Kecenderungan dalam satu group semakim ukurannya bertambah maka akan memperlemah ikatan, sehingga energi ikat turun.
C-C
Si-Si energi ikat naik
Ge-Ge
Sn-Sn
Sedangkan kecenderungan dalam satu periode adalah semakin ke kanan karena faktor tolakan pasangan elektron bebas, energi ikat turun.
C-C N-N O-O
Energi ikat turun, panjang ikatan naik
Pada ikatan rangkap, ikatan terdiri dari satu ikatan s dan satu atau dua ikatan p. Energi ikat ikatan rangkap tergantung pada order ikatan, ukuran molekul, dan terdapatnya pasangan elektron bebas. Energi ikat dari ikatan rangkap merupakan hasil kontribusi dari ikatan s dan ikatan p. Pengaruh orde ikatan (B.O = bond order) pada energi ikat dapat dilihat pada spsies O2+, O2, O2-, dan O22-
Spesies | Bond order | d, pm | D, kJ/mol |
O2+ | 2,5 | 112 | - |
O2 | 2,0 | 121 | 494 |
O2- | 1,5 | 126 | 393 |
O22- | 1,0 | 149 | - |
Orde ikatan (B.O.) dihitung dari rata rata jumlah elektron yang ada pada orbital bonding dan jumlah elektron yang ada pada orbital non bonding.
Pada O2 estimasi kontribusi dari ikatan s dan ikatan p dapat dihitung dari persamaan:
Es = Es (ds / dm)
Es adalah energi dari kontribusi ikatan s, Es adalah energi ikatan tunggal, ds adalah panjang ikatan tunggal , sedangkan dm adalah panjang ikatan rangkap.
Es akan berharga maksimum jika tidak terdapat pasangan elektron bebas (group 14). Sedangkan jika terdapat pasangan elektron bebas (group 15, dan 16) akibat adanya tolakan pasangan elektron, harga Es menjadi tidak maksimal.
Energi ikat heteroatom
Dengan menggunakan pendekatan yang dikemukakan oleh Pauling pada pembentukan senyawa X-Z dari unsur X dan Z, energi ikat X-Z, E(X-Z), harus memenuhi dua ketentuan yaitu:
(1). E(X-Z) > [E(X-X) . E(Z-Z)]1/2, dan
(2). E(X-Z) > [E(X-X) + E(Z-Z)]/2
[E(X-X) . E(Z-Z)]1/2 disebut sebagai rerata geometri sedangkan dan [E(X-X) + E(Z-Z)]/2 disebut rerata aritmetika. Mengapa E(X-Z) harus mengikuti dua persamaan tersebut karena struktur resonansi ionik juga memberikan kontribusi pada energi ikat heteroatom. Energi resonansi ionik, D, adalah sebesar:
D = E(X-Z) - [E(X-X) . E(Z-Z)]1/2 atau
D = E(X-Z) - [E(X-X) + E(Z-Z)] / 2
sehingga energi ikat heteroatom adalah
E(X-Z) = D + [E(X-X) . E(Z-Z)]1/2 atau
E(X-Z) = D + [E(X-X) + E(Z-Z)] / 2
D1/2 akan berharga sama dengan Dc yaitu perbedaan elektronegatifitas antara X dan Z.
Perbedaan elektronegatifitas yang rendah antara X dan Z menghasilkan muatan parsial yang rendah, atau polaritasnya rendah. Jika perbedaan elektronegatifitas X dan Z besar maka ikatan X dan Z terpolarisasi. Semakin besar muatan parsial pada X dan Z maka karakter ionik akan semakin tinggi, tambahan energi dari kontribusi resonansi ionik akan besar.
Salah satu metode estimasi karakter ionik adalah dengan menggunakan pendekatan persamaan elektronegatifitas:
c = a + 2bq
Asumsi yang digunakan adalah pada ikatan kovalen murni, distribusi muatan terjadi sedemikian hingga ikatan antar atom memiliki c sama. Misalnya untuk senyawa X-Z, maka:
c(X) = c(Z)
a(X) + 2b(X).q(X) = a(Z) + 2b(Z).q(Z)
q(X) = q(Z)
maka:
a(X) + 2b(X).q(Z) = a(Z) + 2b(Z).q(Z)
q(Z) = [a(X) –a(Z)] / 2[b(X) + b(Z)]
a adalah elektronegatifitas nominal dari orbital, sedangkan b adalah konstanta yang mencerminkan kemampuan orbital tersebut untuk mengakomodasi penambahan densitas elektron. Contoh:
Atom | a | B |
K | 2,42 | 1,92 |
Br | 7,59 | 4,22 |
Muatan parsial K :
q(K) = [7,59-2,42] / [2(4,22 + 1,92)] = +0,421
Distribusi muatan parsial KBr adalan K +0,421 Br-0,421
Karakter ionik KBr = 42,1%
Karakter kovalen KBr = 57,9%
Faktor- faktor yang mempengaruhi energi ikat heteroatom
Faktor- faktor yang mempengaruhi energi ikat heteroatom adalah:
1. Energi ikat M-X rata rata pada molekul MXn turun dengan naiknya n
Hal ini disebabkan oleh kombinasi faktor sterik dan faktor hibridisasi.
Senyawa | E(Cl-F), kJ/mol |
ClF | 251 |
ClF2 | 174 |
ClF3 | 152 |
2. Ukuran molekul
E(H2O) > E(H2S) > E(H2Se) > E(H2Te)
3. Tolakan pasangan elektron; tolakan pasangan elektron dapat menyebabkan destabilisasi ikatan heteroatom.
4. Efek resonansi ionik
Senyawa | D, kJ/mol |
F2 | 154 |
Cl2 | 240 |
ClF | 251 |
Jika dilihat dari energi disosiasi, menurut pauling rata rata geometri dari energi ikat Cl-Cl dan F-F adalah :
(154 x 240 )1/2 = 192 kJ/mol
namun fakta dari energi ikat ClF > 192 kJ/mol ( ada tambahan sekitar 30%). Perbedaan sebesar (251-192) kJ/mol merupakan tambahan energi dari efek resonansi ionik. Energi ikat yang sesungguhnya merupakan energi total dari kontribusi ikatan kovalen dan ikatan ionik.
Hubungan antara panjang ikatan, bond order dan energi ikat
Overlaping orbital yang maksimum akan menghasilkan kekuatan ikatan yang besar, yang dicerminkan dari energi ikat yang tinggi. Semakin overlapping orbital efektif maka panjang ikatan akan menurun, bond order meningkat dan energi ikat juga meningkat. Contoh yang paling sederhana dapat ditunjukkan dengan diagram orbital molekul dari H2, dan H2+.
Menurut teori orbital molekul, H2 distabilkan oleh orbital ss yang terisi satu pasang elektron. Besarnya B.O adalah (2-0)/2 = 1 dan energi ikatnya sebesar 432 kJ/mol Sedangkan H2+ , pada orbital ss hanya ada 1 elektron, sehingga B.O = (1-0)/2 = 1/2 dan energi ikatnya menjadi 255 kJ/mol. Secara teori jika tidak terdapat energi tolakan pasangan elektron energi ikat pada H2+ hanya sebesar 432/2 = 216 kJ/mol. Sehingga tambahan energi dari tolakan pasangan elektron sebesar (255–216) kJ/mol. Panjang ikatan H-H pada H2 sebesar 74,1 pm sedangkan panjang ikatan H-H pada H2+ sebesar 106 pm.
0 Komentar untuk "Termokimia Energi ikat"
Berkomentarlah dengan baik dan sopan, saya akan berusaha untuk menjawab setiap pertanyaan dan menanggapi setiap komentar yang anda berikan, :)
Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya :)