Pendidikan
merupakan kebutuhan primer pada saat ini, apalagi sebagian besar masyarakat
sudah menyadari pentingnya pendidikan dalam menata masa depan yang lebih baik.
Oleh karena itu setiap negara senantiasa berusaha memajukan bidang pendidikan,
di samping bidang yang lain dalam rangka mempersiapkan sumber daya manusia yang
kompetitif dan berkualitas serta berusaha mengejar kemajuan negara lain.
Seorang pendidik
penting untuk menciptakan paradigma baru untuk mengha-silkan praktik terbaik
dalam proses pembelajaran (Carolin Rekar Munro, 2005). Oleh karena itu, ketika
terjadi perubahan kurikulum dan terjadi pergeseran tuntutan hasil pendidikan
yang berkaitan dengan tuntutan pasar kerja, maka pendidiklah yang harus
berperan mewujudkan harapan itu.
Ronald Brandt
(1993) menyatakan bahwa hampir semua usaha reformasi dalam pendidikan, seperti
pembaharuan kurikulum dan penerapan metode pembe-lajaran baru akhirnya
tergantung kepada pendidik. Tanpa pendidik yang mampu menguasai bahan ajar dan
strategi pembelajaran, maka segala upaya peningkatan mutu pendidikan tidak akan
mencapai hasil yang optimal. Hal ini berarti seorang pendidik tidak hanya
diharapkan mampu menguasai bidang ilmu yang diajarkan, tetapi juga menguasai
strategi belajar-mengajar. Saat ini dunia pendidikan telah banyak menghasilkan
berbagai macam inovasi dan menghadirkan strategi/model pembelajaran. Hal ini
semata-mata sebagai upaya menggairahkan minat belajar peserta didik, sekaligus
meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil belajar.
Penyampaian materi
secara menyenangkan telah diserukan oleh Pemerintah kita, dalam hal ini
Depdiknas melalui UU No. 20/2003 Pasal 40 yang menyatakan “guru dan tenaga
kependidikan berkewajiban untuk menciptakan suasana pendidikan yang bermakna,
menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis”. Hal ini ditandaskan lagi dalam
PP No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 19 ayat 1 yang
menyatakan “proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara
inspiratif, interaktif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, memberikan ruang gerak yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik
dan psikologis peserta didik”. Problem
based instruction merupakan salah satu bentuk metode pembelajaran yang sesuai
dengan anjuran pada kedua peraturan tersebut yang dapat diterapkan seorang
pendidik dalam menciptakan pembelajaran yang menyenangkan sekaligus memacu
kreativitas mahasiswa dalam pembelajaran. Berdasarkan pengamatan menunjukkan
masih banyaknya proses pembelajaran di SMA dikemas kurang menarik bagi siswanya, sehingga problem based instuction dapat menjadi
salah satu alternatif dalam penciptaan pembelajaran yang menarik.
Menurut Slavin (1994), pemberian keterampilan berpikir dan pemecahan
masalah kepada peserta didik memerlukan bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, terutama orang tua, teman sejawat, dan guru. Selain itu, pemberian
keterampilan berpikir dan memecahkan masalah ke peserta didik memerlukan
sarana. Menurut Dewey (dalam Slavin, 1994), sarana yang memadai untuk melatih
keterampilan berpikir dan memecahkan masalah peserta didik adalah lembaga
pendidikan seperti misalnya sekolah. Sekolah merupakan cermin dari masyarakat
luas dan merupakan laboratorium pemecahan masalah dari bentuk kehidupan nyata.
Hingga saat ini, keterampilan berpikir dan memecahkan masalah peserta didik di Indonesia belum begitu membudaya. Kebanyakan peserta didik terbiasa melakukan kegiatan belajar berupa menghafal tanpa dibarengi pengembangan keterampilan berpikir dan memecahkan masalah. Untuk menyikapi permasalahan ini maka perlu dilakukan upaya pembelajaran berdasarkan teori kognitif yang di dalamnya termasuk teori belajar konstruktivis. Menurut teori konstruktivis keterampilan berpikir dan memecahkan masalah dapat dikembangkan jika peserta didik melakukan sendiri,menemukan, dan memindahkan kekomplekan pengetahuan yang ada. Dalam hal ini, secara spontanitas peserta didik akan mencocokkan pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang dimilikinya kemudian membangun kembali aturan pengetahuannya jika terdapat aturan yang tidak sesuai (Slavin, 1994: 225). Oleh karena itu guru hendaknya mampu menciptakan suasana belajar yang dapat membantu peserta didik berlatih memecahkan masalah.Salah satu model pembelajaran yang dapat membantu peserta didik berlatih memecahkan masalah adalah model pembelajaran berdasarkan masalah (Problem-based Instruction). Model ini merupakan pendekatan pembelajaran peserta didik pada masalah autentik (nyata) sehingga peserta didik dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan yang tinggi dan inkuiri, memandirikan peserta didik, dan meningkatkan kepercayaan dirinya (Arends, 1997: 288). Pada model ini, peran guru adalah mengajukan masalah, mengajukan pertanyaan, memberikan kemudahan suasana berdialog, memberikan fasilitas penelitian, dan melakukan penelitian.
Hingga saat ini, keterampilan berpikir dan memecahkan masalah peserta didik di Indonesia belum begitu membudaya. Kebanyakan peserta didik terbiasa melakukan kegiatan belajar berupa menghafal tanpa dibarengi pengembangan keterampilan berpikir dan memecahkan masalah. Untuk menyikapi permasalahan ini maka perlu dilakukan upaya pembelajaran berdasarkan teori kognitif yang di dalamnya termasuk teori belajar konstruktivis. Menurut teori konstruktivis keterampilan berpikir dan memecahkan masalah dapat dikembangkan jika peserta didik melakukan sendiri,menemukan, dan memindahkan kekomplekan pengetahuan yang ada. Dalam hal ini, secara spontanitas peserta didik akan mencocokkan pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang dimilikinya kemudian membangun kembali aturan pengetahuannya jika terdapat aturan yang tidak sesuai (Slavin, 1994: 225). Oleh karena itu guru hendaknya mampu menciptakan suasana belajar yang dapat membantu peserta didik berlatih memecahkan masalah.Salah satu model pembelajaran yang dapat membantu peserta didik berlatih memecahkan masalah adalah model pembelajaran berdasarkan masalah (Problem-based Instruction). Model ini merupakan pendekatan pembelajaran peserta didik pada masalah autentik (nyata) sehingga peserta didik dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan yang tinggi dan inkuiri, memandirikan peserta didik, dan meningkatkan kepercayaan dirinya (Arends, 1997: 288). Pada model ini, peran guru adalah mengajukan masalah, mengajukan pertanyaan, memberikan kemudahan suasana berdialog, memberikan fasilitas penelitian, dan melakukan penelitian.
Conpolat (2003) mengatakan
bahwa sebagian besar materi ilmu kimia tergolong abstrak, sehingga ilmu kimia
dipelajari dengan caar penyederhanaan dari kebanyakan obyek yang ada di dunia
ini dan pembahasannya tidak hanya sekedar dengan pemecahan soal-soal yang
terdiri angka-angka (soal numerik) melainkan juga menyertakan
penjelasan-penjelasan tentang fenomena kimiawi yang terkandung di dalamnya.
Ruang lingkup ilmu kimia yang begitu luas baik secara deskriptif dan teoritis,
telah membuat siswa merasa kesulitam dalam mempelajari kimia secara menyeluruh.
Kesulitan ini bedampak pada hasil belajar mereka yang kurang memuaskan. Jadi,
pembelajaran berbasis PBI merupakan salah satu pembelajaran kimia inovatif yang
dapat digunakan mengatasi masalah ini.
B. Rumusan
Masalah
Dari
latar belakang tersebutlah, pembelajaran problem based instruction ditawarkan
sebagai model strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan kebermaknaan belajar bagi siswa. Adapun permasalahan yang dirumuskan terkait latar
belakan tersebut adalah:
1. Apa pengertian dari problem
based instruction?
2. Bagaimana langkah
untuk menerapkan problem based instruction
dalam pembelajaran?
3. Bagaimana kelebihan
dan kekurangan problem based instruction dalam
pembelajaran Kimia di SMA?
C. Tujuan
Adapun
tujuan penulisan ini adalah:
1. Untuk mengetahui
pengertian dari problem based instruction
2.
Untuk mengetahui langkah untuk menerapkan problem based instruction dalam pembelajaran
3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan problem based instruction dalam pembelajaran Kimia di SMA
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Problem Based Instruction
Problem
Based Instruction (PBI) adalah metode belajar yang menggunakan masalah sebagai
langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru
(Suradjiono,2004). Menurut Boud dan Felleti (lewat Riyadi,2010) “ Problem based learning is a way of
constructing and teaching course using problem as a stimulus and focus on
student activity”.
H.S.
Barrows (1988) sebagai pakar PBI menyatakan bahwa definisi PBI adalah sebuah
metode pembelajaran yang didasarkan pada prinsip bahwa masalah (problem) dapat digunakan sebagai titik
awal untuk mendapatkan atau mengintegrasikan ilmu (knowledge) baru. PBI adalah proses pembelajaran yang titik awal
pembelajarannya adalah berdasarkan masalah dalam kehidupan nyata lalu dari
masalah ini siswa dirangsang untuk mempelajari masalah berdasarkan pengetahuan
dan pengalaman yang telah mereka miliki sebelumnya (prior knowledge) sehingga dari prior knowledge ini akan terbentuk
pengetahuan dan pengalaman baru.
Problem Based Instruction
(PBI) adalah metode pendidikan yang memotivasi siswa untuk mengenal caa belajar
dan bekerjasama dalam kelompok-kelompok untuk mencari penyelesaian
masalah-masalah di dunia nyata. Simulasi masalah digunakan untuk mengaktifkan
keingintahuan siswa sebelum mulai mempelajari suatu subjek. PBI menyiapkan
siswa untuk berpikir secara kritis dan analitis, serta mampu untuk mendapatkan
dan menggunakan secara tepat sumber-sumber pembelajaan.
Problem-based instruction adalah model pembelajaran
yang berlandaskan paham konstruktivistik yang mengakomodasi keterlibatan siswa
dalam belajar dan pemecahan masalah otentik (Arends et al., 2001).
Dalam pemrolehan informasi dan pengembangan pemahaman tentang topik-topik,
siswa belajar bagaimana mengkonstruksi kerangka masalah, mengorganisasikan dan
menginvestigasi masalah, mengumpulkan dan menganalisis data, menyusun fakta,
mengkonstruksi argumentasi mengenai pemecahan masalah, bekerja secara
individual atau kolaborasi dalam pemecahan masalah.Peranan guru sebagai pembimbing dan
negosiator. Peran-peran tersebut dapat
ditampilkan secara lisan selama proses pendefinisian dan pengklarifikasian
masalah.Sarana pendukung model pembelajaran ini adalah: lembaran kerja siswa,
bahan ajar, panduan bahan ajar untuk siswa dan untuk guru, artikel, jurnal, kliping,
peralatan demonstrasi atau eksperimen yang sesuai, model analogi, meja dan
kursi yang mudah dimobilisasi atau ruangan kelas yang sudah ditata untuk itu.
B. Ciri-ciri
Model Problem Based Instruction (PBI)
Terdapat 3
ciri utama dari PBI yaitu :
1. PBI
merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasi PBI ada
sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa. PBI tidak mengharapkan siswa
hanya sekedar mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran, akan
tetapi melalui PBI siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah
data, dan akhirnya menyimpulkan.
2. Aktivitas
pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. PBI menempatkan masalah
sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah maka tidak
mungkin ada proses pembelajaran.
3. Pemecahan
masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah.
Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan
induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris.
Sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu;
sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan
fakta yang jelas.Untuk mengimplementasikan PBI, guru perlu memilih bahan
pelajaran yang memiliki permasalahan yang dapat dipecahkan. Permasalahan
tersebut bisa diambil dari buku teks atau dari sumber-sumber lain, misalnya
dari peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitar, dari peristiwa dalam
keluarga atau dari peristiwa kemasyarakatan.
Model PBI merupakan model pembelajaran yang melibatkan siswa dengan masalah nyata, sehingga motivasi dan rasa ingin tahu menjadi meningkat. Dengan demikian siswa diharapkan dapat mengembangkan cara berfikir dan keterampilan yang lebih tinggi. Anies (2003 : 1) mengemukakan bahwa model PBL merupakan suatu metode instruksional yang mempunyai ciri-ciri penggunaan masalah nyata sebagai sebagai konteks siswa yang mempelajari cara berpikir kritis serta keterampilan dalam memecahkan masalah. Lebih lanjut, Gallow (2003 : 1) menjelaskan bahwa PBI meletakkan asumsi dasar pada permasalahan yang berbentuk narasi, kasus, atau dunia nyata yang membutuhkan keahlian. Masalah tersebut tidak dapat didekati dengan solusi final sebagai suatu yang salah atau benar, tetapi menekankan pada solusi bijak yang didasarkan pada pengetahuan dan keterampilan tertentu. Masalah yang menjadi pijakan proses belajar dalam pendekatan ini diambil pada masalah nyata yang siswa dapat melihat, merasakan dan secara geografis dekat dengan mereka. Dalam hal ini, masalah tidak serta merta ditentukan oleh guru. Masalah – meskipun guru sebagai manager utama pembelajaran memiliki kewenangan menentukan topik masalah – tetapi secara otoriter menentukan sendiri secara paksa.
Model PBI merupakan model pembelajaran yang melibatkan siswa dengan masalah nyata, sehingga motivasi dan rasa ingin tahu menjadi meningkat. Dengan demikian siswa diharapkan dapat mengembangkan cara berfikir dan keterampilan yang lebih tinggi. Anies (2003 : 1) mengemukakan bahwa model PBL merupakan suatu metode instruksional yang mempunyai ciri-ciri penggunaan masalah nyata sebagai sebagai konteks siswa yang mempelajari cara berpikir kritis serta keterampilan dalam memecahkan masalah. Lebih lanjut, Gallow (2003 : 1) menjelaskan bahwa PBI meletakkan asumsi dasar pada permasalahan yang berbentuk narasi, kasus, atau dunia nyata yang membutuhkan keahlian. Masalah tersebut tidak dapat didekati dengan solusi final sebagai suatu yang salah atau benar, tetapi menekankan pada solusi bijak yang didasarkan pada pengetahuan dan keterampilan tertentu. Masalah yang menjadi pijakan proses belajar dalam pendekatan ini diambil pada masalah nyata yang siswa dapat melihat, merasakan dan secara geografis dekat dengan mereka. Dalam hal ini, masalah tidak serta merta ditentukan oleh guru. Masalah – meskipun guru sebagai manager utama pembelajaran memiliki kewenangan menentukan topik masalah – tetapi secara otoriter menentukan sendiri secara paksa.
C. Tujuan Proses Pembelajaran Problem Based
Instruction (PBI)
PBI tidak
dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada
siswa, tetapi PBI dimaksudkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan
berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual; belajar berbagai
peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau
simulasi; dan menjadi pembelajar otonom dan mandiri. Banyak
masalah yang ada di lingkungan siswa. Dengan PBI dapat meningkatkan kepekaan
siswa dengan situasi lingkungan. Kepekaan tersebut bukan hanya diwujudkan dalam
perasaan tetapi ada langkah-langkah praktis yang dapat dilakukan mereka untuk
memberikan solusi bagi masalah tersebut. Dalam
hubungannya dengan mata pelajaran Kimia di
sekolah,guru harus mampu melakukan analisis SKKD, dan menentukan KD / Indikator
mana yang paling tepat digunakan PBI.Indikator-indikator yang memberikan
peluang munculnya masalah-masalah dan memerlukan penyelesaian, serta
membutuhkan kemampuan berpikir ilmiah adalah indikator yang lebih tepat digunakan
PBI. Jadi, Tujuan
PBI adalah sebagai berikut :
1.
Mengetahui
hasil pembelajaran siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran
berdasarkan masalah dengan hasil belajar siswa yang diajar dengan pembelajaran
biasa
2.
Mengembangkan
ketrampilan memecahkan masalah. Kerjasama yang dilakukan dalam PBI, mendorong
munculnya berbagai ketrampilan inkuiri, dengan demikian akan berkembang
ketrampilan sosial dan ketrampilan berpikir sekaligus. Dengan berjalannya
waktu, diharapkan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah semakin berkembang.
3.
Menjadikan
siswa sebagai pembelajar otonom dan mandiri. PBI diharapkan siswa secara
berangsur-angsur dilatih untuk menjadi pembelajar yang mandiri
D. LANGKAH-LANGKAH PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI)
Langkah-langkah
pelaksanaan metode pembelajaran problem based instruction adalah sebagai
berikut
1.
Tahap pertama : orientasi siswa kepada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan
logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena, demonstrasi, atau cerita untuk memunculkan
masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang
dipilihnya.
2.
Tahap kedua : mengorganisasi siswa untuk belajar
Guru
membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut.
3.
Tahap ketiga : membimbing penyelidikan individual
maupun kelompok
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi
yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan
masalah
4.
Tahap keempat : mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan
menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu
mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
5.
Tahap kelima : menganalisis dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah
Guru
membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan
mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
Lima tahapan di atas dapat
diuraikan meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir.
E. Problem Based Learning sebagai
Inti Penanaman Karakter Ilmiah
Berbagai model,
metode, dan teknik-teknik pembelajaran dapat dipilih oleh instruktur (guru,
dosen) untuk melaksanakan tugas mengajar, namun dari semua itu PBL memiliki
keunggulan yang lebih lengkap. Oleh sebab itu pada tataran tingkat yang telah
dianggap cukup, PBL baru dapat diterapkan dalam pembelajaran.
Pendekatan PBL
pertama kali diperkenalkan pada pendidikan kedokteran di Univesitas McMaster
pada pertengahan tahun 1970 ( Barrows and Tamblyn,1980).
PBL adalah cara
belajar yang hasilnya diperoleh dari proses kerja (aktivitas) untuk memahami
atau memecahkan suatu masalah (persoalan). Masalah ditemukan (dihadapi) oleh
pembelajar pada awal poses belajar. PBL merupakan metode mengajar yang dapat
menggunakan berbagai format : tutorial kelompok kecil, kuliah berdasar
persoalan, diskusi kelompok besar (kelas), dan kerja laboratorium berbasis
persoalan (Kaufman, 1995). Pada umumnya PBL digunakan untuk kelompok kecil
dengan bantuan seorang fasilitator. Prinsip metode PBL meliputi 3 langkah : (1)
Menghadapkan siswa pada persoalan, (2) melibatkan siswa pada belajar bebas dan
(3) kembali pada persoalan semula (Wilkerson & Feletti, 1989).
Rasional
Problem-Based Learning
Psikologi
Kognitif
Schmidt (1993)
mengemukakan 3 prinsip dari psikologi kognitif yang sangat menunjang PBL
Pertama, aktivasi
pengetahuan awal siswa, yang bertujuan untuk merumuskan persoalan yang akan
dipelajari. Pengetahuan awal dapat berupa pengalaman langsung dari lapangan,
pengalaman yang telah tersimpan, atau informasi baru yang diterima siswa pada
awal proses pembelajaran.
Kedua, saat
siswa mendiskusikan pemecahan masalah, mereka melakukan elaborasi melalui
pengetahuan yang telah ada dan pengetahuan baru dari kontribusi anggota
kelompok. Kemudian siswa membangun asosasi (pengetahuan) baru dari konsep yang
telah ia miliki dengan jaringan pengetahuan yang berasal dari berbagai sumber,
sehingga terjadi perkembangan antara konsep lama dengan konsep baru. Maka siswa
juga terbiasa dengan membangkitkan kembali memori yang telah tersimpan.
Ketiga, PBL menyajikan persoalan yang
benar-benar terjadi pada situasi yang aktual. Proses belajar terjadi di dalam
konteks yang sama dan dapat diterapkan bagi seseorang. Persoalan dan
pemecahannya memberi isyarat (“petunjuk”) ketika di suatu saat siswa menjumpai
persoalan yang sama dalam kehidupan sehari-hari. Isyarat ini akan disusun dalam
memori sebagai pengetahuan awal yang setiap saat dapat diakses.
F. KEKURANGAN DAN KELEBIHAN
Adapun
Kelebihan dari problem based instruction adalah:
1. Siswa dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga
pengetahuannya benar-benar diserapnya dengan
baik.
2. Dilatih untuk dapat bekerjasama dengan siswa
lain.
3. Dapat memperoleh dari berbagai sumber.
4. Siswa berperan aktif dalam KBM
5. Siswa
lebih memahami konsep matematika yg diajarkan sebab mereka sendiri yang
menemukan konsep tersebut.
6. Melibatkan siswa secara aktif memecahkan
masalah dan menuntut keterampilan berfikir siswa yang lebih tinggi
7. Pembelajaran lebih bermakna
8. Siswa dapat merasakan manfaat pembelajaran
matematika sebab masalah yang diselesaikan merupakan masalah sehari-hari
9. Menjadikan siswa lebih mandiri
10. Menanamkan sikap sosial yang positif, memberi
aspirasi dan menerima pendapat orang lain
11. Dapat mengembangkan cara berfikir logis serta
berlatih mengemukakan pendapat
Kekurangan dari Problem
Based Instruction adalah:
1.
Untuk siswa yang malas, tujuan dari metode tersebut
tidak dapat tercapai.
2.
Membutuhkan banyak waktu dan dana.
3.
Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan
metode ini.
4.
Membutuhkan
waktu yang banyak
5.
Tidak setiap materi matematika dapat diajarkan dengan
PBI
6.
Membutuhkan
fasilitas yang memadai seperti laboratorium, tempat duduk siswa yang terkondisi
untuk belajar kelompok, perangkat pembelajaran, dll
7.
Menuntut guru
membuat perencanaan pembelajaran yang lebih matang
8.
Kurang efektif
jika jumlah siswa terlalu banyak, idealnya maksimal 30 siswa perkelas.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Model Pembelajaran Berdasarkan
Masalah (Problem Based Instruction) adalah model pembelajaran yang berlandaskan
paham konstruktivistik yang mengakomodasi keterlibatan siswa dalam belajar dan
pemecahan masalah otentik. Model pembelajaran ini mengangkat satu masalah
aktual sebagai satu pembelajaran yang menantang dan menarik, maka dengan ini
dalam proses belajar mengajar, siswa dapat dipastikan terlihat sangat antusias,
dengan demikian materi yang disampaikan dapat diserap dengan baik. Pemberian
pengalaman belajar dapat dirasakan melalui “mengalami” bukan sekedar
“menghafal” sehingga dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang konsep – konsep
serta hubungan antar konsep dalam ilmu pengetahuan. Siswa mampu menggunakan
bermacam-macam keterampilan dan prosedur pemecahan masalah dan berpikir kritis.
Dengan demikian tujuan pembelajaran bisa tercapai dengan baik.
0 Komentar untuk "“PROBLEM BASED INSTRUCTION” METODE PEMBELAJARAN KIMIA INOVATIF DI SMA"
Berkomentarlah dengan baik dan sopan, saya akan berusaha untuk menjawab setiap pertanyaan dan menanggapi setiap komentar yang anda berikan, :)
Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya :)