Translate

Apa itu "SUPERVISI PENDIDIKAN"?

Istilah “supervisi” berkembang baru kira-kira mulai dua puluh tahun terakhir ini. Sesuai dengan fungsi manajemen, maka tahap kegiatan sebaiknya dilengkapi dengan pengawasan untuk mengelola bekerjanya setiap komponen kea rah pencapaian tujuan. Demikian juga dalam kegiatan prasekolah khususnya dan pendidikan pada umumnya pengwasan itu selalu ada. Dahulu kegiatan pengawasan ini disebut dengan “inspeksi” karena memang tujuannya demikian, yaitu mengawasi dari kesalahan seseorang dalam melakukan pekerjaan.
Beberapa istilah yang sama pengertiannya akan tetapi berbeda tujuannya adalahInspeksi, penilikan, pengawasan dan pemeriksaan dengan supervise. Keempat istilah pertama sama penekanannya. Inspeksi mengandung arti “memeriksa dengan melihat kekurangan dan kesalahan”.
Supervisi merupakan aktivitas yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin atau supervisor berkaitan dengan peran kepemimpinan yang diembannya dalam rangka menjaga kualitas produk yang dihasilkan lembaga. Supervisi terjadi disemua level pendidikan, ditingkat pusat, regional(wilayah) sampai dengan unit satuan terkecil. 
Pemaknaan istilah supervise dan peran yang diperankan oleh supervisor pendidikan telah berkembang lama.Dalam perkembangan akhir – akhir ini supervisi mengarah pada suatu pengertian yang lebih baik lagi yang disebut dengan supervisi klinis.Supervisi klinis adalah suatu proses pembimbingan dalam pendidikan yang bertujuan membantu pengembangan professional seorang guru (juga guru yang sudah dalam tugas mengajar), khususnya dalam penampilan mengajar berdasarkan observasi dan analisis data secara teliti dan obyektif sebagai pegangan untuk perubahan tingkah laku mengajar tersebut.


BAB II
ISI

A.   PENGANTAR DAN PENGERTIAN SUPERVISI
Supervisi merupakan istilah baru yang menunjuk pada suatu pengawasan tetapi lebih manusiawi. Supervisi ini sangat penting dalam kegiatan disekolah karena kegiatan sekolah merupakan kegiatan penting dan mengikuti prinsip –prinsip manajemen mengarah pada pencapaian tujuan pembentukan juga sebagai pribadi perseorangan.
Guru sebagai ujung tombak proses pendidikan memiliki bnyak dimensi peran yang harus diembannya dalam konteks pencapaian tujuan pendidikan. Sebagai ujung tombak, kualitas guru akan menentukan kualitas mutu layanan dan lulusan yang dihasilkan. Untuk menjaga kualitas pendidikan yang diselenggarakan, komponen guru merupakan salah satu prioritas konsentrasi manajemen pendidikan.
Ada banyak keterbatasan – keterbatasan yang dimiliki guru menyebabkan kualitas layanan menjadi rendah. Latar belakang pendidikan, tidak bisa dipungkiri ada banyak kasus disekolah guru yang mengampu suatu mata pelajaran yang bukan haknya, keterbatasan fisik, kondisi psikologis guru, pengalaman atau pemahaman tentang lembaga, pengalaman bekerja, kekurang mampuan melakukan adaptasi dengan adanya perubahan (metode, kebijakan, teknologi)menyebabkan kualitas layanan menjadi rendah.
Sekolah sebgai unit satuan pendidikan harus senantiasa mampu mengikuti perkembangan jaman. Jangan sampai tercipta suatu kondisi dimana sekolah hanyalah merupakan lembaga formalitas , buka sebagai agen pembaharu, transmitter, dan mandiri. Melihat eprkembangan lingkungan yang semakin cepat, sekolah harus senantiasa up to date dalam menyikapi perubahan – perubahan. Adaptasi dan penyesuaian sekolah terhadap perubahan lingkungan fisik dan pendidikan perlu bimbingan dan binaan.
Supervisi bertujuan meningkatkan kualitas dan kinerja . dengan bimbigan dan bantuan, kualitas pofesional guru dan lembaga akan sentiasa  bisa dijaga dan ditingkatkan. Jadi, dalam hal ini, peran supervise dalam proses pengelolaan pendidikan menduduki peran yang  penting.
Supervise merupakan aktivitas yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin atau supervisor berkaitan dengan peran kepemimpinan yang diembannya dalam rangka menjaga kualitas produk yang dihasilkan lembaga. Supervise terjadi di semua level pendidikan, ditingkat pusat regional (wilayah) , sampai dengan unit satuan terkecil. Kalau dikomparasikan, dengan proses pendidikan itu sendiri, supervise terjadi disegmen input, proses, dan output .
Kata supervise dilapangan kurang begitu popular untuk diidentifikasikan makna dan pengertiannya , kita sudah sedemikian familiar dengan kata pengawas , mandor , atau inspektur. Dan akibatnya implementasi supervisi di ranah pendidikanpun terjangkiti makna pengawas, mandor dan inspeksi tadi. Memang fenomena diatas tidak dapat diingkari, karena trend jargon supervise itu sendiri memerlukan banyak waktu untuk bisa familiar ditengah – tengah masyarakat.
Berbicara tentang konsepsil setidaknya ada 7 jenis konsep supervisi yang bisa kita temukan samapi abad 20 lalu, yaitu:
1.    Supervise yang berpajan pada adiministrasi , yaitu supervisi yang berpajan (berfokus) pada administrasi memandang proses supervisi merupakan suatu kegiatan administrasi sekolah dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran dalam konteks sistem pendidikan . supervisei merupakan kegiatan staf sekolah mendayagunakan sumber daya yang dimilki sekolah dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
2.    Supervise yang berpajan pada kurikulum . memandang bahwa proses supervisi adalah kegiatan membuat kurikulum merevisinya, mempersiapkan unit- unit dan material pembelajaran, pengembangan proses dan instrument laporan ke orang tua , dan evaluasi umum program kependidikan secara umum.
3.    Supervise yang berpajan pada pengajaran . kegiatan supervise yang berpajan pada pengajaran memandang proses supervisi  sebagai suatu kegiatan penigkatan pembelajaran dan implementasi kurikulum di kelas.
4.    Supervise yang berpajan pada human relations. Supervisi yang memandang sebagai kegiatan human relations menyatakan bahwa supervise itu melibatkan semua orang dilingkungan kependidikan , tidak hanya personel sekolah sekolah. Supervisor menginisiatif komunikasi efektif , membantu orang – orang untuk bisa saling mendengarkan, berbagi dan saling membantu.
5.    Supervisi yang berpajan pada manajemen. Memandang bahwa semua aktivitas supervise terlibat dalam semua tatanan organisasi . semua sumberdaya yang dimiliki harus dimanfaatkan dalam rangka efektivitas dan efisiensi capaian tujuan .
6.    Supervisi yang berpajan pada kepemimpinan. Tugas supervise adalah mengajari guru bagaimana mengajar dan menjadi pemimpin pendidikan dalam refolmulasi pendidikan masyarakat yang meliputi kurikulum , pengajaran dan bentuknya.
Supervisi berjalan ketika pertama kali guru direkrut sampai dengan ia dipensiunkan. Berawal dan proses orientasi pegawai bam , guru dikenalkan dengan segala bentuk informasi yang berkaitan dengan kelembagaan, pekerjaan, dan pengembangan diri. Ketika ia sudah melewati masa orientasi , masuk ketahapan bekerja yang sesungguhnyaproses supervise terus dilakukan. Kinerja dan semua sepak terjang guru dipantau, dinilai, dan ditindak lanjuti, dan dikembangkan samapi akhirnya ia sampai ke fase klimaks pekerjaan pension.
Dalam perkembangannya akhir-akhir ini supervise mengarah pada suatu pengertian yang lebih baik lagi. Yang disebut dengan supervise klinis, yaitu suatu bentuk supervisi yang difokuskan pada peningkatan mengajar dengan melalui sarana siklus yang sistematik dalam perencanaan, pengamatan serta analisisyang intensif dan cermat tentang penampilan mengajar yang nyata serta bertujuan mengadakan penumbuhan dengan cara yang rasional. Menurut arti katanya, istilah “kunis” dikaitkan dengan “klinik” dalam kedokteran yaitu tempat orang sakit yang dating ke dokter minta minta diobati. Dalam supervise klinis, guru disamakan degan orang sakit, karena mempunyai masalah ynag harus dicari penyelesaiannya, sedangkan pengawas disamakan dengan dokter yang dapat memberikan obat.
Perbedaan antara dokter dengan pengawas adalah, jika dokter langsung memberi obat kepada si sakit, kalau pengawas member kesempatan kepada guru untuk mencoba mencari alternatif penyelesaian masalahnya sendiri yang disimpulkan dan konsultasi dengan pengawas yang menjadi pembinanya . dalam supervise klinis, guru dipandang sebagai individu mandiri yang memilki kemampuan untuk memecahkan masalahnya sendiri, setelah mendapat bantuan bimbingan dari pengawas , sehingga supervisi klinis dapat diartikan sebagai suatu proses membantu guru memperkecil ketidaksesuaian (kesenjangan) antara tingkah laku pengajar yang nyata dengan tingkah laku mengajar yang ideal. Selanjutnya pendapat ini digabungkan dengan pengertian supervisi menurut R. Walter diperoleh pengertian supervisi klinis adalah suatu proses pembimbingan dalam pendidika yang bertujuan membantu pengembangan professional seorang guru (juga guru yang sudah dalam tugas mengajar), khususnya dalam penampilan mengajar berdasarkan  observasi dan analisis data secara teliti dan obyektif sebagai pegangan untuk perubahan tingkah laku mengajar tersebut.
B.   SEJARAH SUPERVISI PENDIDIKAN
Pemaknaan istilah supervisi dan peran yang diperankan oleh supervisor pendidikan telah berkembang lama. Selama itu supervise sekolah berorientasi pada guru (teachr oriented)   dan fungsi administrative. Selama abad 18 dan 19-an, supervise berbentuk inspeksi. Sekolah yang mempeloporinya adalah sekolah – sekolah di amerika , mereka menempatkan suatu dewan yang bertugas mengawasi proses penyelenggaraan sekolah. Badan ini terdiri dari perwakilan masyarakat. Badan tersebut bertugas mereview fasilitas sekolah secara periodic , saran atau prasarana, dan kemajuan kehadiran siswa. Proses pengawasan oleh masyarakat itu kemudian berkembang menjadi control dan inspeksi masyarakat.
Pada perkembangan berikutnya, peran dan fungsi observasi atau inspeksi  dewan diambil oleh seorang supervisor. Berperan sebagai wakil pimpinan dan bekerja langsung di sekolah, dewan sekolah akhirnya haya berkonsentrasi pada hal – hal yang bersifat umum saja seperti konstruksi bangunan dan peningkatan pendapatan sekolah.
Diawal abad ke-20an, inspeksi sekolah hanya dilakukan untuk mensupervisi inspeksi guru dikelas. Supervisor masuk ke kelas, melihat proses belajar mengajar dan memeriksa prsiapan –persiapan mengajar. Hal ini merupakan salah satu representasi dari pelaksanaan tugas pimpinan untuk mengawasi pelaksanaan pekerjaan . sampai dengan tahun 1910-an , pelaksanaan supervisi hanya merupakan kegiatan administrasif saja.
Supervisi sekolah pada tahun 1940 sampai dengan pertengahan decade berikutnya lebih berpajan pada proses daripada produk. Supervisor lebih banyak menghabiskan waktunya untuk membantu gurunya bukannya sebagai penilai kerja guru.
Di awal tahun 1960-an supervisor menjadi ahli bidang mata pelajaran. Tugas supervisor adalah menginterpretasikan kurikulum dan mengorganisir material, melibatkan guru dalam menghasilkan program sekolah , serta berperan sebagai resource person bagi guru – guru dikelas. Di akhir 1960-an tujuan sekolah – sekolah
1850-1910 Inspeksi dan peningkatan
1910-1920 Supervisi Saitifik
1920-1930 Supervisi Birokratis
1930-1955 Supervisi Kooperatif
1955-1965 Supervisi sebagai pengembangan Kurikulum
1965-1970 supervisi Klinis
1970-1980 Supervisi sebagai manajemen
1980-  Pengelolaan pengajaran
C. PERKEMBANGAN KONSEP SUPERVISI
            Istilah supervisi berasal dari 2 kata dalam bahasa Inggris, yaitu super yang artinya “di atas” dan vision yang berarti “melihat”, pengertian secara keseluruhan adalah “melihat dari atas”. Supervisi diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh pengawas sebagai pejabat yang berkedudukan di atas –atau lebih tinggi dari guru- untuk melihat atau mengawasi pekerjaan guru. Pengertian lainnya, supervisi merupakan peningkatan makna dari inspeksi yang bermonotasi mencari-cari kesalahan. Kesan tersebut tidak sesuai lagi dengan era reformasi.
            Inti supervisi adalah melakukan pembinaan kepada sekolah pada umumnya dan guru pada khususnya agar kualitas pembelajarannya dapat meningkat. Ditinjau dari objek yang diamati, supervisi dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:
1.    Supervisi akademik yang menitikberatkan pengamatan pada masalah akademik, yaitu langsung berkaitan dengan lingkup kegiatan pembelajaran pada waktu siswa sedang dalam proses belajar.
2.    Supervisi administrasi yang menitikberatkan pengamatan pada aspek-aspek administrasi yang berfungsi sebagai pendukung terlaksananya pembelajaran.
3.    Supervisi lembaga yang menitikberatkan pengamatannya pada seluruh sekolah sebagai sebuah lembaga pendidikan. Lingkup cakupannya bukan hanya tertuju langsung pada mutu kegiatan pembelajaran atau mutu layanan administrasi, tetapi juga pada mutu lembaga, pada nama baik seluruh sekolah tersebut.
Pengertian supervisi akademik yang disebut pada kegiatan nomor (1) karena objek utama pengamatannya adalah aspek-aspek akademik atau pembelajaran. Kegiatan supervisi (yang tanpa menunjuk pada objek) artinya mencakup lingkup nomor (1), (2), dan (3).seluruhnya itulah yang disebut supervisi pendidikan. Berdasarkan pemahaman tersebut, maka penanggungjawab supervisi akademik adalah guru, penanggung jawab supervisi administrasi adalah tenaga administrasi, sedang penanggung jawab supervisi lembaga adalah kepala sekolah dan para wakilnya. Secara keseluruhan pihak yang mempunyai tanggung jawab tersebut memikul beban berat bagi terciptanya kualitas masing-masing lingkup.   
Ada kegiatan lain yang juga mengarahkan perhatiannya pada seluruh aspek dalam lembaga, yaitu “akreditasi”. objek antara keduanya sama, yaitu semua aspek diseluruh lembaga. Hal pembeda antara keduanya adalah pelaku dan waktu dilaksanakannya. Supervisi dilakukan oleh orang yang ada di dalam kepala madrasah dan dari luar yaitu pengawas secara terus-menerus. Akreditasi dilakukan oleh tim luar dan hanya dalam waktu-waktu tertentu. Tujuannya sama, yaitu meningkatkan kualitas lembaga, baik parsial maupun keseluruhan. Dengan kata lain, yang menjadi objek supervisi akademik, supervisi administrasi, supervisi lembaga, dan akreditasi sama, tetapi lingkup dan harapan tentang kualitasnya berbeda.
Objek supervisi dan akreditasi sama, meliputi 6 macam, yaitu: (1) siswa, (2) ketenagaan, (3) kurikulum, (4) sarana dan prasarana, (5) pengelolaan, (6) lingkungan dan situasi umum. Perbedaan dan penerapannya terbagi atas berikut:
1.    Komponen siswa:
a.    Supervisi akademik:
1)    Perhatian siswa dalam pembelajaran
2)    Cara siswa menjawab pertanyaan guru
b.    Supervisi administrasi:
1)    Daftar hadir siswa
2)    Denah pengurus kelas
c.    Supervisi lembaga dan akreditasi:
1)    Perbandingan banyaknya siswa yang mendaftar dengan yang diterima
2)    Prestasi siswa dalam lomba olahraga antar kabupaten
2.    Komponen ketenagaan:
a.    Supervisi akademik:
1)    Gaya mengajar guru ketika melakukan demonstrasi IPA
2)    Kemampuan guru dalam memberikan contoh
b.    Supervisi administrasi:
1)    Kualitas persiapan mengajar
2)    Ketepatan waktu guru hadir di kelas
c.    Supervisi lembaga dan akreditasi
1)    Kesesuaian antara latar belakang pendidikan guru dengan mata pelajaran yang diajarkan
2)    Banyaknya guru tetap bantuan pemerintah dan guru honorer yang ada di sekolah tersebut
3.    Komponen kurikulum:
a.    Supervisi akademik:
1)    Ketepatan metode dengan pokok bahasan
2)    Urutan materi yang disajikan kepada siswa
b.    Supervisi administrasi:
1)    Pengisian buku catatan pelaksanaan pelajaran
2)    Jadwal pelajaran untuk kelas tertentu
c.    Supervisi lembaga dan akreditasi:
1)    Keberadaan buku perangkat kurikulum
2)    Jadwal pelajaran untuk seluruh kelas di sekolah
4.    Komponen sarana dan prasarana:
a.    Supervisi akademik:
1)    Pemanfaatan alat peraga dalm proses pembelajaran
2)    Banyaknya buku sumber penunjang pokok bahasan tertentu
b.    Supervisi administrasi:
1)    Kenyamanan ruang kelas
2)    Banyaknya judul buku perbidang studi
c.    Supervisi lembaga dan akreditasi:
1)    Banyaknya ruang kelas dibandingkan dengan rombongan belajar
2)    Keberadaan gudang dan pengaturan barang simpanan
5.    Komponen pengelolaan:
a.    Supervisi akademik:
1)    Pengaturan tempat duduk siswa di kelas
2)    Pengelompokan siswa dalam mengerjakan tugas
b.    Supervisi administrasi:
1)    Penunjukan wali kelas
2)    Jadwal pelajaran kelas tertentu
c.    Supervisi lembaga dan akreditasi:
1)    Keeratan hubungan kepala sekolah dengan guru
2)    Jadwal pelajaran untuk seluruh kelas di sekolah
6.    Komponen lingkungan dan situasi umum:
a.    Supervisi akademik:
1)    Ketertiban siswa selama mengikuti pelajaran
2)    Keteraturan siswa selama mengikuti praktikum
b.    Supervisi administrasi:
1)    Suasana di luar kelas ketika berlangsung ulangan umum
2)    Kenyamanan ruang ujian
c.    Supervisi lembaga dan akreditasi:
1)    Kerindangan halaman sekolah
2)    Suasana keagamaan di sekolah
Catatan:
1.    Dalam komponen kurikulum dan komponen pengelolaan terdapat contoh yang sama, yaitu: (1) jadwal pelajaran kelas tertentu, dan (2) jadwal pelajaran kelas seluruh sekolah.
Kedua contoh tersebut menunjukkan bahwa satu aspek mengandung 2 hal. Pengaturan pelaksanaan pelajaran kurikulum,  tetapi ditinjau dari kegiatannya, yaitu pengaturan dalam aspek pengelolaan. Kejadian seperti itu bukan hanya seperti yang dicontohkan. Beberapa aspek lain mungkin terjadi demikian, yaitu dapat ditinjau dari 2 atau lebih komponen.
2.    Contoh supervisi lembaga dan akreditasi disajikan menjadi satu. Cara tersebut menunjukkan bahwa objek supervisi lembaga dan akreditasi sama, tetapi pelaku kegiatannya berbeda.
a.    Supervisi lembaga dilakukan oleh pengawas, kepala dan staf sekolah yang lain. Pelaksanaannya dapat kapan saja, rutin atau berkala, sesuai dengan kebutuhan lembaga.
b.    Akreditasi dilakukan oleh tim dari luar lembaga. Pelaksanaannya sudah ditemukan waktunya, yaitu beberapa tahun sekali secara berkala.
D.TUJUAN DAN PRINSIP-PRINSIP SUPERVISI
            Tujuan supervisi adalah mengembangkan situasa belajar mengajar yang lebih baik melalui pembinaan dan peningkatan profesi belajar.
Sesuai tujuan di atas, maka dalam tataran praktis, supervisi dilakukan untuk:
1.    Menginternalisasikan tujuan pendidikan yang diselenggarakan;
2.    Mengintroduksi permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan siswa;
3.    Peningkatan etos, produktivitas, dan efisiensi kerja;
4.    Peningkatan profesionalisme; dan
5.    Demokratisasi

Menilik dari tujuannya adalah mengembangkan situasi belajar mengajar melalui pembinaan maka kegiatan ini dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1.   Ilmiah (scientific) yaitu:
a.    Sistematis, artinya dilakukan secara teratur, terencana dan kontinyu
b.    Objektif, artinya bukan didasarkan atas prasangka tetapi didasarkan atas data-data objektif/ informasi
c.    Menggunakan instrumen yang baik untuk mengumpulkan data atau informasiyang teliti atau cermat.
2.  Demokratis, yaitu berdasarkan atas dasar musyawarah, mengandung jiwa kekeluargaan yang kuat serta sanggup[ menerima pendapat orang lain
3.  Kooperatif, yaitu dilakukan dalam situasi kerjasama, bertujuan mengembangkan usaha bersama untuk menciptakan situasi belajar mengajar yang lebih baik
4.  Konstruktif dan kreatif, yaitu membina inisiatif guru serta mendorongnya untuk aktif dalam menciptakan situasi belajar mengajar yang lebih baik
5.  Terbuka; kegiatan supervisi dilakukan tanpa mengandung unsur “sembunyi-sembunyi”, tetapi dilakukan dengan terbuka dan terus terang dengan pemberitahuan terlebih dahulu
6.  Komprehensif, yaitu sarana yang lengkap mulai dari kepala sekolah, guru-guru, tata usaha,(ditinjau dari pelaksanaannya) dan meliputi semua aspek yaitu kurikulum, sarana, ketatalaksanaan, keuangan, kesiswaan dan humas.
Kegiatan dalam supervisi dengan prinsip-prinsip yang telah disetujukan ini dalam prakteknya seringkali terdapat penyimpangan-penyimpangan, antara lain:
-       Supervisi dilaksanakan semata-mata seperti pekerjaan evaluasi, sehingga sering tidak disukai oleh personil-personil yang disupervisi, bahkan cenderung ditolak (walaupun penolakan tersebut dilakukan secara tidak langsung).
-       Titik tolak supervisi tidak dimulai dari personil yang disupervisi tetapi mulai dari keinginan supervisor sehingga personil tersebut kurang merasakan manfaatnya.
-       Terdapat “celah” antara supervisor dengan personil yang disupervisi dalam arti bahwa supervisor masih terlihat sebagai “atasan” yang sedang melakukan penilaian terhadap kecakapan mengajar personil yang disupervisi tersebut.
-       Sasaran pengamatan masih terlalu umum, atau jika diberikan tidak dilakukan dengan segera.
-       Bentuk umpan balik diberikan (jika ada) bukan merupakan saran-saran kebaikan tetapi merupakan celaan-celaan yang ditemukan olehn supervisor tanpa melibatkan personil yang supervisi.
Aliran baru yang mengemukakan kegiatan supervisi klinis, mengacu prinsip-prinsip yang merupakan ciri-cirinya sebagai berikut:
v  Dalam supervisi klinis, terdapat hubungan yang intim (kolegial) antara supervisor dan personil yang disupervisi.
v  Prakarsa kegiatan supervisi dapat datang dari personil yang disupervisi apabila personil tersebut merasa butuh untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya.
v  Sebelum kegiatan supervisi dimulai, “klien” mengajukan keinginannya mengenai aspek yang ingin ditingkatkan, misalnya cara mengajukan pertanyaan kepada siswa yang terlambat di kelas. Cara menyampaikan jawaban siswa kepada siswa lain, cara memimpin diskusi kelas, cara menutup pelajaran, dan sebagainya.
-       Pengamatan dilakukan oleh supervisor dengan teliti secara langsung (bukan melalui rekaman video) dan menggunakan instrumen pengamatan yang sudah disepakati bersama di atas klien.
-       Data hasil pengamatan didiskusikan dengan klien segera setelahklien tersebut selesai mengerjakan praktek sehingga kelemahan-kelemahan yang dilakukan dapat segera diketahui dan dianalisis sebab-sebab serta cara menanganinya.
-       Umpan balik diberikan dalam bentuk nasehat atau saran yang dikemukakan dengan cara kekeluargaan, bukan secara instruktif.
E. TEKNIK-TEKNIK SUPERVISI
            Walaupun supervisi klinis sudah diketemukandan sangat baik(ideal) namun hal tersebut sukar dilakukan karena memerlukan keahlian tersendiri serta tenaga secara khusus yang tentu saja akan memakan banyak waktu. Oleh karena itu, pada saat ini masih banyak dilakukan praktik supervisi biasa. Tekhnik-tekhnik yang dapat dilaksanakan adalah sebagai berikut:
1.   Kunjungan kelas (classroom visitation), yang dibedakan atas:
a.    Kunjungan yang dilakukan dengan terlebih dahulu memberitahukan kepada guru yang hendak di supervisi.
b.    Kunjungan insidental yang dilakukan tanpa memberitahukan terlebih dahulu.
c.    Kunjungan yang dilakukan dengan memberikan undangan dari guru yang bersangkutan.
2.    Observasi kelas (classroom observation) yaitu kegiatan supervisi yang dilakukan dengan cara menunggu guru (calon guru) yang sedang mengajar dikelas mulai dari awal hingga akhir pelajaran. Observasi kelas inilah kegiatan supervisi yang paling sistematis dan teliti karena semua gerak-gerik guru sedang mengajar tidak terlewat untuk diamati.
3.   Percakapan pribadi (individual conference) yaitu diskusi yang dilakukan  oleh sekelompok guru (pada umumnya guru yang memegang bidang studi yang sama), baik yang diatur terlebih dahulu maupun insidental. Manfaat yang dipetik dari diskusi ini antara lain:
a.    Tukar menukar pengalaman tentang cara-cara mengatasi kesulitan dalam mengajar.
b.    Tukar menukar informasi tentang cara-cara baru yang mereka peroleh agar pengajaran dapat berlangsung lebih efektif.
c.    Saling melengkapi sumber bahan mengajar, alat pelajaran atau sarana lain.
d.    Mengurangi keragu-raguan guru dalam menghadapi kelasnya.
e.    Mempercepat korps guru.
f.     Menyamakan pengertian mereka tentang kebijaksanaan yang dikeluarkan oleh pemerintah.
4.    Saling berkunjung dan mengunjungi (intervisitation)
a.    Calon guru atau guru baru menunggui guru yang sedang memberikan pelajaran contoh (model les)
b.    Seorang guru sedang menemui kawannya yang sedang mengajar untuk menambah pengalaman mengajarnya.
5.    Musyawarah atau pertemuan
Pertemuan yang dilakukan oleh atasan atau atas prakarsa para guru sendiri. Sejak tahun 1979 pusat kurikulum dan sarana pendidikan bahan penelitian dan pengembangan (BP3K, sekarang BALITBANGDIKBUD) mencuba satu bentuk supervisi yang disebut dengan proyek supervisi di cianjur. Yang menonjol dalam proyek ini ada dua hal yaitu:
a.    Adanya keikutsertaan secar simultan antara guru, kepala sekolah dan penilik  sekolah dalam penataan atau dalam penyampaian informasi tentang kebijakan pemerintah sehingga semua komponen tersebut memiliki pemahama yang sama.
b.    Adanya pertemuan rutin antara guru, kepala sekolah dan penilik tersebut untuk membicarakan masalah-masalah yang sedang dihadapi dan cara pemecahannya.  Pertemuan ini disebut kelompok kerja guru (disingkat KKG) terdiri dari 7 atau 8 sekolah, dan mengadakan pertemuan seetiap minggu. Apabila dalam pertemuan tersebut ada masalah yang tidak dapat dipecahkan bersama, maka masalah tersebut dibawa ke pertemuan yang leebih luas cakupannyayaitu PKG (perrtemuan kerja guru) yang diadakan setiap 4 bulan dan dihadiri oleh 3 atau 4 KKG
6.    Supervisi yang dilakukan oleh media, Dengan tujuan pengalaman mereka khususnya menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan pelajaran. Media tersebut dapat berupa brosur, pengumuman, buletin, edaran, kaset, majalah dan sebagainya.
7.    Pusat sumber belajar (learning resource center) suatu lembaga yang menangani persediaan, pelayanan semua jenis mata pelajaran bukan hanya meminjamkan atau tetapi juga membuatkan, memberi bimbingan dalam mempelajari cara mengajar, membuat persiapan tertulis, perekaman, dan sebagainya.
8.    Validasi teman sejawat, Satu jenis kegiatan supervisi yang telah dicobakan di Indonesia sejak tahun 1979  dan saat ini telah dilaksanakan di sekolah pendidikan guru.  Validasi teman sejawat adalah  salah satu jenis supervisi yang dilakukan oleh teman-teman sejawat (sesama guru, lembaga, dan orang-orang yang telah berkecimpung di dalam provesi kependidikan).
F. BIDANG GARAPAN SUPERVISI
            Implementasi di lapangan, hal yang dilakukan oleh supervisi dalam rangka perbaikan situasi belajar untuk menciptakan kualitas belajar adalah:
1.    Memfasilitasi Pengembangan Sumber Daya Manusia
Manusia sebagai modal lembaga dalam mencapai tujuan perlu dipelihara dan diberdayakan dengan baik. Efektivitas dan efisiensi tujuan kelembagaan pendidikan akan sangat bergantung pada faktor modal yang satu ini. Berharganya sumber daya manusia diukur dari kinerja yang dihasilkannya. Salah satu penentu level kinerja manusia adalah pengetahuan, keterampilan, dan nilai yang ia miliki. Dalam hal inin, supervisi sebagai suatu upaya layanan profesional yang kondusif bagi pengembangan sumber daya manusia. Tanpa itu, efektivitas tujuan pendidikan akan tergannggu dan mungkin bisa mandul.
Ada banyak bentuk pengembangan sumber daya manusia pendidikan yang bisa digunakan untuk memberdayakan sumber daya manusia. Mulai dari yang sifatnya pendidikan dan latihan, sampai dengan pendidikan moral dan motivasi dan perlakuan humanis bisa digunakan dalam upaya pengembangan manusia. Supervisor harus memiliki visi yang jauh kedepan tentang pendidikan. Visi yang dikembangkan, harus diikuti dengan persiapan-persiapan yang dirasa perlu mengantisipasi segala kemungkinan di masa yang akan datang. Dalam hal ini, seorang supervisor harus mampu mempersiapkan dan memilih upaya yang efektif dalam mengembangkan sumber daya manusia dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan.
2.    Mendesain dan mengembangkan kurikulum
Kurikulum sebagai pedoman pelaksanaan layanan dan produksi pendidikan memiliki peranan yang penting dalam penciptaan produk pendidikan yang berkualitas, marketable, kompatible, inovatif, kompetitif, dan produktif. Upaya supervisi diharapkan harus amapu memberikan jalan yang lurus untuk pencapaian hal di atas dengan cara mendesain dan mengembangkan kurikulum secara baik dan benar.
3.    Meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas
Sebagai tujuan pokok dan upaya supervisi pendidikan, kualitas pembelajaran di kelas haruslah menjadi tujuan utama. Seorang supervisor ditantang untuk  melakukan perubahan-perubahan proporsional dan inovatif dalam rangka perbaikan kualitas pembelajaran yang diselenggarakan guru. Ia harus bersedia memfasilitasi bahan dan sarana/prasarana pembelajaran sampai quality control layanan pendidikan. Semua aktivitas supervisi harus condong ke upaya peningkatan kualitas pembelajaran.
4.    Menggairahakan interaksi humanis
Interaksi antar sesama di sekolah akan sanagat berpengaruh terhadap kinerja para staf sekolah. Dalam hal ini, interaksi yang humanis dituntut tercipta di lingkungan suasana sekolah. Suasana yang harmonis dan humanis diantara staf akan mendukung produktivitas, efektivitas, dan efisiensi pencapaian. Dalam hal ini, seorang pengawasan harus berupaya menciptakan kondisi ideal seperti di atas.diharapakan ia tidak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan upaya tersebut. Seorang supervisor jangan menjadi sumber konflik diantara staf sekolah, supervisor harus berupaya kuat untuk menciptakan jembatan-jembatan kesenjangan komunikssi humanis di antara  staf sekolah. Ia harus memiliki inisiatif untuk menciptakan jalinan komunikasi yang efektif dan humanis diantara warga sekolah.
5.    Melaksanakan fungsi administratif
Pada intinya, peran supervisi built in dengan kepemimpinan. Supervisi merupakan mesin yang menggerakkan semua aspek-aspek administratif pencapaian tujuan. Mulai dari merencanakan, mengorganisir, sampai dengan pengawasan harus ia jalankan. Seorang pemimpin, manajer harus memiliki peran supervisi. Ia memiliki otoritas dan kewenangan untuk melakukan upaya-upaya supervisi.
G. KOMPETENSI DASAR SUPERVISOR DAN PENDEKATAN SUPERVISI
      Sebuah bidang yang memiliki para ahli tentu saja dalam pelaksanaannya seorang ahli tersebut dituntut untuk memenuhi standar kemampuan atau keahliannya. Standar tersebut sering disebut dengan kompetensi dasar. Adapun tiga kompetensi dasar yang harus dimiliki seorang supervisor dalam melaksanakan tugasnya yaitu :
1.     Human relations.
2.     Administrasi.
3.     Evaluasi.

Kunci sukses pembimbingan dan bantuan profesional kepada guru-guru terletak pada proses interaksi antar sesama. Komunikasi efektif merupakan media keterampilan human relations. Peran perlakuan profesional sehabat(sic!)  apapun tidak akan sampai jika pesan tidak sampai secara efektif ke guru-guru. Pesan akan sampai ke communican jika proses interaksi (baik langsung maupun tidak langsung) terjadi.
Kemampuan administratif alat penting  dalam mengelola lembaga agar bisa berjalan dengan baik mencapai tujuan pendidikan. Seorang supervisor harus memiliki kemampuan bagaimana cara merencanakan, mengorganisir personel dan sumber daya lainnya, menggerakkannya, serta mengawasi. Tanpa itu semua, semua modal pendidikan kan terbuang , mubadzir. Supervisor adalah seorang pemimpin, dia harus tahu apa yag harus dilakukan untuk membawa orang-orang dan lembaga dalm rangka pencapaian tujuan. Kepemimpinan dan administrasi diibaratkan ruh dan jasadnya.
      Kemampuan evaluasi diperlukan berkaitan dengan peran supervisor itu sendiri sebagai pembimbing dan pembantu pertumbuhan profesionalitas guru-guru. Untuk mampu membimbing dan membantu diperlukan informasi dan baha-bahan yang tepat mengenai akar permasalahan yang ditemui guru-guru. Untuk itu, kemampuan evaluasi amat sangat diperlukan. Mana mungkin seorang supervisor mampu memberikan bantuan profesional bagi guru-guru jika ia tidak memiliki sumber daya yang efektif untuk menjawab permasalahan-permasalahan yang dihadapi guru-guru.
Dalam pelaksanaannya, proses supervise meliputi banyak pendekatan yaitu:
1.    Supervisi artistik
Menurut pandangan ini, proses supervisi merupakan suatu hal yang tidak bisa dijelaskan secara rasional. Kretativitas supervisor memiliki peran yang dominan di dalam memperbaiki kualitas pelayanan pendidikan.
2.    Supervisi saintifik
Proses supervisi yang dilaksanakan haruslah berdasarkan empirical evidence, sistematis dan ilmiah. Segala hal harus berdasarkan fakta dan data. Dalam implementasinya, segala aktivitas supervisi harus berdasarkan atas hasil penelitian.
3.    Supervisi klinis
Proses supervisi yang dilakukan dalam rangka mengobati. Perbaikan penampilan guru dalam mengajar adalah tujuannya. Pendekatan ini mengajarkan bagaimana guru dikenalkan dengan ilmu dan keterampilan didaktik metodik yang baik dab benar, mengadministrasi pengajaran. Supervisi klinis diterjemahkan sebagai suatu proses bimbingan dan bantuan yang diberikan dalam rangka memperbaiki keterampilan guru dalam mengajar di kelas.
H. LANGKAH-LANGKAH SUPERVISI
Bagian ini membahas supervisi dalam arti sempit yaitu supervisi yang dilakukan terhadap dan untuk meningkatkan keterampilan mengajar, baik dilakukan kepada calon guru (biasanya di dalam program micro-teaching) atau guru-guru yang sudah bekerja. Supervisi dilakukan secara cermat dan kologial sehingga berhubungan antara supervisor dengan klien bersifat sejajar dan terbuka.
Langkah-langkah agar mendapatkan hasil yang maksimal:
1.    Pertemuan pendahuluan
Pertama pendahuluan ini merupakan satu langkah awal yang sangat penting dan menentukan keberhasilan supervisi. Yang dilakukan dalam pertemuan pendahuluan ini adalah:
a.    Menciptakan suasana kekeluargaan yang intim antara guru dengan supervisor (establish rapport) agar komunikasi selama kegiatan dapat berlangsung secara efektif.
b.    Membuat kesepakatan (contract) antara guru dengan supervisor tentang aspek peoses belajar mengajar yang akan ditingkatkan misalnya; khusus keterampilan bertanya, cara memotivasi siswa, dan sebagainya.
Secara singkat, dalam pertemuan pendahuluan ini disepakati bersama mengenai:
1)    Sasaran atau keterampilan mengajar yang akan diamati secara cermat oleh supervisor.
2)    Strategi observasi yang akan dilaksanakan.
3)    Panduan atau instrumen observasi yang akan digunakan.
4)    Kriteria atau tolak ukur yang akan digunakan dalam pengisian observasi.
2.    Perencanaan oleh guru dan supervisor
Jika pada pertemuan pendahuluan baru disepakati sasaran, instrument, dan criteria yang digunakan, maka dalam langkah kedua ini dibuat bersama perencanaan pelaksanaan observasi. Dalam perencanaan ini dirundingkan:
a.    Persiapan mengajar tertulis yang sudah dibuat terlebih dahulu untuk dibicarakan kekurangan-kekurangan yang mungkin masih perlu dibenahi, serta membicarakan bagian dari persiapan tertulis tersebut yang akan mendapat perhatian khusus.
b.    Persiapan media atau alat-alat pelajaran yang akan digunakan sekaligus strategi penggunaannya.
c.    Cara-cara mencatat atau perekaman data yang akan digunakan oleh supervisor serta arah pengambilan data. Hal ini perlu dibicarakan agar guru tidak merasa terganggu pada waktu sedang beraksi.
3.    Pelaksanaan latihan mengajar dan observasi
Pada waktu ini guru melaksanakan mengajar dan supervisor melakukan pengamatan secara cermat, dengan menggunakan instrument observasi. Dalam melakukan observasi ini dapat dilakukan beberapa cara.
a.    Pengamatan secara terus-menerus selama guru mengajar tetapi hanya menekankan dan mencatat bagian yang menjadi sasaran saja, sedangkan kegiatan lain dicatat kesan umumnya saja.
b.    Pengamatan secara intensif yang dilakukan setiap selang beberapa menit dan dalam jangka waktu tertentu. Beberapa alternatif yang biasa dilakukan adalah:
1.    Periode 5 menit, yaitu mengamati 5 menit, berhenti 5 menit, mengamati lagi 5 menit, berhenti lagi 5 menit, dan seterusnya.
2.    Periode 10-5, yaitu mengamati 10 menit, berhenti 5 menit, mengamati lagi 10 menit, berhenti 5 menit dan seterusnya.
3.    Periode 5-15, yaitu mengamati 15 menit, berhenti 5 menit, mengamati lagi 15 menit, lalu berhenti 5 menit dan seterusnya.
4.    Mengamati terus-menerus tetapi pencatatan dilakukan setiap 2 menit atau 4 menit.
Catatan: dalam menggunakan periodisasi ini apabila ada aspek yang ditekankan, harus dimuati secara terus-menerus agar tidak kehilangan jejak.
4.    Mengadakan analisis data
Dalam langkah ini supervisor mengajak guru untuk mendiskusikan apa yang telah dilaksanakan oleh guru waktu mengajar. Sekali lagi suasana kekeluargaan sangat diperlukan dalam diskusi ini agar tidak mudah timbul “suasana mengadili terhadap guru”. Hal-hal yang perlu didiskusikan adalah:
a.    Kesenjangan antara rencana dan pelaksanaannya.
b.    Hasil rekaman baik yang dituliskan dalam instrumen obsevasi maupun dalam kaset (apabila rekaman dilakukan dengan foto atau film tentu saja belum dapat dilakukan untuk didiskusikan saat ini).
c.    Cara atau strategi yang digunakan dalam penyampaian umpan balik. Apabila disepakati bahwa umpan balik disampaikan secara tertulis agar terdokumentasikan dengan baik maka setelah selesai diskusi analisis data rekaman, supervisor menuliskan kesimpulan akhir untuk umpan balik kepada guru. Jika umpan balik dilakukan secara lisan, perlu diatur waktu penyampaian serta siapa saaj yang akan diundang untuk pelakssanaan umpan balik.
5.    Diskusi memberikan umpan balik
Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan umpan balik yang dilakukan oleh supervisor kepada guru yang sedang berlatih mengajar dan meningkatkan keterampilannya. Pemberian umpan balik harus dilakuakn dengan segera dan objektif mengenai sasaran yang telah dibicarakan dalam pertemuan pendahuluan.
Tujuan kegiatan supervise adalah memberikan bimbingan agar guru yang disupervisi mendapatkan peningkatan dalam hal keterampilan mengajarnya. Sehubungan dengan pemberian umpan balik ada rambu-rambunya sebagai berikut:
a.    Sesudah latihan selesai, (calon) guru diminta untuk mengungkapkan persepsi (kesan)-nya mengenai kegiatan mengajar yang dia lakukan.
b.    Supervisor bersama-sama dengan guru menganalisis kegiatan tersebut langkah demi langkah dilengkapi dengan data hasil pengamatan supervisor. Yang penting dalam langkah ini adalah melatih guru agar dapat melakukan penilaian terhadap diri sendiri.
c.    Dalam mengidentifikasi hal-hal yang sudah baik dan kekurangan dalam latihan, supervisor tidak boleh menunjuk dengan tegas dan keras secara langsung (seperti hakim) tetapi melalui pertanyaan-pertanyaan yang bersifat menggali dan mengorek kelemahan sendiri sehingga akhirnya guru menyadari kekurangannya.
d.    Hal yang perlu diingat bahwa dalam langkah ini supervisor tidak boleh lupa harus sekali-kali memberikan ulasan positif, pujian, penguatan, penghargaan terhadap guru agar ada perasaan puas dan bangga selanjutnya tumbuh kemauan keras untuk memperbaiki dirinya.
e.    Pada akhir diskusi supervisor bersama guru menarik kesimpulan dari latihan yang baru saja dilakukan yaitu hal-hal yang sudah berhasil dan hal-hal yang masih harus diperbaiki pada lain kesempatan.

I. INSTRUMEN  PENGAMATAN PADA PROSES BELAJAR MENGAJAR
Apabila pengamatan terhadap proses belajar mengajar dilakukan dengan lengkap, maka kegiatan dilakukan dari tahap persiapan, yaitu penyusunan persiapan mengajar (satuan pelajaran), dilanjutkan dengan kegiatan di kelas sejak awal sampai terakhir guru meninggalkan ruang kelas, bahkan sampai guru mengoreksi  pelajaran siswa, baik tugas biasa maupun hasil tes/ulangan. Instrumen pengamatan dapat dilakukan dengan alternatif jawaban “ya” dan “tidak” tetapi dapat juga merupakan penilaian berskala (ratting scale). Pada halaman-halaman berikut akan disajikan contoh lembar pengamatan mengajar.

CONTOH:

LEMBAR PENGAMATAN PROSES BELAJAR MENGAJAR
IDENTITAS DATA
Nama sekolah          :     …………………………………………………………
Kelas                          :     …………………………………………………………
Nama guru                :     …………………………………………………………
Bidang studi             :     …………………………………………………………
Sub bidang studi     :     …………………………………………………………
Pokok bahasan        :     …………………………………………………………
Hari/tanggal              :     …………………………………………………………
Waktu pengamatan :     …………………………………………………………
Mulai pukul               :     …………………………………………………………
Berakhir pukul          :     …………………………………………………………
Nama pengamat      :     …………………………………………………………
PETUNJUK PENGISIAN
Berilah tanda check (V) pada kolom B(Baik), S(Sedang), K(Kurang), sesuai dengan keadaannya.
PERSIAPAN TERTULIS

B
S
K
Rumusan Tujuan Instruksional Khusus
a.    Ditinjau dari bentuk tingkah laku.
b.    Ditinjau dari kekhususannya.
c.    Ditinjau dari sasaran.
d.    Ditinjau dari ukuran keberhasilan.
Imbangan aspek ingatan, pemahaman, aplikasi, dan aspek-aspek lain dalam tujuan instruksional khusus.
Kesesuaian antara tujuan dengan materi pelajaran.
Kesesuaian antara dengan metode/pendekatan.
Kesesuaian antara:
a.    Alat pelajaran dengan tujuan.
b.    Alat pelajaran dengan materi.
c.    Alat pelajaran dengan usia siswa.
Ketetapan pemilihan sumber bahan
Keragaman sumber bahan
Evaluasi
a.    Frekuensi pemberian dan ketepatan waktu.
b.    Kualitas butir-butir soal.
c.    Kesesuaian dengan tujuan instruksional khusus.
d.    Cara memberikan skor.




PELAKSANAAN PELAJARAN DI KELAS

B
S
K
I.              PENDAHULUAN
1.    Cara memasuki ruangan kelas.
2.    Perhatian terhadap hal-hal yang sekiranya mengganggu jalannya pelajaran.
3.    Kontak awal dengan siswa-siswa dalam kelas (mengucapkan salam, absensi, menyuruh menyiapkan alat yang diperlukan, dsb).
4.    Perhatian kepada seluruh kelas.



II.            KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
1.    Cara menghubungkan pelajaran yang lalu dengan pelajaran yang akan diberikan.
2.    Penjelasan tentang tujuan instruksional khusus.
3.    Penyampaian pokok materi pelajaran.
4.    Penggunaan alat pelajaran/media.
5.    Cara mengikutsertakan siswa dalam kegiatan.
6.    Penuh tidaknya keterlibtan siswa.
7.    Banyaknya siswa yang dapat terlibat dalam kegiatan.
8.    Cara menyampaikan informasi.
9.    Cara memberikan informasi tentang materi baru.
10. Cara mengajukan pertanyaaan (bahasa, rumusan)
11. Banyaknya siswa yang mendapat kesempatan menjawab pertanyaan.
12. Hubungan pertanyaan dengan cara memotivasi siswa.
13. Cara memotivasi siswa pada umumnya.
14. Cara memberikan jawaban terhadap pertanyaan siswa.
15. Hubungan antara guru dengan siswa (akrab).
16. Hubungan antar siswa satu dengan yang lainnya.
17. Keseluruhan interaksi belajar dan mengajar.
18. Suasana kelas (hidup, terlalu tenang, dan mati)
19. Cara guru menolong siswa yang tidak tertib.
20. Menolong siswa yang mengalami kesulitan belajar.
21. Menangani siswa yang lebih cepat dari yang lain.
22. Menggunakan kalimat dengan jelas dan sederhana.
23. Melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan logis dan berurutan.
24. Pemberian contoh untuk menerangkan pelajatran.
25. Kesesuaian anatara contoh dengan taraf berfikir dan lingkungan siswa.
26. Variasi pertanyaan yang diajukan.
27. Efektivitas penggunaan waktu yang tersedia.
28. Perhatian tertuju hanya kepada pelajaran yang sedang diajarkan.



III.           AKHIR PELAJARAN
1.    Membuat kesimpulan pelajaran (oleh guru, guru bersaam siswa atau siswa sendiri).
2.    Mengadakan penilaian perseorangan.
3.    Mengadakan evaluasi terhadap kelas.
4.    Cara memberikan motivasi kepada siswa agar belajar lebih lanjut.
5.    Hasil (prestasi) siswa yang diajarkan.
6.    Catatan yang dibuat oleh siswa.



Kegiatan supervisi bukan hanya dilakukan terhadap keterampilan mengajar saja, tetapi juga kemampuan lainnya yakni sikap profesional guru. Dalam Buku Pedoman Administrasi dan Supervisi disajikan instrumen untuk mengadakan pendekatan terhadap sikap professional guru yang kemudian disebut dengan Lembaran S.3 sebagai berikut:
DATA SIKAP PROFESIONAL
Kantor Wilayah DepDikBud          :     …………………………………………
Propinsi                                             :     …………………………………………
KabinKot/Kodya                               :     …………………………………………
Kecamatan                                        :     …………………………………………
Nama Sekolah                                 :     …………………………………………
Alamat                                                :     …………………………………………
Nama Guru yang Supervisi           :     …………………………………………
Golongan/Ruang Gaji                     :     …………………………………………

NO
SEGI-SEGI KEGIATAN
B
S
K
1
KEHADIRAN GURU
a.    Datang ke sekolah tepat waktu.
b.    Ikut serta Upacara Sekolah.
c.    Ikut serta dalam rapat sekolah.
d.    Ikut serta dalam kegiatan kurikuler.
e.    Ikut serta dalam lokakarya, penataran, diklat, seminar, dan sebagainya.
f.     Hadir dalam kelas sesuai dengan jadwal yang ditentukan.
g.    Tidak hadir dengan pemberitahuan.



2
TUGAS MENGAJAR
a.    Menyiapkan jadwal alokasi waktu mengajar.
b.    Menyiapkan program satuan pelajaran.
c.    Menyiapkan pencatatan analisis hasil pelajaran.
d.    Memecahkan kesulitan siswa.



3
HUBUNGAN KERJASAMA
a.    Membantu kepala sekolah memecahkan permasalahan yang dihadapi sekolah.
b.    Ikut membantu rekannya dalam memecahkan masalah.
c.    Ikut memberikan informasi kepada orang tua siswa dalam kesulitan belajar siswa.
d.    Ikut menciptakan hubungan yang baik dengan penjaga sekolah.
e.    Ikut menciptakan hubungan yang baik serta kerjasaam dengan lingkungan sekolah.



Supervisi yang dilakukan secara terus-menerus tentu akan menghasilkan suatu kemajuan sekolah. Hal yang harus dituju adalah adanya kemampuan dan kesanggupan dari para guru untuk mengadakan penilaian terhadap diri sendiri secara terus-menerus. Dalam buku Pedoman Administrasi dan Supervisi Pendidikan dicantumkan suatu Checklist yang berisi daftar pertanyaan untuk mengadakan penilaian terhadap diri sendiri. Aspek yang diungkap sama dengan aspek supervisi seperti disebutkan dalam instrumen supervisi, tetapi kolom sebelah kanan diganti dengan (“Sudah” dan “Belum”).

J. SUPERVISI DALAM MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (SCHOOL-
     BASED MANAGEMENT)
Manajemen berbasis sekolah (MBS) mulai dipopulerkan sejak tahun 1994-an dan dicobakan di Indonesia sejak tahun 1998. Ada banyak harapan tersimpan dalam pendekatan baru tersebut. Konsep pemberdayaan sekolah merupakan salah satu issue utama dalam implementasi pendekatan Manajemen Berbasis Sekolah tersebut. Konsep Manajemen Berbasis Sekolah, MBS, pada prakteknya menggambarkan sifat-sifat otonomi sekolah sehingga sering disebut sebagai Site-Based Management (SBM) yang merujuk pada perlunya memperhatikan kondisi dan potensi kelembagaan setempat dalam mengelola sekolah (Djam’an Satori, 2001).
Dalam pelaksanaannya, MBS sering diterjemahkan seperti implementasi otonomi daerah, daerah bisa mengelola semua hal terlepas dari intervensi pusat. Penafsiran yang menterjemahkan MBS sebagai suatu aktivitas pengelolaan semua kebijakan-kebijakan pendidikan dan operasional sekolah dengan tidak melibatkan pihak lain. Sekolah bebas menentukan standar mutu, kurikulum, dan kebijakan lainnya. Perihal, esensi dari MBS adalah meningkatkan penampilan sekolah dalam rangka melakukan operasionalisasi pelayanan pendidikan dan proses produksi lulusan dengan mengupayakan performansi tinggi (high performance) dan keterlibatan penuh semua personal dan stake holder sekolah. Selain tingkat produktivitasnya tinggi, diharapkan sekolah juga mampu menggeser tingkat kualitas output pendidikan yang dihasilkan ke tingkat lebih tinggi. Jadi, dalam hal ini, sekolah merupakan operator kebijakan pendidikan nasional yang independen, mereka bebas berkreasi sesuai dengan karakter lembaganya masing-masing.
Ide dasarnya, selama ini segala program pendidikan yang diselenggarakan berdasarkan budget oriented, sekolah didrop segala macam kebijakan dan sarana/prasarana.
Sarana dan Depdiknas. Banyak kasus sekolah menerima kebijakan atau sarana/prasarana yang sebenarnya tidak diperlukan sekolah. Sekolah akhirnya tidak dibiasakan mengupayakan dirinya secara mandiri. Merencanakan kebutuhannya sendiri dan mengelolanya.
            Gagasan MBS mengarah kepada praktek otonomi pengelolaan sekolah (Djam’an,2001:1). Dalam hal ini, MBS bersinergi dengan kebijakan pemerintah mengenai otonomi daerah (UU No.22 tahun 1999). Dalam hal ini,masyarakat, stake holder, dan pihak sekolah memiliki tanggung jawab yang besar dalam mengelola pelayanan pendidikan di tingkat sekolah dengan mengacu kepada kebijakan-kebijakan yang telah digariskan pemerintah. Dalam konteks MBS, sekolah dituntut untuk kreatif mencari pola kerja yang efektif dan berusaha mencapai tujuan pendidikan secara bersama-sama dengan para stake holder.
            Sistem budget oriented yang selama ini diterapkan dalam mengelola kegiatan sekolah diganti menjadi program oriented. Sistem pembiayaan operasional sekolah dilakukan sistem block grant. Sekolah mengajukan program-program pendidikan ke pemerintah lalu melalui suatu mekanisme tertentu pemerintah membiayai program-program yang diusulkan sekolah. Sekolah-sekolah berkompetisi untuk membuat program-program unggulan dalam rangka meningkatkan produktivitasnya.
            Dalam proses pengelolaan sekolah, semua potensi yang dimiliki sekolah diberdayakan secara optimal. Hal ini memerlukan tingkat pengelolaan yang intens (albers,1994). Peran supervisor sebagai konduktor pengelolaan menduduki peran penting. Ia harus mampu meraih semua personal yang terlibat langsung maupun tidak langsung dengan proses pendidikan ikut terlibat dalam proses pengelolaan pendidikan. Kaitannya dengan SBM, supervisor harus mengupayakan kondisi sekolah berkinerja tinggi dengan tingkat perlibatan semua unsur terkait (masyarakat, stake holder, dan pihak sekolah) secara optimal. Dalam hal ini, peran supervisor adalah sebagai katalisator  dan fasilitator pemberdayaan sekolah sebagai pusat pembuatan keputusan pendidikan. Ia hanya memberikan layanan bimbingan dan pencipta lingkunga yang dibutuhkan untuk kesuksesan SBM, yang menjadi aktor utama adalah kepala sekolah. Ia diharapkan mampu mendorong warga sekolah dan stakeholder untuk mandiri,merancang, dan mengelola kebutuhannya sendirisecara sistematis dan rasional.
            Qualitiy Assurance proses pelayanan pendidikan merupakan tanggung jawab seorang supervisor. Supervisi yang dilakukan harus mampu menjaga kualitas program yang diusulkan sekolah relevan dengan tujuan pendidikan nasional, rasional dan mendidik.  Selain mengawasi implementasi kebijakan-kebijakan yang diturunkan dan pusat, seorang supervisor harus menjaga relevansi operasionalisasi kurikulum di lapangan, mengawasi pengelolaan sumber-sumber daya dan proses kerjasama sekolah.
            Ada beberapa sumber penting yang bisa digunakan oleh para pengelola yang seharusnya diperhatikan oleh supervisi dalam menerapkan pendekatan MBS, yaitu:
1.    Kekuasaan
2.    Informasi
3.    Pengetahuan dan keterampilan
4.    Imbalan
(Diadopsi dari Albers, 1994)
Dengan bekal informasi, pengetahuan dan keterampilan, kekuasaan, dan kemampuan memotivasi, seorang supervisor diharapkan mampu mendorong tingkat pelibatan personal/pihak yang terkait dengan sekolah dalam penyelenggaraan manajemen sekolah (Albers, 1994). Seorang supervisor harus mampu mendedahkan informasi lingkungan organisasi. Strategi pencapaian tujuan manajemen pendidikan yang diterapkan, cara, dan sistem kerja, prasyarat performansi kepada pihak-pihak lain secara proporsional dan komprehensif. Dengan jelasnya informasi, pihak tersebut akan ikut tergerak andil dan efektif dalam pencapaian tujuan.
Sesuai dengan tugasnya sebagai Pembina, pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki supervisor hendaknya ditularkan. Efektivitas keterlibatan personel dalam mencapai tujuan dipengaruhi oleh kualitas keterampilan  dan pengetahuan yang dimiliki. Keterlibatan stakeholder, pihak sekolah, dan masyarakat bisa dilakukan dan ditingkatkan dengan mengandalkan kekuasaan dan kemampuan memotivasi yang dimiliki supervisor. Kedua hal tersebut merupakan salah satu factor “pemaksa’ keterlibatan flap komponen.
Ditinjau dalam pendekatan sekolah efektif (effective school approach), seorang supervisor harus mapu mengoptimalkan peran kepemimpinan yang terbesar di dalam hierarkhis sekolah. Peran kepemimpinan sangat berpengaruh terhadap efektivitas pencapaian tujuan manajemen pendidikan. Sebagai konduktor, motivator, dan koordinator, pemimpin sekolah perlu memiliki peran kepemimpinan yang jelas. Selain itu, supervisor harus mampu mendorong harapan kinerja siswa menjdai lebih tinggi. Upaya peningkatan kinerja siswa harus dirancang dan difasilitasi oleh supervisor. Dengan menetapkan standar yang jelas, mengidentifikasi sarana/prasarana yang tepat upaya tersebut bisa efektif dicapai.
Pembinaan kemampuan dasar proses pendidikan dan pengendalian iklim kelembagaan harus merupakan prioritas supervisi. Bagaimanapun, tuntutan profesionalisme guru terus dinamis. Dalam hal ini, supervisor harus terus mengupayakan agar tingkat profesionalitas guru selalu up to date. Upaya yang dilakukannya adalah dengan membina basic skill khususnya guru dan menciptakan Iklim yang kondusif bagi efektivitas pencapaian tujuan. Proses supervisiklinis yang dilakukan adalah salah satu upaya peningkatan kemampuan dasar guru berkaitan dengan kompetensi mengajarnya. Dalam hal ini, seorang supervisor haruslah seorang individu yang mengetahui betul aspek-aspek didaktik metodik, yang nota bene merupakan prasyarat utama tugas guru. Bagaimana seorang supervisor melakukan proses supervisi humanis mengindikasikan proses pengelolaan iklim agar mendukung efektivitas pencapaian tujuan pendidikan.
Masih kaitannya dengan SBM, seorang supervisor harus mampu mendistribusikan sumber-sumber daya yang diperlukan dalam proses pengelolaan secara adil dan merata selain ke sekolah juga ke wilayah dimana sekolah itu berada. Hal ini dilakukan untuk membangun suatu citra yang sama tentang bentuk dan proses pelayanan pendidikan di pihak sekolah dan masyarakat.
Dalam konsep SBM, sumber-sumber daya yang mendukung efektivitas implementasi SBM perlu supervisor petakan secara adil di pihak sekolah dan pemerintah daerah/masyarakat sekitar. Pihak sekolah dan masyarakat/Pemda harus sama-sama memiliki kekuasaan atas pencapaian tujuan pendidikan yang seimbang dan proporsional, tidak ada yang saling menguasai. Bagaimana sekolah dan masyarakat/Pemda memiliki kekussaan yang sama atas perencanaan aktivitas pendidikan yang dilakukan, pengawasan proses, dan pengembangan kelembagaan. Dalam struktur kerja, mereka duduk satu meja,berhubungan dengan partner kerja. Dalam konteks ini, supervisor juga harus menumbuhkembangkan suasana demokratisasi diantara pemerintah dan sekolah. Supervisor harus mampu mendelegasikan kekuasaan dan kewenangannya secara lengkap dan benar kepada masing-masing pihak untuk mampu membuat keputusan yang berkaitan dengan operasionalisasi pendidikan.
Bila informasi yang dimiliki keduanya sama, persepsi tentang tujuan penyelenggaraan juga akan sama dan sebangun. Hal ini akan mengimbas terhadap efektivitas pengelolaan. Miskomunikasi anatara penterjemah suatu peraturan perundangan yang mengatur pendidikan atau kebijakan lainnya tidak akan terjadi lagi,jika supervisor dapat mampu mengakomodir dan mendedahkan informasi secara adil.
Untuk menjamin kesuksesan implementasi SBM, supervisor harus mampu menciptakan suatu kondisi dimana masing-masing pihak memiliki pengetahuan dan keterampilan yang relevan serta proporsional sesuai dengan tugas dan fungsinya. Hindarkan suatu kondisi yang tidak harmonis yang disebabkan karena ada salah satu pihak yang merasa lebih kompeten, lebih tahu dan menganggap pihak lain lebih tidak memahami permasalahan. Dalam kondisi seperti ini, peran supervisor sebagai pembina kemampuan profesional sangat diperlukan. Bagaimana ia mampu memfasilitasi para stakeholder dan sekolah dengan ragam pengetahuan dan keterampilan yang tepat.
Dengan itu, jalinan keterlibatan masyarakat/Pemda dalam proses pengelolaan pendidikan akan bersinergi dengan proses pengelolaan pendidikan yang dilakukan sekolah. Mereka akan sama-sama akan merasa memiliki sekolah, merasa bertanggung jawab, saling mengisi dalam mengelola sekolah.
K. PERAN SUPERVISI DALAM EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN
Efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pendidikan bisa diketahui, diperbaiki, dan dikembangkan apabila sebelum dilakukan evaluasi. Guthrie dan Reed (1991:267) menterjemahkan evaluasi sebagai suatu upaya penilaian sistematis pengaruh suatu usaha. Dalam perbaikan dan peningkatan, evaluasi merupakan pintu masuk pertama yang harus dilalui, tanpa itu, mustahil perbaikan dan peningkatan bisa dilakukan. Demikian halnya dalam dunia pendidikan, tercapai atau tidaknya program pendidikan yang diselenggarakan akan bisa diketahui jika dilakukan evaluasi. Hasilnya, akan menghasilkan keputusan perbaikan dan peningkatan kualitas hasil program pendidikan yang dilaksanakan.
Sesuai dengan fungsinya, evaluasi pada proses supervisi meliputi penelitian, penelitian perbaikan dan peningkatan (Ametembun,1981:25) atas upaya pendidikan yang dilaksanakan. Hasil evaluasi akan menunjukkan efektif atau efisiensinya suatu program pendidikan.
Tujuan pendidikan beserta kebijakan-kebijakan penyertanya merupakan acuan dari proses evaluasi yang dilaksanakan. Dalam hal ini, kegiatan supervisi akan melakukan pengamatan terhadap aktivitas yang telah, sedang, dan akan dilaksanakan dan dikomparasikan dengan tujuan yang telah ditetapkan. Proses supervisi merupakan suatu siklus evaluasi. Dalam siklusnya Guthrie & Reed (1991;259), planning-bud-geting-evaluation cycle memperlihatkan keterkaitan amatan proses penyelenggaraan program pendidikan dalam situasi sebelum, sedang dan telah dilaksanakan.
            Dampak evaluasi akan berpengaruh pada perencanaan dan pelaksanaan. Proses itu terus berlangsung secara silkuler. Dalam hal ini, upaya menjamin tujuan tercapai secara efektif dan efisien dilakukan dengan melakukan evaluasi di tataran konseptual (perencanaan) dan praktis (pelaksanaan). Supervisi yang dilakukan tidak hanya untuk mengetahui produk akhir proses penyelenggaraan pendidikan, bagaimanapun, produk itu hanya salah satu bagian terkecil dari proses keseluruhan. Dalam kajian Total Quality Management  (Manajemen Mutu Terpadu), proses evaluasi selayaknya dilakukan pada komponen input, proses transformasi, lingkungan, dan output.  Jika inputnya, lingkungan, dan proses transformasinya terawasi serta terjamin maka dengan sendirinya output yang dihasilkan juga akan baik.
            Dalam melakukan tugas, seorang supervisor melakukan dua macam evaluasi, formatif dan sumatif. Bentuk evaluasi formatif ditandai dengan adanya kegiatan evaluasi yang dilakukan supervisor untuk melihat susutainaditas suatu rangkaian kegiatan dengan kegiatan sebelum dan sesudahnya dan tingkat tercapaiannya, apakah sudah mengacu ke tujuan utama? Dalam kegiatan sumatif, supervisor melakukan evaluasi global kegiatan, tidak sekuensial. Semua segmen kegiatan dievaluasi di akhir kegiatan.
            Dalam aktivitas mengevaluasi, ada tiga kegiatan yang biasanya dilakukan supervisor yaitu:
1.    Identifikasi tujuan evaluasi
2.    Penyusunan desain dan metodologi evaluasi
3.    Pengukuran
Suharsimi Arikunto mengidentikkan kegiatan evaluasi program yang dilaksanakan supervisor ini dengan kegiatan penelitian (2000). Proses evaluasi merupakan upaya mencari fakta dan kebenaran, dalam pelaksanaannya harus obyektif dan rasional, prinsip metoda ilmiah harus diterapkan.
Dalam melakukan evaluasi, supervisor tidak hanya sebagai evaluator program, yang hanya memeberikan rekomendasi kepada policy maker  untuk membuat suatu keputusan, ia juga berperan sebagai pembuat keputusan dan pelaksana putusan. Jadi dalam hal ini ia berperan ganda, sebagi evaluator dan pembuat keputusan. Ia harus bertanggung jawab terhadap kontinyuitas program yang berlangsung dan juga mutu produknya.
Biasanya, proses evaluasi didahului dengan pengamatan. Ada beberapa teknik evaluasi program yang biasanya dipakai oleh supervisor dalam rangka mencari bahan mentah untuk tindak lanjut, yaitu:
1.    Test
2.    Observasi
3.    Laporan diri
4.    Evaluasi diri
5.    Teman sejawat
Dalam rangka mencari fakta, yang diterbitkan berupa laporan rutin. Laporan rutin ini akan mendeskripsikan segala sesuatu yang berkaitan dengan sekolah, misalnya:
1.     Informasi sekolah, berisi nama sekolah, lokasi, enrollment, banyaknya kelas, ukuran fisik, kondisi dan lain-lain;
2.    Informasi staf, berisi data-data yang ebrkaitan dengan staf, berupa jumlah, kondisi, umur, latar belakang pendidikan dan lain-lain;
3.    Dan lain sebagainya.
Dari laporan tersebut supervisor akan mendapatkan gambaran yang jelas mengenai “medan” sekolah yang sebenarnya. Dari titik awal tersebut ia akan merancang suatu “treatment” baik yang bersifat korektif, antisipatif maupun yang bersifat strategis.
Ada beberapa prinsip yang harus dipegang teguh oleh supervisor dalam melaksanakan proses evaluasi, yaitu:
1.    Komprehensif, evaluasi harus dilakukan secara menyeluruh. Semua variabel kegiatan yang terkait harus dijabarkan secara jelas. Diharapkan data yang diperoleh lengkap dan akan mempengaruhi hasil perbaikan dan peningkatan yang akan dilaksanakan.
2.    Kooperatif, Untuk mendapat informasi yang lengkap diperlukan kerja sama antara subjek evaluasi dan objek evaluasi. Namun kegiatan ini bukanlah suatu kolusi. Maksud kooperatif yaitu adanya kesepakatan diantara kedua belah pihak betapa pentingnya proses evaluasi sehingga akan memberikan informasi  yang lengkap.
3.    Kontinyu dan relevan dengan kurikulum, evaluasi hendaknya dilakukan secara terus-menerus, membidik semua tahapan kegiatan, dan saling sambung-sinambung. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kualitas proses pencapaian tujuan pendidikan senantias diupayakan dalam kondisi prima dan berkualitas.
4.    Objektif, Evaluator diharapkan menanggalkan semua hal yang berkaitan dengan subjektivitas. Tidak terpengaruh dengan hal-hal yang bisa mengkaburkan pengukuran dan penilaian. Ini akn mempengaruhi kualitas hasil proses pendidikan yang dilaksanakan.
5.    Humanis, untuk mandapatkan data yang akurat, lengkap dan objektif, proses evaluasi yang dilakukan supervisor harus mengedepankan dimensi-dimensi kemanusiaan. Perlakukan subjek yang diteliti secara manusiawi, hargai sebagai individu, hargai mereka sebagai sesama pengabdi.Proses evaluasi yang humanis akan menguak semua tabir yang nberkaitan dengan operasionalisasi pencapaian tujuan pendidikan.
6.    Aman, proses evaluasi yang dilaksanakan hendaknya menjaga privasi individu, jangan menebar ketakutan-ketakutan diantara objek yang kita supervisi. Semua data-data yang sifatnya rahasia dan menyangkut prinadi jangan dieksplor ke khalayak, ini akn berdampak buruk bagi kinerja dan akan menurunkan produktifitas lembaga.
Aspek-aspek yang dievaluasi oleh seorang supervisor meliputi tiga hal, yaitu:
1.    Personel;
2.    Material; dan
3.    Operasional.
Aspek personel yang dievaluasi mengacu kepada kemampuan profesional, dimensi sosial, dan individual. Ketiga hal tersebut merupakan unsur pokok dalam produktivitas personel. Bagaimanapun, kemampuan profesi, interaksi sosial, dan kualitas pribadi akan menetukan baik buruknya kinerja seorang guru. Untuk itu, proses evaluasi menekankan pada ketiga unsur pokok tersebut.
Aspek material berkaitan dengan evaluasi substansi bahan ajar dan variabel pendukungnya, misalnya alat-alat pendidikan. Bagaimana seorang guru mampu menyiapkan bahan ajar, mengidentifikasi alat pendidikan yang diperlukan, serta penggunaannya adalah substansi dan evaluasi pada aspek material.
Untuk aspek Operasional, hal ini berkaitan dengan implementasi proses belajar mengajar di kelas. Supervisor menilai dan menindaklanjuti kegiatan belajar mengajar yang diselenggarakan guru. Bagaimana meningkatkan kemampuan didaktik metodik adalah salah satu tujuan dan evaluasi aspek operasional. Bagaiman cara memperbaiki iklim, motivasi, evaluasi hasil, dan banyak lagi.


           
           
           

     

       















BAB III
PENUTUP


A. KESIMPULAN
1.  Supervisi bertujuan meningkatkan kualitas kualitas dan kinerja. Dengan bimbingan dan bantuan , kualitas profesional guru dan lembaga akan senantiasa dijaga dan ditingkatkan, mengembangkan situasa belajar mengajar yang lebih baik melalui pembinaan dan peningkatan profesi belajar. Sedangkan prinsip – prinsip supervise yaitu ilmiah (scientific), demokratis, kooperatif, konstruktif dan kreatif, terbuka, serta komprehensif.
2.  Supervisi terjadi disemua level pendidikan, ditingkat pusat, regional(wilayah) , sampai dengan unit satuan terkecil.
3.  Supervisi dilakukan dengan langkah-langkah pertemuan pendahuluan, perencanaan oleh guru dan supervisor, pelaksanaan latihan mengajar dan observasi, mengadakan analisis data, serta diskusi memberikan umpan balik.
4.  Supervisi yang dilakukan harus mampu menjaga kualitas program yang diusulkan sekolah relevan dengan tujuan pendidikan nasional, rasional dan mendidik.

0 Komentar untuk "Apa itu "SUPERVISI PENDIDIKAN"? "

Berkomentarlah dengan baik dan sopan, saya akan berusaha untuk menjawab setiap pertanyaan dan menanggapi setiap komentar yang anda berikan, :)

Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya :)

Back To Top