Berbagai permasalahan di dalam pembinaan olahraga merupakan tantangan besar yang harus dihadapi oleh para pembina olahraga di Indonesia. Sentral permasalahan pembinaan olahraganya sendiri di Indonesia menjadi rancu. Sebagian orang berpendapat bahwa atlet kurang termotivasi untuk berprestasi. Sehingga, berbagai upaya diarahkan untuk meningkatkan motivasi atlet termasuk di dalamnya memberdayakan motivator dengan harapan agar atlet lebih termotivasi untuk berprestasi. Hanya sayangnya sampai saat ini dampak pemberdayaan motivator belum juga dirasakan.
Dari berbagai kondisi yang ada yang memiliki dampak signifikan di dalam
usaha seorang atlet mencapai prestasi puncak, jelaslah bahwa paradigma motivasi
tidak bisa diterapkan secara sepihak, searah dan pada konteks yang sempit
karenanya, paradigma ini harus diubah dengan cara pandang yang berbeda, dan
melalui cara pandang yang berbeda inilah diharapkan akan lebih tampak
aspek-aspek tertentu yang perlu mendapat perhatian dari pihak pembina olahraga
dalam menerapkan program peningkatan motivasi atlet dalam upaya meningkatkan
prestasi mereka di arena kejuaraan nasional maupun internasional. Penampilan
seorang atlet tidak bisa dilepaskan dari daya dorong yang dia miliki.
Sederhananya, semakin besar daya dorong yang dimiliki, maka penampilan akan
semakin optimal, tentu saja jika ditunjang dengan kemampuan teknis dan
kemampuan fisik yang memadai. Daya dorong itulah yang biasa disebut dengan
motivasi. Menurut Hodgetts dan Richard (2002) motif adalah sesuatu yang
berfungsi untuk meningkatkan dan mempertahankan serta menentukan arah dari
perilaku seseorang. Sedang motivasi adalah motif yang tampak dalam perilaku.
Motif lah yang memberi dorongan seseorang dalam melakukan suatu aktivitas.
Hampir semua aktivitas manusia didorong oleh motif-motif tertentu yang bersifat
sangat individualis.
Motif seringkali diartikan dengan istilah dorongan. Dorongan atau tenaga
tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat. Jadi motif tersebut
merupakan suatu driving force yang menggerakkan manusia untuk bertingkah- laku,
dan di dalam perbuatanya itu mempunyai tujuan tertentu.
Setiap tindakan yang dilakukan oleh manusia selalu di mulai dengan
motivasi (niat). menurut Sedangkan. Sedangkan menurut
1.
Rumusan
masalah
a. Apa
yang di maksud dengan motivasi intrinsik ?
b. Bagaimana
penerapanya di bidang olahraga ?
2.
Tujuan
a. Mengetahui
pengertian motivasi intrinsic
b. Mengetahui
penerapan motivasi intrinsic kedalam prestasi olahraga
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Beberapa
pengertian motivasi
dari berbagai tokoh, diantaranya adalah sebagai
berikut:
Ø Wexley
& Yukl (dalam As’ad, 1987) motivasi adalah pemberian atar penimbulan motif,
dapat pula diartikan hal atau keadaan menjadi motif.
Ø Mitchell
(dalam Winardi, 2002) motivasi mewakili proses- proses psikologikal, yang
menyebabkan timbulnya, diarahkanya, dan terjadinya persistensi kegiatan-
kegiatan sukarela (volunter) yang diarahkan ke tujuan tertentu.
Ø Gray
(dalam Winardi, 2002) motivasi merupakan sejumlah proses, yang bersifat
internal, atau eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya
sikap antusiasme dan persistensi, dalam hal melaksanakan kegiatan- kegiatan
tertentu.
Ø David
Krech (1962) Menyatakan bahwa motivasi adalah kesatuan
keingian dan tujuan yang menjadi pendorong untuk bertingkah laku dinyatakan
bahwa studi tentang motivasi adalah studi yang mempelajari dua pertanyaan yang
berbeda atas tingkahlaku individu yakni, mengapa individu memilih tingkahlaku
tertentu dan menolak tingkah laku yang lainnya.
Ø Barelson
dan Steiner dalam O. Koontz (1980) Motivasi adalah kekuatan
dari dalam yang menggerakkan dan mengarahkan atau membawa tinkah laku ke
tujuan. Pada hakikatnya, rumusan ini, bila diteliti dengan cermat, merupakan
terminologi umum yang mencakup arti daya dorong, keinginan, kebutuhan dan
kemauan. Hubungan antara kebutuhan,keinginan dan kepuasan digambarkan sebagai
mata rantai yang disebut Need – want – satisfaction chain.
BAB III
PEMBAHASAN
a. Pengertian
Motovasi Intrinsik
Yang dimaksud dengan motivasi
instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu
dirangsang dari luar,karena dalam diri individu sudah ada dorongan untuk
melakukan sesuatu. yaitu bahwa suatu aktivitas/ kegiatan belajar di mulai dan diteruskan
berdasarkan penghayatan suatu kebutuhan dan dorongan yang secara mutlak
berkaitan dengan aktivitas belajar itu. Motivasi itu instrinsik bila tujuannya
interen dengan situasi belajar dan bertemu dengan kebutuhan dan tujuan anak
didik untuk menguasai nilai-nilai yang terkandung di dalam pelajaran itu. Anak didik
termotivasi untuk belajar semata-mata untuk menguasai nilai- nilai yang
terkandung dalam bahan pelajaran, bukan karena keinginan lain seperti ingin
mendapat pujian, nilai yang tinggi, atau hadiah dan sebagainya.
Bila seseorang telah memiliki
motivasi instrinsik dalam dirinya maka ia secara sadar akan melakukan suatu
kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya. Dalam aktivitas
belajar motivasi instrinsik sangat diperlukan, terutama belajar sendiri.
Seseorang yang tidak memiliki motivasi instrinsik sulit sekali melakukan
aktivitas belajar secara terus-menerus.
Seseorang yang memiliki
motivasi instrinsik selalu ingin maju dalam belajar. Keinginan itu
dilatarbelakangi oleh pemikiran yang positif, bahwa semua mata pelajaran yang
dipelajari sekarang akan dibutuhkan dan sangat berguna di masa mendatang.
b.
Motivasi
Intrinsic Terhadap Prestasi Olahraga
Motivasi intrinsik adalah dorongan
dari dalam yang menyebabkan individu berpartisipasi. Dorongan ini sering
dikatakan dibawa sejak lahir, sehingga tidak dapat dipelajari. Atlet yang punya
motivasi intrinsik akan mengikuti latihan peningkatan kemampuan atau
ketrampilan, atau mengikuti pertandingan, bukan karena situasi buatan (dorongan
dari luar), melainkan karena kepuasan dalam dirinya. Bagi atlit tersebut,
kepuasan diri diperoleh lewat prestasi yang tinggi bukan lewat pemberian
hadiah, pujian atau penghargaan lainnya. Atlit ini biasanya tekun, bekerja
keras, teratur dan disiplin dalam menjalani latihan serta tidak menggantungkan
dirinya pada orang lain.
Pada umumnya kemenangan yang
diperoleh dalam kompetisi merupakan kepuasan dan selalu dievaluasi guna lebih
ditingkatkan, dan kekalahan akan diterima tanpa kekecewaan melainkan akan
menjadi sumber analisa terhadap kekuatan lawan dan kelemahan diri sendiri guna
diperbaiki melalui latihan-latihan yang keras. Biasanya atlit ini mempunyai
kepribadian yang matang, sportif, tekun, percaya diri, disiplin dan kreatif.
Motivasi intrinsik memiliki
faktor-faktor dari dalam doro manusia itu sendiri. Seperti yang di ungkapkan
oleh Abraham H. Maslow pada teori kebutuhan. Teori
motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow pada intinya berkisar pada pendapat
bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu :
1. Kebutuhan fisiologikal
(physiological needs), seperti : rasa lapar, haus, istirahat dan sex;
2. Kebutuhan rasa aman (safety needs),
tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan
intelektual;
3. Kebutuhan akan kasih sayang (love
needs);
4. Kebutuhan akan harga diri (esteem
needs), yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status; dan
5. Aktualisasi diri (self
actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk
mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi
kemampuan nyata.
Mengapa motivasi intrinsik penting
bagi seorang atlet? Tidakkah cukup diberi uang saja agar para atlet mau untuk
menunjukkan kehebatannya? Jawabannya mungkin relatif, tapi menilik kasus di
atas, uang ternyata bisa penting, tapi bisa juga tidak. Motivasi Intrinsik
penting karena setiap individu mempunyai individual differences yang membedakan
dengan orang lain. Individual differences ini meliputi kesenangan, tingkat
kepuasan, kemampuan penyesuaian diri, tingkat emosi, kerentanan dan sebagainya.
Selain itu, motivasi intrinsik jauh
lebih sakti untuk bisa memunculkan sebuah perilaku tertentu. Kesaktiannya
lantaran motivasi ini berasal dari dalam diri, sehingga mempunyai kecenderungan
yang lebih kuat serta tahan lama. Berbeda dengan motivasi ekstrinsik, ketika
sumber motivasi itu sudah hilang atau berkurang nilainya, maka perilaku yang
diharapkan tidak akan muncul.
Menurut Vallerand, dkk., secara
garis besar, ada 3 tipe motivasi intrinsik.
1. Motivasi Intrinsik untuk Tahu.
Dalam motivasi untuk tahu ini,
seseorang melibatkan diri dalam sebuah aktivitas karena kesenangan untuk
belajar. Dalam konteks olahraga, motivasi ini penting dalam proses latihan.
Para pemain harus mempunyai motivasi intrinsik jenis ini untuk memastikan bahwa
mereka selalu terlibat dalam proses latihan dengan baik. Untuk selalu menggugah
motivasi ini, para pelatih juga harus selalu kreatif menciptakan metode latihan
yang selalu memberi sesuatu yang baru kepada para pemain. Jika pelatih gagal
memberi sesuatu yang baru, mungkin motivasi yang sudah dimiliki oleh para
pemain akan luntur perlahan-lahan.
2. Motivasi Intrinsik yang berkaitan dengan pencapaian.
Manusia selalu mempunyai naluri
untuk mencapai sesuatu. Bahkan secara ekstrem, orang yang sudah kaya raya pun
tidak pernah berhenti untuk mengeruk harta. Ini membuktikan bahwa setiap
manusia mempunyai keinginan untuk mencapai sesuatu. Dalam konteks olahraga,
atlet sebenarnya juga mempunyai hal serupa. Motivasi intrinsik tipe ini
seseorang melakukan aktivitas karena terdorong oleh kesenangan mencoba untuk
melampaui dirinya sendiri. Artinya ada keinginan untuk lebih dan lebih. Seorang
pelatih bisa menciptakan hal ini dengan selalu membawa unsur kompetisi dalam
proses latihan. Para pemain juga harus selalu mengikuti kompetisi yang
kompetitif dengan jenjang yang selalu meningkat. Selain untuk mengevaluasi
kemampuan, tapi juga agar mereka selalu terfasilitasi untuk melewati pencapaian
yang sudah pernah diperoleh.
3. Motivasi Intrinsik untuk merasakan stimulasi.
Jenis ini mendorong seseorang untuk
terlibat dalam sebuah aktivittas dalam rangka merasakan kenikmatan yang
sensasional. Para atlet panjat tebing, pendaki gunung dan sebagainya adalah
contoh orang-orang yang selalu ingin merasakan pengalaman yang sensasional ini.
Untuk atlet lain, barangkali dengan mendapat pencapaian tertinggi, maka
pengalaman sensasional ini akan tercapai. Bayangkan jika seseorang berhasil
mendapatkan medali emas olimpiade, pasti luar biasa. Untuk itulah, para atlet
harus selalu dirangsang untuk selalu mengeset sasarannya setinggi mungkin.
BAB
IV
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian pembahasan diatas, maka penulis dapat
menarik kesimpulan yaitu :
Ø Motivasi Olahraga adalah keseluruhan
daya penggerak (motif – motif) didalam diri individu yang menimbulkan kegiatan
berolahraga, menjamin kelangsungan latihan dan memberi arah pada kegiatan
latihan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki. Melalui olahraga para pemuda
mendaptakan kesempatan yang luas untuk mengembangkan kemampuan, mendapatkan
pengakuan dan popularitas, menemukan teman – teman baru serta pengalaman
bepergian dan bertanding yang mendatangkan kegembiraan dan kepuasan. Olahraga
merupakan aktivitas yang unik, dimana sermua memerlukan hubungan yang harmonis
dan ideal antara proses berfikir, emosi dan gerakan.
Ø Motivasi intrinsik adalah dorongan
dari dalam yang menyebabkan individu berpartisipasi. Dorongan ini sering
dikatakan dibawa sejak lahir, sehingga tidak dapat dipelajari. Atlet yang punya
motivasi intrinsik akan mengikuti latihan peningkatan kemampuan atau
ketrampilan, atau mengikuti pertandingan, bukan karena situasi buatan (dorongan
dari luar), melainkan karena kepuasan dalam dirinya. Dan motivasi ini sangat
penting bagi seorang atlet untuk pencapaian sebuah prestasi.
Tag :
Teori Pendidikan
0 Komentar untuk "PENGARUH MOTIVASI INTRINSIK TERHADAP PRESTASI OLAHRAGA"
Berkomentarlah dengan baik dan sopan, saya akan berusaha untuk menjawab setiap pertanyaan dan menanggapi setiap komentar yang anda berikan, :)
Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya :)