Translate

“PROBLEM BASED INSTRUCTION” METODE PEMBELAJARAN KIMIA INOVATIF DI SMA



Pendidikan merupakan kebutuhan primer pada saat ini, apalagi sebagian besar masyarakat sudah menyadari pentingnya pendidikan dalam menata masa depan yang lebih baik. Oleh karena itu setiap negara senantiasa berusaha memajukan bidang pendidikan, di samping bidang yang lain dalam rangka mempersiapkan sumber daya manusia yang kompetitif dan berkualitas serta berusaha mengejar kemajuan negara lain.
Seorang pendidik penting untuk menciptakan paradigma baru untuk mengha-silkan praktik terbaik dalam proses pembelajaran (Carolin Rekar Munro, 2005). Oleh karena itu, ketika terjadi perubahan kurikulum dan terjadi pergeseran tuntutan hasil pendidikan yang berkaitan dengan tuntutan pasar kerja, maka pendidiklah yang harus berperan mewujudkan harapan itu.
Ronald Brandt (1993) menyatakan bahwa hampir semua usaha reformasi dalam pendidikan, seperti pembaharuan kurikulum dan penerapan metode pembe-lajaran baru akhirnya tergantung kepada pendidik. Tanpa pendidik yang mampu menguasai bahan ajar dan strategi pembelajaran, maka segala upaya peningkatan mutu pendidikan tidak akan mencapai hasil yang optimal. Hal ini berarti seorang pendidik tidak hanya diharapkan mampu menguasai bidang ilmu yang diajarkan, tetapi juga menguasai strategi belajar-mengajar. Saat ini dunia pendidikan telah banyak menghasilkan berbagai macam inovasi dan menghadirkan strategi/model pembelajaran. Hal ini semata-mata sebagai upaya menggairahkan minat belajar peserta didik, sekaligus meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil belajar.

Penyampaian materi secara menyenangkan telah diserukan oleh Pemerintah kita, dalam hal ini Depdiknas melalui UU No. 20/2003 Pasal 40 yang menyatakan “guru dan tenaga kependidikan berkewajiban untuk menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis”. Hal ini ditandaskan lagi dalam PP No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 19 ayat 1 yang menyatakan “proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara inspiratif, interaktif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, memberikan ruang gerak yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik dan psikologis peserta didik”. Problem based instruction merupakan salah satu bentuk metode pembelajaran yang sesuai dengan anjuran pada kedua peraturan tersebut yang dapat diterapkan seorang pendidik dalam menciptakan pembelajaran yang menyenangkan sekaligus memacu kreativitas mahasiswa dalam pembelajaran. Berdasarkan pengamatan menunjukkan masih banyaknya proses pembelajaran di SMA dikemas kurang menarik bagi siswanya, sehingga problem based instuction dapat menjadi salah satu alternatif dalam penciptaan pembelajaran yang menarik.
Menurut Slavin (1994), pemberian keterampilan berpikir dan pemecahan masalah kepada peserta didik memerlukan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, terutama orang tua, teman sejawat, dan guru. Selain itu, pemberian keterampilan berpikir dan memecahkan masalah ke peserta didik memerlukan sarana. Menurut Dewey (dalam Slavin, 1994), sarana yang memadai untuk melatih keterampilan berpikir dan memecahkan masalah peserta didik adalah lembaga pendidikan seperti misalnya sekolah. Sekolah merupakan cermin dari masyarakat luas dan merupakan laboratorium pemecahan masalah dari bentuk kehidupan nyata.
Hingga saat ini, keterampilan berpikir dan memecahkan masalah peserta didik di Indonesia belum begitu membudaya. Kebanyakan peserta didik terbiasa melakukan kegiatan belajar berupa menghafal tanpa dibarengi pengembangan keterampilan berpikir dan memecahkan masalah. Untuk menyikapi permasalahan ini maka perlu dilakukan upaya pembelajaran berdasarkan teori kognitif yang di dalamnya termasuk teori belajar konstruktivis. Menurut teori konstruktivis keterampilan berpikir dan memecahkan masalah dapat dikembangkan jika peserta didik melakukan sendiri,menemukan, dan memindahkan kekomplekan pengetahuan yang ada. Dalam hal ini, secara spontanitas peserta didik akan mencocokkan pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang dimilikinya kemudian membangun kembali aturan pengetahuannya jika terdapat aturan yang tidak sesuai (Slavin, 1994: 225). Oleh karena itu guru hendaknya mampu menciptakan suasana belajar yang dapat membantu peserta didik berlatih memecahkan masalah.Salah satu model pembelajaran yang dapat membantu peserta didik berlatih memecahkan masalah adalah model pembelajaran berdasarkan masalah (Problem-based Instruction). Model ini merupakan pendekatan pembelajaran peserta didik pada masalah autentik (nyata) sehingga peserta didik dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan yang tinggi dan inkuiri, memandirikan peserta didik, dan meningkatkan kepercayaan dirinya (Arends, 1997: 288). Pada model ini, peran guru adalah mengajukan masalah, mengajukan pertanyaan, memberikan kemudahan suasana berdialog, memberikan fasilitas penelitian, dan melakukan penelitian.
            Conpolat (2003) mengatakan bahwa sebagian besar materi ilmu kimia tergolong abstrak, sehingga ilmu kimia dipelajari dengan caar penyederhanaan dari kebanyakan obyek yang ada di dunia ini dan pembahasannya tidak hanya sekedar dengan pemecahan soal-soal yang terdiri angka-angka (soal numerik) melainkan juga menyertakan penjelasan-penjelasan tentang fenomena kimiawi yang terkandung di dalamnya. Ruang lingkup ilmu kimia yang begitu luas baik secara deskriptif dan teoritis, telah membuat siswa merasa kesulitam dalam mempelajari kimia secara menyeluruh. Kesulitan ini bedampak pada hasil belajar mereka yang kurang memuaskan. Jadi, pembelajaran berbasis PBI merupakan salah satu pembelajaran kimia inovatif yang dapat digunakan mengatasi masalah ini.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebutlah, pembelajaran problem based instruction ditawarkan sebagai model strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan kebermaknaan  belajar bagi siswa. Adapun permasalahan yang dirumuskan terkait latar belakan tersebut adalah:
1. Apa pengertian dari problem based instruction?
2. Bagaimana langkah untuk menerapkan problem based instruction dalam pembelajaran?
3. Bagaimana kelebihan dan kekurangan problem based instruction dalam pembelajaran Kimia di SMA?
C. Tujuan

Adapun tujuan penulisan ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian dari problem based instruction
2. Untuk mengetahui langkah untuk menerapkan problem based instruction  dalam pembelajaran
3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan problem based instruction  dalam pembelajaran Kimia di SMA


                                                         BAB II        
PEMBAHASAN

A.    Problem Based Instruction
Problem Based Instruction (PBI) adalah metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru (Suradjiono,2004). Menurut Boud dan Felleti (lewat Riyadi,2010) “ Problem based learning is a way of constructing and teaching course using problem as a stimulus and focus on student activity”.
H.S. Barrows (1988) sebagai pakar PBI menyatakan bahwa definisi PBI adalah sebuah metode pembelajaran yang didasarkan pada prinsip bahwa masalah (problem) dapat digunakan sebagai titik awal untuk mendapatkan atau mengintegrasikan ilmu (knowledge) baru. PBI adalah proses pembelajaran yang titik awal pembelajarannya adalah berdasarkan masalah dalam kehidupan nyata lalu dari masalah ini siswa dirangsang untuk mempelajari masalah berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka miliki sebelumnya (prior knowledge) sehingga dari prior knowledge ini akan terbentuk pengetahuan dan pengalaman baru.
Problem Based Instruction (PBI) adalah metode pendidikan yang memotivasi siswa untuk mengenal caa belajar dan bekerjasama dalam kelompok-kelompok untuk mencari penyelesaian masalah-masalah di dunia nyata. Simulasi masalah digunakan untuk mengaktifkan keingintahuan siswa sebelum mulai mempelajari suatu subjek. PBI menyiapkan siswa untuk berpikir secara kritis dan analitis, serta mampu untuk mendapatkan dan menggunakan secara tepat sumber-sumber pembelajaan.
Problem-based instruction adalah model pembelajaran yang berlandaskan paham konstruktivistik yang mengakomodasi keterlibatan siswa dalam belajar dan pemecahan masalah otentik (Arends et al., 2001). Dalam pemrolehan informasi dan pengembangan pemahaman tentang topik-topik, siswa belajar bagaimana mengkonstruksi kerangka masalah, mengorganisasikan dan menginvestigasi masalah, mengumpulkan dan menganalisis data, menyusun fakta, mengkonstruksi argumentasi mengenai pemecahan masalah, bekerja secara individual atau kolaborasi dalam pemecahan masalah.Peranan guru sebagai pembimbing dan negosiator. Peran-peran tersebut dapat ditampilkan secara lisan selama proses pendefinisian dan pengklarifikasian masalah.Sarana pendukung model pembelajaran ini adalah: lembaran kerja siswa, bahan ajar, panduan bahan ajar untuk siswa dan untuk guru, artikel, jurnal, kliping, peralatan demonstrasi atau eksperimen yang sesuai, model analogi, meja dan kursi yang mudah dimobilisasi atau ruangan kelas yang sudah ditata untuk itu.
B. Ciri-ciri Model Problem Based Instruction (PBI)
Terdapat 3 ciri utama dari PBI yaitu :
1. PBI merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasi PBI ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa. PBI tidak mengharapkan siswa hanya sekedar mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui PBI siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan.
2. Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. PBI menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah maka tidak mungkin ada proses pembelajaran.
3. Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris. Sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu; sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.Untuk mengimplementasikan PBI, guru perlu memilih bahan pelajaran yang memiliki permasalahan yang dapat dipecahkan. Permasalahan tersebut bisa diambil dari buku teks atau dari sumber-sumber lain, misalnya dari peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitar, dari peristiwa dalam keluarga atau dari peristiwa kemasyarakatan.
Model PBI merupakan model pembelajaran yang melibatkan siswa dengan masalah nyata, sehingga motivasi dan rasa ingin tahu menjadi meningkat. Dengan demikian siswa diharapkan dapat mengembangkan cara berfikir dan keterampilan yang lebih tinggi. Anies (2003 : 1) mengemukakan bahwa model PBL merupakan suatu metode instruksional yang mempunyai ciri-ciri penggunaan masalah nyata sebagai sebagai konteks siswa yang mempelajari cara berpikir kritis serta keterampilan dalam memecahkan masalah.
Lebih lanjut, Gallow (2003 : 1) menjelaskan bahwa PBI meletakkan asumsi dasar pada permasalahan yang berbentuk narasi, kasus, atau dunia nyata yang membutuhkan keahlian. Masalah tersebut tidak dapat didekati dengan solusi final sebagai suatu yang salah atau benar, tetapi menekankan pada solusi bijak yang didasarkan pada pengetahuan dan keterampilan tertentu. Masalah yang menjadi pijakan proses belajar dalam pendekatan ini diambil pada masalah nyata yang siswa dapat melihat, merasakan dan secara geografis dekat dengan mereka. Dalam hal ini, masalah tidak serta merta ditentukan oleh guru. Masalah – meskipun guru sebagai manager utama pembelajaran memiliki kewenangan menentukan topik masalah – tetapi secara otoriter menentukan sendiri secara paksa.
C. Tujuan Proses Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)
PBI tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa, tetapi PBI dimaksudkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual; belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi; dan menjadi pembelajar otonom dan mandiri. Banyak masalah yang ada di lingkungan siswa. Dengan PBI dapat meningkatkan kepekaan siswa dengan situasi lingkungan. Kepekaan tersebut bukan hanya diwujudkan dalam perasaan tetapi ada langkah-langkah praktis yang dapat dilakukan mereka untuk memberikan solusi bagi masalah tersebut. Dalam hubungannya dengan mata pelajaran Kimia di sekolah,guru harus mampu melakukan analisis SKKD, dan menentukan KD / Indikator mana yang paling tepat digunakan PBI.Indikator-indikator yang memberikan peluang munculnya masalah-masalah dan memerlukan penyelesaian, serta membutuhkan kemampuan berpikir ilmiah adalah indikator yang lebih tepat digunakan PBI. Jadi, Tujuan PBI adalah sebagai berikut :
1.      Mengetahui hasil pembelajaran siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah dengan hasil belajar siswa yang diajar dengan pembelajaran biasa
2.      Mengembangkan ketrampilan memecahkan masalah. Kerjasama yang dilakukan dalam PBI, mendorong munculnya berbagai ketrampilan inkuiri, dengan demikian akan berkembang ketrampilan sosial dan ketrampilan berpikir sekaligus. Dengan berjalannya waktu, diharapkan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah semakin berkembang.
3.      Menjadikan siswa sebagai pembelajar otonom dan mandiri. PBI diharapkan siswa secara berangsur-angsur dilatih untuk menjadi pembelajar yang mandiri
D. LANGKAH-LANGKAH PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI)
Langkah-langkah pelaksanaan metode pembelajaran problem based instruction adalah sebagai berikut
1.      Tahap pertama : orientasi siswa kepada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena, demonstrasi, atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilihnya.
2.      Tahap kedua : mengorganisasi siswa untuk belajar
Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
3.      Tahap ketiga : membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah
4.      Tahap keempat : mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
5.      Tahap kelima : menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
                                    Lima tahapan di atas dapat diuraikan meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir.

E. Problem  Based  Learning  sebagai Inti Penanaman  Karakter  Ilmiah

Berbagai model, metode, dan teknik-teknik pembelajaran dapat dipilih oleh instruktur (guru, dosen) untuk melaksanakan tugas mengajar, namun dari semua itu PBL memiliki keunggulan yang lebih lengkap. Oleh sebab itu pada tataran tingkat yang telah dianggap cukup, PBL baru dapat diterapkan dalam pembelajaran.
Pendekatan PBL pertama kali diperkenalkan pada pendidikan kedokteran di Univesitas McMaster pada pertengahan tahun 1970 ( Barrows and Tamblyn,1980).
PBL adalah cara belajar yang hasilnya diperoleh dari proses kerja (aktivitas) untuk memahami atau memecahkan suatu masalah (persoalan). Masalah ditemukan (dihadapi) oleh pembelajar pada awal poses belajar. PBL merupakan metode mengajar yang dapat menggunakan berbagai format : tutorial kelompok kecil, kuliah berdasar persoalan, diskusi kelompok besar (kelas), dan kerja laboratorium berbasis persoalan (Kaufman, 1995). Pada umumnya PBL digunakan untuk kelompok kecil dengan bantuan seorang fasilitator. Prinsip metode PBL meliputi 3 langkah : (1) Menghadapkan siswa pada persoalan, (2) melibatkan siswa pada belajar bebas dan (3) kembali pada persoalan semula (Wilkerson & Feletti, 1989).
Rasional Problem-Based Learning
Psikologi Kognitif
Schmidt (1993) mengemukakan 3 prinsip dari psikologi kognitif yang sangat menunjang PBL
Pertama, aktivasi pengetahuan awal siswa, yang bertujuan untuk merumuskan persoalan yang akan dipelajari. Pengetahuan awal dapat berupa pengalaman langsung dari lapangan, pengalaman yang telah tersimpan, atau informasi baru yang diterima siswa pada awal proses pembelajaran.
Kedua, saat siswa mendiskusikan pemecahan masalah, mereka melakukan elaborasi melalui pengetahuan yang telah ada dan pengetahuan baru dari kontribusi anggota kelompok. Kemudian siswa membangun asosasi (pengetahuan) baru dari konsep yang telah ia miliki dengan jaringan pengetahuan yang berasal dari berbagai sumber, sehingga terjadi perkembangan antara konsep lama dengan konsep baru. Maka siswa juga terbiasa dengan membangkitkan kembali memori yang telah tersimpan.
Ketiga, PBL menyajikan persoalan yang benar-benar terjadi pada situasi yang aktual. Proses belajar terjadi di dalam konteks yang sama dan dapat diterapkan bagi seseorang. Persoalan dan pemecahannya memberi isyarat (“petunjuk”) ketika di suatu saat siswa menjumpai persoalan yang sama dalam kehidupan sehari-hari. Isyarat ini akan disusun dalam memori sebagai pengetahuan awal yang setiap saat dapat diakses.



F. KEKURANGAN DAN KELEBIHAN
Adapun Kelebihan dari  problem based instruction adalah:
1.      Siswa dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga pengetahuannya benar-benar diserapnya dengan baik.
2.      Dilatih untuk dapat bekerjasama dengan siswa lain.
3.      Dapat memperoleh dari berbagai sumber.
4.      Siswa berperan aktif dalam KBM
5.       Siswa lebih memahami konsep matematika yg diajarkan sebab mereka sendiri yang menemukan konsep tersebut.
6.       Melibatkan siswa secara aktif memecahkan masalah dan menuntut keterampilan berfikir siswa yang lebih tinggi
7.       Pembelajaran lebih bermakna
8.      Siswa dapat merasakan manfaat pembelajaran matematika sebab masalah yang diselesaikan merupakan masalah sehari-hari
9.      Menjadikan siswa lebih mandiri
10.  Menanamkan sikap sosial yang positif, memberi aspirasi dan menerima pendapat orang lain
11.  Dapat mengembangkan cara berfikir logis serta berlatih mengemukakan pendapat
Kekurangan dari  Problem Based Instruction adalah:
1.      Untuk siswa yang malas, tujuan dari metode tersebut tidak dapat tercapai.
2.      Membutuhkan banyak waktu dan dana.
3.      Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan metode ini.
4.       Membutuhkan waktu yang banyak
5.      Tidak setiap materi matematika dapat diajarkan dengan PBI
6.       Membutuhkan fasilitas yang memadai seperti laboratorium, tempat duduk siswa yang terkondisi untuk belajar kelompok, perangkat pembelajaran, dll
7.       Menuntut guru membuat perencanaan pembelajaran yang lebih matang
8.       Kurang efektif jika jumlah siswa terlalu banyak, idealnya maksimal 30 siswa perkelas.


BAB III
PENUTUP
A.  KESIMPULAN
Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction) adalah model pembelajaran yang berlandaskan paham konstruktivistik yang mengakomodasi keterlibatan siswa dalam belajar dan pemecahan masalah otentik. Model pembelajaran ini mengangkat satu masalah aktual sebagai satu pembelajaran yang menantang dan menarik, maka dengan ini dalam proses belajar mengajar, siswa dapat dipastikan terlihat sangat antusias, dengan demikian materi yang disampaikan dapat diserap dengan baik. Pemberian pengalaman belajar dapat dirasakan melalui “mengalami” bukan sekedar “menghafal” sehingga dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang konsep – konsep serta hubungan antar konsep dalam ilmu pengetahuan. Siswa mampu menggunakan bermacam-macam keterampilan dan prosedur pemecahan masalah dan berpikir kritis. Dengan demikian tujuan pembelajaran bisa tercapai dengan baik.
0 Komentar untuk "“PROBLEM BASED INSTRUCTION” METODE PEMBELAJARAN KIMIA INOVATIF DI SMA"

Berkomentarlah dengan baik dan sopan, saya akan berusaha untuk menjawab setiap pertanyaan dan menanggapi setiap komentar yang anda berikan, :)

Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya :)

Back To Top