Penggunaan buku petunjuk praktikum sangat besar peranannya dalam proses pembelajaran kimia, sehingga seolah-olah buku ini menjadi “buku sakti” ketika seorang guru akan melaksanakan praktikum di laboratorium. Hal ini dapat dibenarkan, apabila buku petunjuk praktikum itu berisi percobaan-percobaan yang mudah dilakukan, tidak beresiko tinggi (tidak membahayakan peserta didik), alat dan bahannya mudah didapat dan disediakan, termasuk harganya terjangkau. Dengan kata lain, buku petunjuk praktikum yang baik haruslah memenuhi syarat didaktik, konstruksi, dan teknis.
Bila dilihat dari buku petunjuk praktikum yang sudah ada di lapangan, nampaknya tidak semua materi pokok yang ada dalam kurikulum mata pelajaran kimia terwakili oleh suatu topik percobaan. Ironisnya, sebagian besar buku petunjuk praktikum yang beredar di pasaran isinya sama, tidak ada yang memiliki kelebihan, misalnya menyajikan topik percobaan yang berbeda dan baru/aktual. Meskipun semua percobaan bertujuan mengaktifkan peserta didik, namun akan lebih menarik minat belajar peserta didik bila buku petunjuk praktikum berisikan aktivitas percobaan sederhana yang menarik dengan bahan dan alat yang digunakan dapat diperoleh di lingkungan sekitar, sehingga peserta didik dapat mencobanya di rumah.
Untuk memunculkan percobaan yang demikian, guru kimia dituntut mampu menciptakan atau mengonstruksi percobaan sendiri melalui kaji pustaka dari berbagai sumber, seperti buku petunjuk praktikum dari negara lain, atau memunculkan ide praktikum berdasarkan kreativitas sendiri. Hal ini hanya dapat dilakukan jika guru memiliki minat, kemauan, dan kemampuan serta bermodalkan peka terhadap fenomena di sekitar, kritis dan kreatif. Kreativitas menciptakan praktikum sederhana dapat dilakukan guru, jika konsep dasar kimia dikuasai guru dengan baik. Dengan modal ini, guru mampu berpikir bagaimana suatu alat dan bahan di lab dapat digantikan dengan alat dan bahan yang ada dalam kehidupan sehari-hari.
Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan guru jika akan mencoba menciptakan percobaan sederhana berbasis lingkungan yang nantinya dapat dipraktikkan bersama dengan peserta didik di lab maupun di rumah, yaitu:
1. Pelajari secara mendalam materi ajar tersebut, lalu coba cari hubungan setiap konsep yang ada dengan fenomena yang ada dalam kehidupan sehari-hari.
2. Setelah kita dapat menemukan suatu fenomena, cobalah berpikir bagaimana mengang-kat fenomena tersebut menjadi suatu rancangan percobaan sederhana.
3. Buatlah langkah-langkah pengujian / pembuktiannya.
4. Ujicobalah sesuai dengan rancangan yang kita buat.
5. Tulis rancangan kita dengan format urutan sederhana yang terdiri dari : judul, tujuan percobaan, dasar teori, bahan dan alat, cara kerja, tabel dasar (untuk menuliskan data yang harus dikumpulkan), kesimpulan, daftar pustaka.
Untuk dapat menemukan fenomena yang berkaitan dengan materi ajar mungkin dirasa sulit oleh guru, namun sebenarnya semakin banyak guru membaca buku dan membuka internet, semakin besar kepekaan guru terhadap fenomena alam di sekitarnya.
PENUTUP
Dengan jumlah SMA/MA yang demikian besar, tugas Pemerintah untuk memberi-kan pendidikan dan menyediakan sarana prasarana sekolah yang lengkap menjadi sangat berat. Dalam kondisi yang demikian, maka sudah sewajarnya kita tidak berpikir untuk selalu mengharap uluran tangan dari Pemerintah bila ingin memajukan anak didik kita, tetapi lebih berpikir bagaimana dengan kondisi yang serba sederhana dan cenderung terbatas sarana prasarana ini kita dapat menyikapi dengan bijak. Peran aktif guru memang sangat diharapkan dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (1995). Spiel das wisen schafft. Bergembira dengan sains. Terjemahan : Hardjapamekas, Djajang, M. P. Bandung : Titian Ilmu.
Amy J. Phelps & Cherin Lee. (2003). The power of practice : what students learn from how we teach. Journal of Chemical Education, 80 (7), 829 – 832.
Aldrin E. Sweeney & Jeffrey A. Paradis. (2003). Addressing the professional preparation of future science teachers to teach hands – on science : a pilot study of a laboratory model. 80 (2), 171 – 173.
Brandt, Ronald. (1993). What do you mean professional. Educational Leadership. Nomor 6 50, March.
Carolin R. M (2005). “Best Practices” in teaching and learning : Challenging current paradigms and redefining their role in education. The College Quarterly. 8 (3), 1-7
Depdiknas. (2003). Standar kompetensi mata pelajaran sains. Jakarta : Depdiknas.
Janice Pratt VanCleave. (1991). Gembira bermain dengan ilmu kmia : 101 Percobaan yang Pasti Berhasil. Jakarta : Temprint.
Janice Pratt VanCleave. (2003). Percobaan-percobaan yang menakjubkan. Bandung : Pakar Raya.
J. Bassett. (1978). Vogel’s Textbook of Quantitative Inorganic Analysis. Great Britain : Longman Group.
John W. Hansen & Gerald G. L.. (2004). Developing technology teachers : questioning the industrial tool use model. Journal of Technology Education. 15 (2), 20 – 32.
Mel Silberman. (2002). Active learning : 101 Strategi pembelajaran aktif. Yogyakarta : Yappendis.
Sylvia Kerr & Olaf Runquist. (2005). Are we serious about preparing chemists for the 21st century workplace or are we just teaching chemistry ?. Journal of Chemical Education. 82 (2), 231 – 239.
0 Komentar untuk "KIAT MENCIPTAKAN PRAKTIKUM BERBASIS LINGKUNGAN"
Berkomentarlah dengan baik dan sopan, saya akan berusaha untuk menjawab setiap pertanyaan dan menanggapi setiap komentar yang anda berikan, :)
Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya :)