I. TUJUAN
PERCOBAAN
Tujuan
praktikum ini adalah memilih pelarut yang sesuai untuk rekristalisasi,
menjernihkan dan menghilangkan warna larutan, memisahkan dan memurnikan
campuran dengan rekristalisasi.
II. TINJAUAN
PUSTAKA
Suatu zat yang tampil sebagai zat
padat, tetapi tidak mempunyai struktur kristal yang berkembangbiak disebut
amorf (tanpa bentuk). Ter dan kaca merupakan zat padat semacam itu. Tak seperti
zat pada kristal, zat amorf tidak mempunyai titik-titik leleh tertentu yang
tepat. Sebaliknya zat amorf melunak secara bertahap bila dipanasi dan meleleh
dalam suatu jangka temperatur .Kristal adalah benda padat yang mempunyai
permukaan-permukaan datar. Karena banyak zat padat seperti garam, kuarsa, dan
salju ada dalam bentuk-bentuk yang jelas simetris, telah lama para ilmuwan
menduga bahwa atom, ion ataupun molekul zat padat ini juga tersusun secara simetris (Keenan, 1991).
menduga bahwa atom, ion ataupun molekul zat padat ini juga tersusun secara simetris (Keenan, 1991).
Zat padat umumnya mempunyai titik lebur yang
tajam (rentangan suhunya kecil), sedangkan zat padat amorf akan melunak dan
kemudian melebur dalam rentangan suhu yang beasr. Partikel zat padat amorf
sulit dipelajari karena tidak teratur. Oleh sebab itu, pembahasan zat padat
hanya membicarakan kristal. Suatu zat mempunyai bentuk kristal tertentu. Dua
zat yang mempunyai struktur kristal yang sama disebut isomorfik (sama bentuk),
contohnya NaF dengan MgO, K2SO4 dengan K2SeO4,
dan Cr2O3 dengan Fe2O3. Zat
isomorfik tidak selalu dapat mengkristal bersama secara homogen. Artinya satu
partikel tidak dapat menggantikan kedudukan partikel lain. Contohnya, Na+
tidak dapat menggantikan K+ dalam KCl, walaupun bentuk kristal NaCl
sama dengan KCl. Suatu zat yang mempunyai dua kristal atau lebih disebut
polimorfik (banyak bentuk), contohnya karbon dan belerang. Karbon mempunyai
struktur grafit dan intan, belerang dapat berstruktur rombohedarl dan monoklin
(Syukri, 1999).
Rekristalisasi merupakan salah satu
cara pemurnian zat padat yang jamak digunakan, dimana zat-zat tersebut atau
zat-zat padat tersebut dilarutkan dalam suatu pelarut kemudian dikristalkan
kembali. Cara ini bergantung pada kelarutan zat dalam pelarut tertentu di kala
suhu diperbesar. Karena konsentrasi total impuriti biasanya lebih kecil dari
konsentrasi zat yang dimurnikan, bila dingin, maka konsentrasi impuriti yang
rendah tetapi dalam larutan sementara produk yang berkonsentrasi tinggi akan
mengendap (Arsyad, 2001).
Kemudahan suatu endapan dapat
disaring dan dicuci tergantung sebagian besar pada struktur morfologi endapan,
yaitu bentuk dan ukuran-ukuran kristalnya. Semakin besar kristal-kristal yang
terbentuk selama berlangsungnya pengendapan, makin mudah mereka dapat disaring
dan mungkin sekali (meski tak harus) makin cepat kristal-kristal itu akan turun
keluar dari larutan, yang lagi-lagi akan membantu penyaringan. Bentuk kristal
juga penting. Struktur yang sederhana seperti kubus, oktahedron, atau
jarum-jarum, sangat menguntungkan, karena mudah dicuci setelah disaring.
Kristal dengan struktur yang lebih kompleks, yang mengandung lekuk-lekuk dan
lubang-lubang, akan menahan cairan induk (mother liquid), bahkan setelah dicuci
dengan seksama. Dengan endapan yang terdiri dari kristal-kristal demikian,
pemisahan kuantitatif lebih kecil kemungkinannya bisa tercapai (Svehla, 1979).
Ukuran kristal yang terbentuk selama
pengendapan, tergantung pada dua faktor penting yaitu laju pembentukan inti
(nukleasi) dan laju pertumbuhan kristal. Jika laju pembentukan inti tinggi,
banyak sekali kristal akan terbentuk, tetapi tak satupun dari ini akan tumbuh
menjadi terlalu besar, jadi terbentuk endapan yang terdiri dari
partikel-partikel kecil. Laju pembentukan inti tergantung pada derajat lewat
jenuh dari larutan. Makin tinggi derajat lewat jenuh, makin besarlah
kemungkinan untuk membentuk inti baru, jadi makin besarlah laju pembentukan
inti. Laju pertumbuhan kristal merupakan faktor lain yang mempengaruhi ukuran
kristal yang terbentuk selama pengendapan berlangsung. Jika laju ini tinggi,
kristal-kristal yang besar akan terbentuk yang dipengaruhi oleh derajat lewat
jenuh (Svehla, 1979).
Garam dapur atau natrium klorida
atau NaCl. Zat padat berwarna putih yang dapat diperoleh dengan menguapkan dan
memurnikan air laut. Juga dapat dengan netralisasi HCl dengan NaOH berair. NaCL
nyaris tak dapat larut dalam alkohol, tetapi larut dalam air sambil menyedot
panas, perubahan kelarutannya sangat kecil dengan suhu. Garam normal; suatu
garam yang tak mengandung hidrogen atau gugus hidroksida yang dapat digusur.
Larutan-larutan berair dari garam normal tidak selalu netral terhadap indikator
semisal lakmus. Garam rangkap; garam yang terbentuk lewat kristalisasi dari
larutan campuran sejumlah ekivalen dua atau lebih garam tertentu. Misalnya:
FeSO4(NH4)2SO4.6H2O dan
K2SO4Al2(SO4)3.24H2O.
Dalam larutan, garam ini merupakan campuran rupa-rupa ion sederhana yang akan
mengion jika dilarutkan lagi. Jadi, jelas berbeda dengan garam kompleks yang
menghasilkan ion-ion kompleks dalam larutan (Arsyad, 2001).
III. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
Alat-alat yang
digunakan pada percobaan ini adalah erlenmeyer, gelas kimia, pengaduk, pipet,
pembakar Bunsen yang dilengkapi dengan kasa asbes, corong kaca, kertas saring,
penjepit, corong Buchner, kaca arloji, tabung kapiler, alat penentuan titik
leleh, tabung reaksi.
B. Bahan
Bahan-bahan
yang diperlukan pada percobaan ini adalah asam benzoat, n-heksana, kloroform,
toluena, methanol, karbon/norit, sikloheksana, es, aquades.
3.Titik Leleh
Yang
dimaksud titik leleh suatu senyawa ialah suhu dimana senyawa tersebutmulai
meleleh. Senyawa – senyawa murni suhunya hampir tetap selama melelehatau
disebut juga mempunyai titik leleh yang tajam, misalnya 125,5° - 126° atau180°
- 181°, sedangkan untuk cuplikan yang sama tetapi tidak murni akan
meleleh pada interval suhu yang lebar, missal 123° – 126° atau 176° –
180°. Pengotoranyang menyebabkan penurunan titik leleh ini mungkin sekali suatu
bahan berbentuk resin yang tidak diidentifikasi atau senyawa lain yang
mempunyai titik leleh lebih rendah atau lebih tinggi dari senyawa
utamanya. Bila suatu senyawa Ayang murni meleleh pada suhu 150° – 151° dan
senyawa B murni meleleh padasuhu 120° – 121°, maka bila senyawa A ditambah
senyawa B, campuran ini akanmeleleh secara tidak tajam pada daerah suhu di
bawah 150°. Sebaliknya bilasenyawa B ditambah sedikit senyawa A, campuran ini
akan meleleh di atas suhu120°.Kriteria kemurnian suatu zat adalah titik
lelehnya yang tajam, disamping itu jika kita mempunyai senyawa – senyawa
baku, maka ditentukan denganmenentukan titik leleh campuran. Mula – mula
senyawa baku ditentukan titik lelehnya kemudian senyawa yang tidak
diketahui dicampur dengan senyawa baku,lalu titik lelehnya ditentukan lagi.
Bila titik leleh campuran sama dengan titik leleh senyawa baku, berarti
senyawa yang tak diketahui itu sama dengan senyawatersebut.
Alat penentu
titik leleh ada beberapa macam mulai yang manual hinggadigital seperti thiele,
Fisher John Melting point apparatus, blok logam atau dengansystem digital.3.ALAT dan BAHANALAT1.Erlenmeyer 2.Spatula3.Corong
Buchner 4.Pipet tetes5.Kompor listrik 6.Termometer 7.Melting block 8.Pipa kapiler 9.Lumpang + alu10.Kaca arlojiBAHAN1.Asam salisilat2.Asam asetat glacial3.Asam sulfat pekat4.Etanol 96 %5.Larutan FeCl
3
6.Aquades
Tag :
Pengetahuan Kimia,
Praktikum Kimia
0 Komentar untuk "REKRISTALISASI & TITIK LELEH"
Berkomentarlah dengan baik dan sopan, saya akan berusaha untuk menjawab setiap pertanyaan dan menanggapi setiap komentar yang anda berikan, :)
Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya :)