian
a. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah perbandingan konsentrasi salvadora piper.
b. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kualitas dari permen salvadora piper sebagai penjaga kesehatan mulut.
4. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilakukan di laboratorium kimia FMIPA UNY selama 4 bulan.
5. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan
a. Alat ekstraksi sokhlet lengkap
b. Thimble ekstraksi atau kantong kertas kering
c. Desikator
d. Evaporator
e. Pendingin tegak
f. Pendingin buchner
g. Timbangan analitik
h. Baker
i. Gelas ukur
j. Elemeyer
k. Corong pisah
l. Kompor
m. Panci
n. Cetakan permen
Bahan yang digunakan:
a. Serbuk siwak
b. Daun sirih merah
c. Heksana
d. Aseton
e. Akuades
f. Batu didih
g. Kertas saring
h. Buah jeruk
i. Gelatin
j. Na-propionat
k. Asam sitrat
6. Prosedur Penelitian
a. Pembuatan Permen Penyegar Mulut
1) Pembuatan Ekstrak Siiwak
a) Menumbuk siwak yang akan diekstrak
b) Menimbang siwak sebanyak 100 gram
c) Membungkus serbuk siwak dengan kertas kering
d) Memasukkan siwak dalam ekstraktor sokhlet
e) Menghubungkan labu alas bulat dengan ekstraktor sokhlet
f) Menuangkan pelarut heksana dalam ekstraktor sokhlet sehingga heksana mengalir turun ke dalam labu
g) Menghubungkan sokhlet dengan pendingin
h) Merefluks hingga larutan dalam sokhlet menjadi bening (sekitar 2-5 jam)
i) Menyaring hasil refluks dengan penyaring panas
j) Mendinginkan campuran dengan air es hingga terjadi endapan
k) Memisahkan kristal ekstrak siwak dengan menggunakan penyaring buchner
l) Menimbang hasil ekstrak
2) Pembuatan Ekstrak Daun Sirih
a) Menumbuk daun sirih yang akan diekstrak
b) Menimbang daun sirih 50 gram
c) Membungkus serbuk daun sirih dengan kertas kering
d) Memasukkan daun sirih dalam ekstraktor sokhlet
e) Menghubungkan labu alas bulat dengan ekstraktor sokhlet
f) Menunagkan pelarut heksana dalam ekstraktor sokhlet sehingga heksana mengalir turun ke dalam labu
g) Menghubungkan sokhlet dengan pendingan
h) Merefluks hingga larutan dalam sokhlet menjadi bening (sekitar 2-5 jam)
i) Menyaring hasil refluks dengan penyaring panas
j) Mendinginkan campuran dengan air es hingga terjadi endapan
k) Memisahkan kristal ekstrak daun sirih dengan menggunakan penyaring bucher
l) Menimbang hasil ekstrak
3) Pembuatan Sari Buah Jeruk
a) Buah jeruk dikupas dan diambil bijinya
b) Buah jeruk ditambah air dan diblender
c) Menyaring buah jeruk yang sudah diblender dengan kertas saring
d) Berat sari buah adalah berat hasil saringan yang kemudian dikurangi berat air yang ditambahkan
e) Sari buah yang diperoleh kemudian diencerkan sehingga diperoleh perbandingan sari buah dan air 1 : 1 dan 1 : 2 (b/b)
4) Membuat Permen Salvadora Piper Sebagai Penjaga Kesehatan Mulut
a) sebanyak 500 gram pada masing-masing siwak, daun sirih, dan vitamin C, dibagi 3 kelompok dengan jumlah konsentrasi / persentase yang berbeda.
Kelompok | Siwak | Sirih | Vitamin C |
I | 50 % | 100 % | 75 % |
II | 100 % | 75 % | 50 % |
III | 75 % | 50 % | 100 % |
Dari ketiga kelompok tersebut, masing-masing dimasak hingga suhu 80 ºC kemudian ditambahkan sukrosa, Na-propionat, dan asam sitrat sambil diaduk.
b) Pemasakan dilanjutkan sampai mencapai suhu 90-100 ºC.
c) Gelatin dilarutkan dalam air panas (50-60 ºC) dan dimasukkan dalam masing-masing adonan sambil diaduk sampai mencapai suhu 95 ºC.
d) Masing-masing adonan dimasukkan dalam cetakkan dan didiamkan selama 1 jam.
e) Masing-masing adonan dalam cetakan dimasukkan dalam refrigerator (ruang pendingin) pada suhu 5 ºC selama 24 jam (sampai permen mengeras).
f) Permen didiamkan selama 1 jam dalam suhu ruang untuk menetralakan suhu.
g) Permen dikemas dalam plastik.
b. Analisis Efektifitas Permen Salvadora Piper Sebagai Antibakteri
Bakteri yang digunakan adalah Streptococcus mutans (ATC31987) dan Bacteroides melaninogenicus. Sebelum dilakukan penelitian, dilakukan identifikasi ulang bakteri yang akan digunakan. Identifikasi meliputi uji biokimia. Pengujian aktifitas antibakteri ekstrak siwak dengan metode makrodilusi dan kristal siwak dengan uji mikrodilusi. Dilakukan secara duplo untuk menentukan Konsentrasi Hambat Minimal (KHM).
Uji Makrodilusi (Permen Salvadora Piper)
a) Bakteri dibiaakkan pada medium agar brucella, 37oC, secara anaerob, selama 24 jam.
b) Menyiapkan pengenceran terhadap permen salvadora piper dengan konsentrasi 1 gram/ml.
c) Disiapkan BHI (Brain Heart Infusion) untuk B. melaninogenicus, BHI + ekstrak ragi untuk S. mutans., 8 buah tabung diisi 10 ul BHI (BHI + ekstrak ragi).
d) Dibuat duplo. Permen salvadora piper dengan konsentrasi 100 % (1 gram/ml) diencerkan dua kali. Isi tabung pertama sampai tabung ke-7 dengan ekstrak yang telah diencerkan, tabung ke-8 sebagai kontrol (tanpa larutan permen salvadora piper).
e) Bakteri yang telah tumbuh pada agar brucella, secara anaerob, digunakan sebagai inokulum standar Mc Farland 0.5.
f) Satu mililiter suspensi ditambah 9 ml BHI (BHI + ekstrak ragi) dikocok. Ambil 50 ul suspensi bakteri masukkan ke tiap tabung. Inkubasi pada 37oC, anaerob selama 48 jam.
g) Dilakukan pengamatan kekeruhan untuk menentukan KHM. Sebagai konfirmasi, dari masing-masing tabung ditanam pada agar brucella (B. melaninogenocus) dan agar mitis-salivarius (S. mutans).
Uji Makrodilusi (ekstrak)
a) Bakteri dibiakkan pada medium agar brucella, 37oC, secara anaerob, selama 24 jam.
b) Disiapkan BHI (Brain Heart Infusion) untuk B. melaninogenicus, BHI + ekstrak ragi untuk S. mutans., 8 buah tabung diisi 10 ul BHI (BHI + ekstrak ragi).
c) Dibuat duplo. Ekstrak 100 % (1 gram/ml) diencerkan dua kali. Isi tabung pertama sampai tabung ke-7 dengan ekstrak yang telah diencerkan, tabung ke-8 sebagai kontrol (tanpa ekstrak siwak).
d) Bakteri yang telah tumbuh pada agar brucella, secara anaerob, digunakan sebagai inokulum standar Mc Farland 0.5.
e) Satu mililiter suspensi ditambah 9 ml BHI (BHI + ekstrak ragi) dikocok. Ambil 50 ul suspensi bakteri masukkan ke tiap tabung. Inkubasi pada 37oC, anaerob selama 48 jam.
f) Dilakukan pengamatan kekeruhan untuk menentukan KHM. Sebagai konfirmasi, dari masing-masing tabung ditanam pada agar brucella (B. melaninogenocus) dan agar mitis-salivarius (S. mutans).
Persen efektivitas permen salvadora piper dihitung dengan cara sebagai berikut:
Efektifitas = % pengaruh permen sebagai pengaruh anti bakteri × 100%
% pengaruh siwak
c. Uji kesukaan (hedonic test)
Uji kesukaan dilakukan terhadap 30 panelis. Kepada para panelis tersebut diberikan kuisioner, kemudian para panelis dimintai untuk memberikan pendapatnya tentang permen penyegar mulut dengan cara mengisi kuisioner yang telah disediakan. Data yang diperoleh dari hasil kuisioner tersebut dianalisis secara statistik untuk menentukan permen yang lebih banyak diminati oleh masyarakat.
0 Komentar untuk "Salvadora piper Sebagai Permen Penjaga Kesehatan Mulut"
Berkomentarlah dengan baik dan sopan, saya akan berusaha untuk menjawab setiap pertanyaan dan menanggapi setiap komentar yang anda berikan, :)
Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya :)