Cedera sering dialami oleh seorang atlet, seperti
cedera goresan, robek pada ligamen, atau patah tulang karena terjatuh. Cedera
tersebut biasanya memerlukan pertolongan yang profesional dengan segera. Banyak
sekali permasalahan yang dialami oleh atlit olahraga, tidak terkecuali dengan
sindrom ini. Sindrom ini bermula dari adanya suatu kekuatan abnormal dalam
level yang rendah atau ringan, namun berlangsung secara berulang-ulang dalam
jangka waktu lama. Jenis cedera ini terkadang memberikan respon yang baik bagi
pengobatan sendiri.
Tak ada
yang menyangkal jika olahraga baik untuk kebugaran tubuh dan melindungi kita
dari berbagai penyakit. Namun, berolahraga secara berlebihan dan mengabaikan
aturan berolahraga yang benar, malah mendatangkan cedera yang membahayakan
dirinya sendiri.
Ada
beberapa hal yang menyebabkan cedera akibat aktivitas olahraga yang salah.
Menurut Wijanarko Adi Mulya, pengurus PBSI (persatuan bulutangkis seluruh
Indonesia) Jawa Timur, aktivitas yang salah ini karena pemanasan tidak memenuhi
syarat, kelelahan berlebihan terutama pada otot, dan salah dalam melakukan
gerakan olahraga. Kasus cedera yang paling banyak terjadi, biasanya dilakukan
para pemula yang biasanya terlalu berambisi menyelesaikan target latihan atau
ingin meningkatkan tahap latihan.
Cedera
akibat berolahraga paling kerap terjadi pada atlet, tak terkecuali atlet
senior. Biasanya itu terjadi akibat kelelahan berlebihan karena panjangnya
waktu permainan (misalnya ada babak tambahan) atau terlalu banyaknya partai
pertandingan yang harus diikuti.
Cara yang lebih efektif dalam mengatasi cedera adalah
dengan memahami beberapa jenis cedera dan mengenali bagaimana tubuh kita
memberikan respon terhadap cedera tersebut. Juga, akan dapat untuk memahami
tubuh kita, sehingga dapat mengetahui apa yang harus dilakukan untuk mencegah
terjadinya cedera, bagaimana mendeteksi suatu cedera agar tidak terjadi parah,
bagaimana mengobatinya dan kapan meminta pengobatan secara profesional (memeriksakan
diri ke dokter).
Perawatan dan pencegahan cedera di perguruan tinggi.
Khususnya para mahasiswa pendidikan jasmani. Makalah ini mencakup agar
mahasiswa mampu melaksanakan dan faham tentang prinsip-prinsip, faktor-faktor
perawatan cedera dalam olahraga serta dapat mempraktekkanya pada saat menempuh
perkuliahan maupun setelah lulus dan menjadi guru pendidikan jasmani di
sekolah.
B. Tujuan Instruksional
Setelah mempelajari makalah ini
diharapkan mahasiswa dapat :
- Menjelaskan pengertian cedera
- Mengenal secara mendalam tentang macam-macam cedera olahraga
- Dapat menjelaskan penyebab dan pencegahan cedera olahraga
- Mampu menyampaikan informasi dan menunjukkan tata cara pengobatan cedera olahraga.
C.
Manfaat
Penelitian
Di dalam makalah ini kita dapat mengetahui manfaat dan
kerugian dari Cedera Olahraga tersebut. Baik cedera olahraga yang ringan maupun
cedera olahraga yang berat. Sebagai calon guru pendidikan jasmani kita harus
tahu bagaimana mengkondisikan siswa-siswa supaya meringankan terjadinya cedera
olahraga.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
Olahraga bertujuan untuk menyehatkan badan, memberikan
kebugaran jasmani selama cara-cara melakukannya sudah dalam kondisi yang benar.
Apakah semua macam olahraga bisa menimbulkan cedera?
Cedera yang dialami tergantung dari macamnya olahraga,
misalnya olahrag sepak bola, tenis meja, balapan tentu memberikan resiko cedera
yang berbeda-beda.
Kegiatan olahraga sekarang ini telah benar-benar
menjadikan bagian masyarakat kita, baik pada masyarakat atau golongan dengan
sosial ekonomi yang rendah sampai yang paling baik. Telah menyadari kegunaan
akan pentingnya latihan-latihan yang teratur untuk kesegaran dan kesehatan
jasmani dan rohani.
Seseorang melakukan olahraga dengan tujuan untuk
mendapatkan kebugaran jasmani, kesehatan maupun kesenangan bahkan ada yang
sekedar hobi, sedangkan atlit baik amatir dan profesional selalu berusaha
mencapai prestasi sekurang-kurangnya untuk menjadi juara. Namun beberapa faktor
yang mempunyai peran perlu diperhatikan antara lain :
a.
Usia Kesehatan
Kebugaran
Menurut pengetahuan yang ada pada saat ini, apa yang
disebut proses digenerasi mulai berlangsung pada usia 30 tahun, dan fungsi
tubuh akan berkurang 1% pertahun (Rule of one), ini berarti bahwa kekuatan dan
kelentukan jaringan akan mulai berkurang akibat proses degenerasi, selain itu
jaringan menjadi rentan terhadap trauma. Untuk mempertahankan kondisi agar
tidak terjadi pengurangan fungsi tubuh akibat degenerasi, maka latihan sangat
diperlukan guna mencegah timbulnya Atrofi, dengan demikian bahwa usia memegang
peranan.
b.
Jenis Kelamin
Sistem hormon pada tubuh manusia berbeda dengan wanita,
demikian pula dengan bentuk tubuh, mengingat perbedaan dan perubahan fisik,
maka tidak semua jenis olahraga cocok untuk semua golonganusia atau jenis
kelamin. Hal ini apabila dipaksakan, maka akan timbul cedera yang sifatnya pun
juga tertentu untuk jenis olahraga tertentu
c.
Jenis Olahraga
Kita tahu bahwa setiap macam olahraga, apapun jenisnya,
mempunyai peraturan permainan tertentu dengan tujuan agar tidak menimbulkan
cedera, peraturan tersebut merupakan salah satu mencegahnya.
d.
Pengalaman
Teknik Olahraga
Untuk melaksanakan olahraga yang baik agar tujuan
tercapai perlu persiapan dan latihan antara lain :
o Metode atau
cara berlatihnya.
o Tekniknya agar
tidak terjadi “over use”.
e.
Sarana atau
Fasilitas
Walaupun telah diusahakan dengan baik kemungkinan cedera
masih timbul akibat sarana yang kurang memadai
f. Gizi
Olahraga memerlukan tenaga untuk itu perlu gizi yang baik, selain
itu gizi menentukan kesehatan dan kebugaran.
Dalam ilmu kedokteran sangat jelas bahwa dengan olahraga
yang teratur memegang peranan untuk memperoleh badan yang sehat, menghindari
penyakit-penyakit seperti penyakit jantung, serta menunda proses-proses
degeneratif yang tidak bisa dihindari oleh proses penuaan. Keadaan akan
pentingnya serta keuntungan yang diakibatkan oleh olahraga adalah sesuai dengan
perubahan-perubahan kondisi sosial dan ekonomibila kita menilai beragam
olahraga, ada permainan-permainan tertentu yang bersifat kompetitif untuk
dipertandingkan dimana masing-masing individu harus bisa mencapai prestasi
maksimal untuk mencapai kemenangan, ini yang sering mengundang terjadinya
cedera olahraga, namun dapat dihindari bila faktor-faktor penyebab serta
peralatan olahraga tersebut diperhatikan.
Dalam cedera macam-macan pula derajat cederanya mulai
dari yang ringan sampai yang sangat berat, karena faktornya: jenis kelamin,
derajat cedera, ukuran tubuh, anatomi, kesegaran aerobik, kekuatan otot,
kekuatan, kelemahan ligamen, kontrol motorik pusat, kejiwaan, kemampuan mental
merupakan faktor-faktor dalam kecenderungan cedera.
B. Kerangka
Berfikir
Tujuan
utama dalam mempelajari tentang cedera olahraga adalah supaya mahasiswa atau
buru pendidikan jasmani mengetahui bagaimana menangani cedera olahraga dan
bagaiman mencegahnya. Untuk tidak menjadi kabur tentang perbedaan banyak ragam
jenis cedera maka perlu diberikan penjelasan tentang pengertian cedera, yaitu :
1. Cedera
Cedera adalah suatu akibat daripada gaya-gaya yang
bekerja pada tubuh atau sebagian daripada tubuh dimana melampaui kemampuan
tubuh untuk mengatasinya, gaya-gaya ini bisa berlangsung dengan cepat atau
jangka lama.
Dapat dipertegas bahwa hasil suatu
tenaga atau kekuatan yang berlebihan dilimpahkan pada tubuh atau sebagian tubuh
sehingga tubuh atau bagian tubuh tersebut tidak dapat menahan dan tidak dapat
menyesuaikan diri.
Harus diingat bahwa setiap orang dapat terkena celaka
yang bukan karena kegiatan olahraga, biarpun kita telah berhati-hati tetapi
masih juga celaka, tetapibila kita berhati-hati kita akan bisa mengurangi
resiko celaka tersebut.
2. Cedera Olahraga
Kegiatan olahraga yang sekarang terus dipacu untuk dikembangkan
dan ditingkatkan bukan hanya olahraga prestasi atau kompetisi, tetapi olahraga
juga untuk kebugaran jasmani secara umum. Kebugaran jasmani tidak hanya punya
keuntungan secara pribadi, tetapi juga memberikan keuntungan bagi masyarakat
dan negara. Oleh karena itu kegiatan olahraga sekarang ini semakin mendapat
perhatian yang luas.
Bersamaan dengan meningkatnya aktivitas keolahragaan
tersebut, korban cedera olahraga juga ikut bertambah. Sangat disayangkan jika
hanya karena cedera olahraga tersebut para pelaku olahraga sulit meningkatkan
atau mempertahankan prestasi.
“Cedera Olahraga” adalah rasa sakit yang ditimbulkan
karena olahraga, sehingga dapat menimbulkan cacat, luka dan rusak pada otot
atau sendi serta bagian lain dari tubuh.
Cedera olahraga jika tidak ditangani dengan cepat dan
benar dapat mengakibatkan gangguan atau
keterbatasan fisik, baik dalam melakukan aktivitas hidup sehari-hari
maupun melakukan aktivitas olahraga yang bersangkutan. Bahkan bagi atlit cedera
ini bisa berarti istirahat yang cukup lama dan mungkin harus meninggalkan sama
sekali hobi dan profesinya. Oleh sebab itu dalam penaganan cedera olahraga
harus dilakukan secara tim yang multidisipliner.
Cedera olahraga
dapat digolongkan 2 kelompok besar :
a.
Kelompok kerusakan
traumatik (traumatic disruption) seperti : lecet, lepuh, memar, leban otot,
luka, “stram” otot, “sprain” sendi, dislokasi sendi, patah tulang, trauma
kepala-leher-tulang belakang, trauma tulang pinggul, trauma pada dada, trauma
pada perut, cedera anggota gerak atas dan bawah.
b. Kelompok
“sindroma penggunaan berlebihan” (over use syndromes), yang lebih spesifik yang
berhubungan dengan jenis olahraganya, seperti : tenis elbow, golfer’s elbow
swimer’s shoulder, jumper’s knee, stress fracture pada tungkai dan kaki.
C. Macam Cedera Olahraga
Didalam menangani cedera olahraga (sport injury) agar
terjadi pemulihan seorang atlit untuk kembali melaksanakan kegiatan dan kalau
perlu ke prestasi puncak sebelum cedera.
Kita ketahui penyembuhan penyakit atau cedera memerlukan
waktu penyembuhan yang secara alamiah tidak akan sama untuk semua alat (organ)
atau sistem jaringan ditubuh, selain itu penyembuhan juga tergantung dari
derajat kerusakan yang diderita, cepat lambat serta ketepatan penanggulangan secara
dini.
Dengan demikian peran seseorang yang berkecimpung dalam
kedokteran olahraga perlu bekal pengetahuan mengenai penyembuhan luka serta
cara memberikan terapi agar tidak menimbulkan kerusakan yang lebih parah,
sehingga penyembuhan serta pemulihan fungsi, alat dan sistem anggota yang
cedera dapat dicapai dalam waktu singkat untuk mencapai prestasi kembali, maka
latihan untuk pemulihan dan peningkatan prestasi sangat diperlukan untuk
mempertahankan kondisi jaringan yang cedera agar tidak terjadi penecilan otot
(atropi).
Agar selalu tepat dalam menangani kasus cedera maka
sangat diperlukan adanya pengetahuan tentang macam-macam cedera.
D. Klasifikasi
Cedera Olahraga
Secara umum cedera olahraga diklasifikasikan menjadi 3
macam, yaitu :
a.
Cedera tingkat 1 (cedera ringan)
Pada cedera ini penderita tidak
mengalami keluhan yang serius, namun dapat mengganggu penampilan atlit.
Misalnya: lecet, memar, sprain yang ringan.
b.
Cedera tingkat 2 (cedera sedang)
Pada cedera tingkat kerusakan
jaringan lebih nyata berpengaruh pada performance atlit. Keluhan bias berupa
nyeri, bengkak, gangguan fungsi (tanda-tanda inplamasi) misalnya: lebar otot,
straing otot, tendon-tendon, robeknya ligament (sprain grade II).
c.
Cedera tingkat 3 (cedera berat)
Pada cedera tingkat ini atlit perlu
penanganan yang intensif, istirahat total dan mungkin perlu tindakan bedah jika
terdapat robekan lengkap atau hamper lengkap ligament (sprain grade III) dan IV
atau sprain fracture) atau fracture tulang.
d.
Strain dan Sprain
Strain dan sprain adalah kondisi
yang sering ditemukan pada cedera olahraga.
1.
Strain
Straing adalah menyangkut cedera
otot atau tendon. Straing dapat dibagi atas 3 tingkat, yaitu :
a) Tinkat 1 (ringan)
Straing tingkat ini tidak ada
robekan hanya terdapat kondisi inflamasi ringan, meskipun tidak ada penurunan
kekuatan otot, tetapi pada kondisi tertentu cukup mengganggu atlit. Misalnya
straing dari otot hamstring (otot paha belakang) akan mempengaruhi atlit pelari
jarak pendek (sprinter), atau pada baseball pitcher yang cukup terganggu dengan
strain otot-otot lengan atas meskipun hanya ringan, tetapi dapat menurunkan
endurance (daya tahannya).
b) Tingkat 2 (sedang)
Strain pada tingkat 2 ini sudah
terdapat kerusakan pada otot atau tendon, sehingga dapat mengurangi kekuatan
atlit.
c) Tingkat 3 (berat)
Straing pada tingkat 3 ini sudah
terjadi rupture yang lebih hebat sampai komplit, pada tingkat 3 diperlukan
tindakan bedah (repair) sampai fisioterapi dan rehabilitasi.
2.
Sprain
Sprain adalah cedera yang menyangkut
cedera ligament. Sprain dapat dibagi 4 tingkat, yaitu :
a) Tingkat 1 (ringan)
Cedera tingkat 1 ini hanya terjadi
robekan pada serat ligament yang terdapat hematom kecil di dalam ligamen dan
tidak ada gangguan fungsi.
b) Tingkat 2 (sedang)
Cedera sprain tingkat 2 ini terjadi
robekan yang lebih luas, tetapi 50% masih baik. Hal ini sudah terjadi gangguan
fungsi, tindakan proteksi harus dilakukan untuk memungkinkan terjadinya
kesembuhan. Imobilisasi diperlukan 6-10 minggu untuk benar-benar aman dan
mungkin diperlukan waktu 4 bulan. Seringkali terjadi pada atlit memaksakan diri
sebelum selesainya waktu pemulihan belum berakhir dan akibatnya akan timbul
cedera baru lagi.
c) Tingkat 3 (berat)
Cedera sprain tingkat 3 ini terjadinya
robekan total atau lepasnya ligament dari tempat lekatnya dan fungsinya
terganggu secara total. Maka sangat penting untuk segera menempatkan kedua
ujung robekan secara berdekatan.
d) Tingkat 4 (Sprain fraktur)
Cedera sprain tingkat 4 ini terjadi
akibat ligamennya robek dimana tempat lekatnya pada tulang dengan diikuti
lepasnya sebagian tulang tersebut.
E. Penyebab
dan Pencegahan pada cedera olahraga
Cedera
olahraga perlu diperhatikan terutama bagi para pelatih, guru pendidikan
jasmani, maupun pemerhati olahraga khususnya yang mempunyai atlit cedera
olahraga.
Sekarang
hendakna kita satukan bahasa dahulu bahwa yang paling sental dalam pengelolaan
cedera bukanlah tenaga medis tetapi pelatih olahraga, yaitu orang yang paling
dekat dengan atlit. Sebaik apapun tim medis disiapkan akan kalah dibandingkan
dengan kita menyiapkan para pelatih olahraga yang tahu tentang olahraga.
Pulih
tidaknya cedera sebagian besar tergantung tindakan pertama pada saat cedera.
Cedera ringan tidak kalah berbahayanya dari cedera berat terhadap masa depan
atlit.
Dalam
rangka persiapan menghadapi suatu event. Mengistirahatkan atlit boleh dikatakan
mustahil karena waktu yang tersedia selalu terbatas. Disinilah muncul seni yang
tinggi tentang pengelolaan atlit yang cedera.
Pelatih
harus menyadari bahwa tiap olahraga mempunyai kecenderungan cedera yang
berbeda. Sebagai pelatih, guru pendidikan jasmani haruslah mengetahui cara
pencegahan ataupun pertolongan pertama secara benar.
Banyak
sekali penyebab-penyebab cedera olahraga yang perlu diperhatikan, sehingga para
atlit dapat menepis atau menghindari kecenderungan untuk cedera olahraga.
F. Penyebab
Cedera Olahraga
Beberapa faktor penting yang ada
perlu diperhatikan sebagai penyebab cedara olahraga.
1. Faktor olahragawan/olagragawati
a. Umur
Faktor umur sangat menentukan karena
mempengaruhi kekuatan serta kekenyalan jaringan. Misalnya pada umur 30-40 tahun
raluman kekuatan otot akan relative menurun. Elastisitas tendon dan ligament
menurun pada usia 30 tahun. Kegiatan-kegiatan fisik mencapai puncaknya pada
usia 20-40 tahun.
b. Faktor pribadi
Kematangan (motoritas) seorang
olahraga akan lebih mudah dan lebih sering mengalami cedera dibandingkan dengan
olahragawan yang sudah berpengalaman.
c. Pengalaman
Bagi atlit yang baru terjun akan
lebih mudah terkena cedera dibandingkan dengan olahragawan atau atlit yang
sudah berpengalaman.
d. Tingkat latihan
Betapa penting peran latihan yaitu
pemberian awal dasar latihan fisik untuk menghindari terjadinya cedera, namun
sebaliknya latihan yang terlalu berlebihan bias mengakibatkan cedera karena
“over use”.
e. Teknik
Perlu diciptakan teknik yang benar
untuk menghindari cedera. Dalam melakukan teknik yang salah maka akan
menyebabkan cedera.
f. Kemampuan awal (warming up)
Kecenderungan tinggi apabila tidak
dilakukan dengan pemanasan, sehingga terhindar dari cedera yang tidak di
inginkan. Misalnya : terjadi sprain, strain ataupun rupture tendon dan
lain-lain.
g. Recovery period
Memberi waktu istirahat pada organ-organ
tubuh termasuk sistem musculoskeletal setelah dipergunakan untuk bermain perlu
untuk recovery (pulih awal) dimana kondisi organ-organ itu menjadi prima lagi,
dengan demikaian kemungkinan terjadinya cedera bisa dihindari.
h. Kondisi tubuh yang “fit”
Kondisi yang kurang sehat sebaiknya
jangan dipaksakan untuk berolahrag, karena kondisi semua jaringan dipengaruhi
sehingga mempercepat atau mempermudah terjadinya cedera.
i. Keseimbangan Nutrisi
Keseimbangan nutrisi baik berupa
kalori, cairan, vitamin yang cukup untuk kebutuhan tubuh yang sehat.
j. Hal-hal yang umum
Tidur untuk istirahat yang cukup,
hindari minuman beralkohol, rokok dan yang lain.
2. Peralatan dan Fasilitas
Peralatan : bila kurang atau tidak
memadai, design yang jelek dan kurang baik akan mudah terjadinya cedera.
Fasilitas : kemungkinan alat-alat
proteksi badan, jenis olahraga yang bersifat body contack, serta jenis olahraga
yang khusus.
3. Faktor karakter dari pada olahraga
tersebut
Masing-masing cabang olahrag
mempunyai tujuan tertentu. Missal olahraga yang kompetitif biasanya mengundang
cedera olahraga dan sebagainya, ini semua harus diketahui sebelumnya.
G. Pencegahan
Cedera
Mencegah lebih baik daripada
mengobati, hal ini tetap merupakan kaidah yang harus dipegang teguh. Banyak
cara pencegahan tampaknya biasa-biasa saja, tetapi masing-masing tetaplah
memiliki kekhususan yang perlu diperhatikan.
1. Pencegahan lewat keterampilan
Pencegahan lewat keterampilan
mempunyai andil yang besar dalam pencegahan cedera itu telah terbukti, karena
penyiapan atlit dan resikonya harus dipikirkan lebih awal. Untuk itu para atlit
sangat perlu ditumbuhkan kemampuan untuk bersikap wjar atau relaks. Dalam
meningkatkan atlit tidak cukup keterampilan tentang kemampuan fisik saja namun
termasuk daya pikir, membaca situasi, mengetahui bahaya yang bisa terjadi dan
mengurangi resiko. Pelatih juga harus mampu mengenali tanda-tanda kelelahan
pada atlitnya, serta harus dapt mengurangi dosis latihan sebelum resiko cedar
timbul.
a) Mengurangnya antusiasme atau kurang
tanggap
b) Kulit dan otot terasa mengembang
c) Kehilangan selera makan
d) Gangguan tidur, sampai bangun masih
terasa lelah
e) Meningkatnya frekuensi jantung saat
istirahat
f) Penurunan berat badan
g) Melambatnya pemulihan
h) Cenderung menghindari latihan atau
pertandingan
2. Pencegahan lewat Fitness
Fitness secara terus menerus mampu
mencegah cedera pada atlit baik cedera otot, sendi dan tendo, serta mampu
bertahan untuk pertandingan lebih lama tanpa kelelahan.
a. Strength
Otot lebih kuat jika dilatih, beban
waktu latihan yang cukup sesuai nomor yang diinginkan untuk. Untuk latihan
sifatnya individual, otot yang dilatih benar-benar tidak mudah cedera.
b. Daya tahan
Daya tahan meliputi endurance otot,
paru dan jantung. Daya tahan yang baik berarti tidak cepat lelah, karena
kelelahan mengundang cedera.
c. Pencegahan lewat makanan
Nutrisi yang baik akan mempunyai
andil mencegah cedera karena memperbaiki proses pemulihan kesegaran diantara latihan-latihan.
Makan harus memenuhi tuntutan gizi
yang dibutuhkan atlit sehubungan dengan latihannya.
Atlit harus makan-makanan yang mudah
dicerna dan yang berenergi tinggi kira-kira 2,5 jam sebelum latihan atau
pertandingan.
Pencegahan lewat Warming up ada 3
alasan kenapa warm up harus dilakukan :
· Untuk melenturkan (stretching) otot, tendon dan ligament
utama yang akan dipakai.
· Untuk menaikkan suhu terutama bagian dalam seperti otot dan
sendi.
· Untuk menyiapkan atlit secara fisik dan mental menghadapi
tugasnya.
d. Pencegahan lewat lingkungan
Banyak terjadi bahwa cedera karena
lingkungan. Seorang atlit jatuh karena tersandung sesuatu (tas, peralatan yang
tidak ditaruh secara baik) dan cedera. Harusnya memperhatikan peralatan dan
barang ditaruh secara benar agar tidak membahayakan.
e.
Peralatan
Peralatan yang standart punya
peranan penting dalam mencegah cedera. Kerusakan alat sering menjadi penyebab
cedera pula, contoh yang sederhan seperti sepatu. Sepatu adalah salah satu
bagian peralatan dalam berolahraga yang mendapat banyak perhatian para ahli.
Masing-masing cabang olahraga umumnya mempunyai model sepatu dengan cirinya
sendiri. Yang paling banyak dibicarakan adalah sepatu olahraga lari. Hal ini di
hubungkan dengan dominanya olahraga lari, baik yang berdiri sendiri maupun
sebagai bagian dari orang lain.
Sepatu yang baiksangat membantu
kenyamanan berolahraga dan dapat memperkecil resiko cedera olahraga.
Kontruksi sepatu
Sepatu lari yang baik mempunyai
cirri-ciri kontruksi sebagai berikut :
1) Sol relative tebal dan kuat, tetapi
cukup elastic sehingga mampu meredam benturan. Biasanya mempunyai permukaan
yang tidak rata (bergelombang atau berkembang-kembang).
2) Tumit harus sedikit lebih tinggi
dari bagian depan ½ inci (1,3 cm).
3) Bagian belakang “counter”
ditinggikan sedikit sebagai “Achilles pad” dengan tujuan mencegah cedera tendon
Achilles.
4) Terdapat “arch support” yang baik.
5) Harus cukup fleksibel, bisa
dibengkokkan dengan mudah.
6) “Heel counter” harus kuat dan kaku.
7) Berat sepatu sekitar 238-340 gram.
Sepatu dikatakan pas jika jarak
antara ujung jari kaki dengan bagian depan sepatu selebar satu jari tangan (1,5
cm), bagian yang lebar dari kaki pas dengan bagian lebar dari sepatu, serta
tumit “terpegang” dengan pas pada “counter” (bagian belakang sepatu).
Pengepasan sepatu harus dengan memakai kaos kaki (harus cukup empuk dan tebal)
yang bisa digunakan.
f.
Medan
Medan dalam menggunakan latihan atau
pertandingan mungkin dari alam, buatan atau sintetik, keduanya menimbulkan
masalah. Alam dapat selalu berubah-ubah karena iklim, sedang sintetik yang
telah banyak dipakai juga dapat rusak. Yang terpenting atlit mampu menghalau
dan mengantisipasi hal-hal penyebab cedera.
g.
Pencegahan lewat pakaian
Pakaian sangat tergantung selera
tetapi haruslah dipilih dengan benar, seperti kaos, celana, kaos kaki, perlu
mendapat perhatian. Misalnya celana jika terlalu ketat dan tidak elastis maka
dalam melakukan gerakan juga tidak bebas. Khususnya atletik, sehingga menyebabkan
lecet-lecet pada daerah selakangan dan bahkan akan mempengaruhi penampilan
atlit.
h.
Pencegahan lewat pertolongan
Setiap cedera memberi tiap
kemungkinan untuk cedera lagi yang sama atau yang lebih berat lagi. Masalahnya
ada kelemahan otot yang berakibat kurang stabil atau kelainan anatomi,
ketidakstabilan tersebut penyebab cedera berikutnya. Dengan demikian dalam
menangani atau pemberian pertolongan harus kondisi benar dan rehabilitasi yang
tepat pula.
i.
Implikasi terhadap pelatih
Sikap tanggung jawab dan sportifitas
dari pelatih, official, tenaga kesehatan dan atlitnya sendiri secara
bersama-sama. Yakinkan bahwa atlitnya memang siap untuk tampil, bila tidak
janganlah mencoba-coba untuk ditampilkan dari pada mengundang permasalahan. Sebagai
pelatih juga perlu memikirkan masa depan atlit merupakan faktor yang lebih
penting.
H. Perawatan dan Pengobatan cedera
olahraga
Dalam melakukan perawatan dan pengobatan cedera olahraga
terlebih dahulu mengetahui dan apa yang harus dikerjakan. Terdapat pendarahan
tidak, fruktur tulang (patah tulang) dan sebagainya, atau mungkin terjadi
kerusakan pembuluh darah kecil atau besar (pendarahan dibawah kulit) di daerah
itu. Bila ini terjadi akan ada warna ungu, nyeri dan bengkak.
a) Penanganan pendarahan
Penanganan
cedera dinilai lewat tingkatan cedera berdasarkan adanya pendarahan lokal.
1.
Akut (0-24 jam)
Terjadi cedera
antara saat kejadian sampai proses pendarahan berhenti, biasanya samapai 24
jam. Dalam pertolongan yang benar dapat mempersingkat periode ini.
2.
Sub-Akut (24-48
jam)
Pada saat masa
akut telah berakhir, pendarahan telah berhenti, tetapi bisa berdarah kembali.
Bila pertolongan tidak benar dapat kembali ke tingkat akut dan berdarah
kembali.
3.
Tingkat lanjut
(48 jam sampai lebih)
Pendarahan
telah berhenti, dan kecil kemungkinan kembali ke tingkat akut, pada saat ini
penyembuhan telah mulai. Dengan pertolongan yang baikmasa ini dapat
mempersingkat. Pelatih harus sangat mahir dalam hal ini agar tahu kapan harus
meminta pertolongan dokter.
b)
Penanganan
pertama
Pulihnya atlit
dan mampu aktif kembali sangat
tergantung dari keputusan yang dibuat saat terjadi cedera, serta pertolongan
yang diberikan. Bila dokter tidak ada, maka terpaksa pelatih harus memutuskan
sendiri, keadaan ini paling banyak berlaku.
Pelatih harus
mampu memutuskan apakah atlit terus atau berhenti, untuk cedera yang berat
keputusannya sangat mudah diambil, tetapi untuk cedera yang ringan keputusannya
menjadi sangat sulit. Bila ragu istirahatkan atlit anda, pelatih sebaiknya
mampu melakukan pemeriksaan praktis fungsional dilapangan.
c) Penanganan rehabilitasi medik
Pada terjadinya
cedera olahraga upaya rehabilitasi medik yang sering digunakan adalah :
1.
Pelayanan
spesialistik rehabilitasi medik
2.
Pelayanan
fisioterapi
3.
Pelayanan alat
bantu (ortesa)
4.
Pelayananpengganti
tubuh (protesa)
Penangana
rehabilitasi medik harus sesuai dengan kondisi cedera.
a.
Penanganan
rehabilitasi medik pada cedera olahraga akut.
Cedera akut ini
terjadi dalam waktu 0-24 jam. Yang paling penting adalah penangananya. Pertama
adalah evaluasi awal tentang keadaan umum penderita, untuk menentukan apakah
ada keadaan yang mengancam kelangsungan hidupnya. Bila ada tindakan pertama harus berupa penyelamatan
jiwa. Setelah diketahui tidak ada hal yang membahayakan jiwa atau hal tersebut
telah teratasi maka dilanjutkan upaya yang terkenal yaitu RICE :
R – Rest : diistirahatkan adalah tindakan
pertolongan pertama yang esensial penting untuk mencegah kerusakan jaringan
lebih lanjut.
I – Ice : terapi dingin, gunanya mengurangi pendarahan
dan meredakan rasa nyeri.
C – Compression : penekanan
atau balut tekan gunanya membantu mengurangi pembengkakan jaringan dan
pendarahan lebih lanjut.
E – Elevatin : peninggian
daerah cedera gunanya mencegah statis, mengurangi edema (pembengkakan) dan rasa
nyeri.
b.
Penanganan
rehabilitasi pada cedera olahraga lanjut
Pada masa ini
rehabilitasi tergantung pada problem yang ada antara lain berupa :
· Pemberian
modalitas terapi fisik
Terapi dingin :
Cara pemberian
terapi dingin sebagai berikut :
1.
Kompress dingin
Teknik :
potongan es dimasukkan dalam kantong yang tidak tembus air lalu kompreskan pada
bagian yang cedera.
Lamanya : 20-30
menit dengan interval kira-kira 10 menit.
2.
Masase es
Tekniknya
dengan menggosok-gosokkan es yang telah dibungkus dengan lama 5-7 menit, dapat
diulang dengan tenggang waktu 10 menit.
3. Pencelupan atau peredaman
Tekniknya yaitu
memasukkan tubuh atau bagian tubuh kedalam bak air dingin yang dicampur dengan
es. Lamanya 10-20 menit.
4.
Semprot dingin
Tekniknya
dengan menyemprotkan kloretil atau fluorimethane kebagian tubuh yang cedera.
Terapi panas :
Pada umumnya
toleransi yang baik pada terapi panas adalah bila diberikan pada fase subakut
dan kronis dari suatu cedera, tetapi panas juga dapat diberikan pada keadaan
akut. Panas yang kita berikan ketubuh akan masuk atau berpenetrasi kedalamnya.
Kedalam penetrasi ini tergantung pada jenis terapi panas yang diberikan seperti
yang terlihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1 :
Pembagian terapi panas menurut kedalaman penetrasinya.
Penetrasi
|
Macam
|
Contoh
|
Dangkal (superfisial)
Dalam(Deep)
|
Lembab/Basah
Kering
Diatermi
|
Kompres kain air panas
“Hydrocollator pack”
Mandi uap panas
“Paraffin wax bath”
Hydrotherapy
Kompres botol air panas
Kompres bantal pemanas tenaga listrik
Lampu merah infra
Diatermi gelombang pendek
Diatermi gelombang mikro
Diatermi suara ultra
|
Secara ringkas efek pemberian panas
secara lokal dapat dilihat pada tabel no 2.
Table 2 : Respon fisiologis terhadap
panas
1.
Panas meningkatkan efek vaskulatik
jaringan kolagen.
2.
Panas mengurangi dan menghilangkan
rasa sakit
3.
Panas mengurangi kekakuan sendi
4.
Panas mengurangi dan menghilangkan
spasme otot
5.
Panas meningkatkan sirkulasi darah
6.
Panas membantu resolusi infiltrate
radang, edema dan eksudasi
7.
Panas digunakan sebagai bagian
dari terapi kanker
|
Terapi
air (Hydroterapy)
Pada sebagian kasus pemberian terapi
air akan banyak menolong. Terapi air dipilih karena adanya efek daya apung dan
efek pembersihan. Jenis terapi ini dapat kita berikan dengan memakai bak atau
kolam air. Teknik lain terapi air adalah “contrast bath” yaitu dengan
menggunakan dua buah bejana. Satu buah diisi air hangat suhu 40,5-43,3 C dan
satunya lagi diisi air dingin dengan suhu 10-15 C. anggota gerak yang cedera
bergantian masuk ke bejana secara bergantian dengan jarak waktu.
Perangsangan
listrik
Perangsangan listrik mempunyai efek
pada otot yang normal maupun otot yang denervasi. Efek rangsangan listrik pada
otot normal antara lain relaksasi otot spasme, re-edukasi otot, mengurangi
spastisitas dan mencegah terjadinya trombloflebitis. Sedang pada otot denervasi
efeknya meliputi menunda progrese atropi otot, memperbaiki sirkulasi darah dan
nutrisi.
Masase
Dengan menggunakan masase yang
lembut dan ringan, kurang lebih satu minggu setelah trauma mungkin akan dapat
mengatasi rasa nyeri tersebut. Dengan syarat diberikan dengan betul dan dengan
dasar ilmiah akan efektif untuk mengurangi bengkak dan kekakuan otot.
· Pemberian terapi latihan
Waktu untuk memulai terapi latihan
tergantung pada macam dan derajat cederanya. Pada cedera otot misalnya terjadi
kerusakan atau robekan serabut otot bagian central memerlukan waktu pemulihan 3
kali lebih lama dibandingkan dengan robeknya otot bagian perifer. Sedangkan
cedera tulang, persendian (ligament) memerlukan waktu yang lebih lama.
Terapi latihan yang dapat diberikan,
berupa :
1.
Latihan luas gerak sendi
2.
Latihan peregangan
3.
Latihan daya tahan
4.
Latihan yang spesifik (untuk
masing-masing bagian tubuh)
· Pemberian ortesa (alat Bantu tubuh)
Pada terjadinya cedera olahraga yang
akut ortesa terutama berfungsi untuk mengistirahatkan bagian tubuh yang cedera,
sehingga membantu mempercepat proses penyembuhan dan melindungi dari cedera
ulangan. Pada fase berikutnya ortesa dapat berfungsi lebih banyak, antara lain
: ortesa leher, dan support pada anggota gerak bawah. Mencegah terjadinya
deformitas dan meningkatkan fungsi anggota gerak yang terganggu.
· Pemberian protesa (pengganti tubuh)
Protesa adalah suatu alat Bantu yang
diberikan pada atlit yang mengalami cedera dan mengalami kehilangan sebagian
anggota geraknya. Fungsi dari alat ini adalah untuk menggantikan bagian tubuh
yang hilang akibat dari cedera tersebut.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Dari
makalah di atas dapat disimpulkan bahwa Cedera akibat berolahraga paling kerap
terjadi pada atlet, tak terkecuali atlet senior. Biasanya itu terjadi akibat
kelelahan berlebihan karena panjangnya waktu permainan (misalnya ada babak
tambahan) atau terlalu banyaknya partai pertandingan yang harus diikuti. Kalau
pemula, biasanya kesalahan terbanyak karena tidak cukup efektifnya pemanasan
atau gerakan peregangan yang dilakukan sebelum memulai olahraga. Akibatnya,
otot tidak siap untuk melakukan aktifitas. Berolahraga secara berlebihan dan
mengabaikan aturan berolahraga yang benar, malah mendatangkan cedera dan
membahayakan diri sendiri.
B.
Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, ada beberapa saran yang
dapat disampaikan, yaitu:
1. Guru pendidikan
jasmani perlu meningkatkan kualitas pengetahuan tentang cedera olahraga sehingga siswa merasa
nyaman jika guru pendidikan jasmaninya bisa mengatasi masalah cedera olahragan.
2. Bagi pelatih-pelatih harus lebih dekat
dengan para atlitnya sehingga keluhan-keluhan atlit mengenai cedera yang
dialaminya bisa dibicarakan dan disembuhkan secara bersama tim. Peltih juga
harus mengetahui bagaimana kondisi para atlitnya baik secara jasmani maupun
rohani. Oleh karena itu pelatih-pelatih harus sering mengikutu seminar-seminar
untuk para pelatih guna memperdalam pengetahuan.
Tag :
Pengetahuan Kesehatan
0 Komentar untuk "Cedera dalam Olahraga"
Berkomentarlah dengan baik dan sopan, saya akan berusaha untuk menjawab setiap pertanyaan dan menanggapi setiap komentar yang anda berikan, :)
Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya :)