Sejalan
dengan perkembangan IPTEK yang semakin maju maka dibutuhkan lulusan yang lebih
berkualitas, cakap, dan terampil, sehingga peserta didik siap untuk terjun
mandiri di masyarakat dalam rangka mampu memajukan bangsa. Mendidik pada
hakikanya merupakan bantuan untuk mencapai perkembangan dalam mewujudkan
dirinya, tanpa mengabaikan kepentingan lingkunganya dalam perkembangan tersebut
seperti tercentus di dalam perumusan GBHN yang bertolak dari UUD 45 dalam
kehidupan pancasila maka manusia indonesia seutuhnya mencakup kemandirian dan
kemampuan untuk ikut bertanggung jawab terhadap pembangunan bangsanya. Ini
berati bahwa cara-cara pemberian informasi itu dan suasana interaksi itu
berlangsung lebih penting daripada informasi itu sendiri. Disinilah proses
menjadi sarana tidak saja meningkatakan cara belajar siswa aktif.
Pendidikan
merupakan jalur utama dalam mencetak generasi-generasi yang berkualitas,
sedangkan yang berperan penting adalah guru. Guru haruslah mampu mendidik siswa
dengan dengan baik, memiliki pendekatan yang mampu menciptakan hubungan
persahabatan dengan siswa. Dalam proses belajar mengajar metode yang digunakan
harus bisa membuat siswa lebih aktif belajar, bisa menyelesaikan tugas secara
mandiri, serta rajin dalam mengulang pelajaran.
Dari berbagai metode, Metode ceramah
merupakan salah satu metode tertua yang selalu digunakan guru dalam
menyampaikan materi, namun kendalanya yang aktif hanya guru saja bukan
siswanya. Guru menyampaikan materi siswa dibiarkan mendengar kemudian setelah
selesai pelajaran siswa di suruh bertanya, namun tiada bertanya pelajaran pun
selesai, begitulah problem yang sering dihadapi guru, maka dari itu guru harus
mampu memberikan pembaruan pendekatan yang lebih baik lagi dalam proses
belajara mengajar. Apalagi dalam pelajaran kimia, seorang guru kimia harus bisa
mengusai berbagai metode pengajaran, karena ilmu kimia tidak cocok dengan satu
metode saja dan tidak terciptanya pembelajaran yang menarik. Dalam ilmu kimia
siswa tidak hanya mendengarkan apa yang disampaikan guru, melainkan siswa dituntut
lebih aktif lagi dalam mencari solusi sebuah masalah kimia, menganalisis sebuah
percobaan, memahami konsep, hukum, struktur dan sifat. Hal ini diperlukan
sebuah pendekatan baru agar terciptanya belajar yang bisa menambah pengalaman
siswa.
Pembaharuan
pendekatan pembelajaran sangat diperlukan karena merupakn salah satu upaya
untuk meningkatkan kualitas lulusan. Kita ketahui, Pendekatan masa lalu yaitu
Teacher Center atau DDHC dirasa kurang tepat jika diterapkan dalam era saat ini
karena kurang mengaktifkan siswa dan peran guru lebih dominan, padahal sesungguhnya
yang belajar adalah siawa dan bukan guru. Guru hanya sebagai motivator agar
siswa dapat belajar teratur dan mandiri. Oleh karena itu, munculah suatu
alternatif pendekatan pembelajaran yang melaksanakan pembelajaran secara
manusiawi yang memberi kesempatan serta keleluasaan anak dapat berkembang seoptimal
mungkin sesuai potensinya.
Mata
pelajaran Kimia khususnya di SMA, merupakan mata pelajaran yang sulit untuk
dipelajari.Kebanyakan siswa mengeluh untuk mempelajarinya, sehingga memilih
untuk menghindari.Sebenarnya jika guru bisa mengemas materi dengan semenarik
mungkin,sehingga menjadikan pelajaran kimia adalah pelajaran yang asyik untuk
dipelajari. Hal ini tidak lepas dari peran guru menentukan strategi dalam
pembelajaran, dan juga guru harus mampu menciptakan suasana belajar yang
menarik, dimana siswa dituntut lebih aktif lagi dalam belajar sehingga siswa
lebih nyaman dalam belajar kimia.
Selain peran guru menciptakan pelajaran yang
menarik, guru juga harus mampu memotivasi siswa hal ini bertujuan agar siswa
aktif dalam belajar kimia. Beberapa cara untuk menumbuhkan motivasi adalah
melalui cara mengajar yang bervariasi, mengadakan pengulangan informasi,
memberikan stimulus baru misalnya melalui pertanyaan-pertanyaan kepada perserta
didik, memberi kesempatan kepada perserta didik untuk menyalurkan keinginan
belajarnya, menggunakan media dan alat bantu yang menarik perhatian peserta
didik seperti gambar, foto, diagram, dan sebagainya. Secara umum perserta didik
akan terangsang untuk belajar (terlibat aktif dalam pengajaran) apabila ia
melihat dalam situasi pengajaran cenderung memuaskan dirinya sesuai dengan
kebutuhanya.
Kebutuhan seseorang itu selalu berubah selama
hidupnya. Sesuatu yang menarik dan diinginkan pada suatu waktu , tidak akan
lagi diacukan pada waktu lain. Karena motif-motif (segala daya yang mengolong
individu untuk melakukan sesuatu) harus dipandang sebagi sesuatu yang dinamis.
Kebutuhan yang dimiliki perserta didik merupakan hal yang sejalan dengan
keinginanya dalam belajar, kita ketahui tidak semua anak yang suka belajar mata
pelajaran kimia, tentu memiliki kemauan yang berbeda-beda. Hal ini menjadi
tugas guru untuk mengajak siswa agar bisa menyukai ilmu kimia dengan pelajaran
aktif, selain itu juga guru harus tahu bagaimana membaca kondisi siswa dan apa
yang dibutuhkan dalam proses balajar mengajar.
Menurut Clifford T. Morgan memandang bahwa anak (individu)
memiliki kebutuhan:
a.
Untuk
berbuat sesuatu demi kegiatan itu sendiri, activity in it self is apleasure.
b.
Untuk
menyenangkan hati orang lain
c.
Untuk
berprestasi atau mencapai hasil (to
actieve)
d.
Untuk
mengatasi kesulitan. Sikap anak terhadap
kesulitan banyak bergantung pada sikap lingkunganya.
Pembelajaran yang aktif
tidak terlepas dari peran guru dalam mewujudkan suasana belajar yang nyama
serta menggunkan strategi yang lebih efektif. Guru harus mampu menciptakan
strategi pengajaran yang berkualitas, dalam rangka mencapai tujuan yang lebih
umum. Dr. Nana Sudjana (1988 ) mengatakan : Bahwa strategi mengajar
(pengajaran) adalah “Taktik” yang digunakan guru dalam melaksanakan proses
belajar mengajar (pengajaran) agar dapat mempengaruhi para siswa (perserta
didik) mencapai tujuan pengajaran (TIK) secara lebih efektif dan efesien.
Istilah strategi sering
digunakan dalam banyak konteks dengan makna yang tidak selalu sama. Dalam
konteks pengajaran dengan strategi bisa diartikan sebagai suatu pola umum
tindakan guru-perserta didik dalam menifistasi aktivitas pengajaran. Sifat umum
pola itu berarti bahwa macam-macam dan
sekuensi (urutan) tindakan yang dimaksud nampak digunakan/diperagakan
guru-perserta didik pada berbagai ragam events pengajaran.
CBSA (Cara Belajar
Siswa Aktif) merupakan upaya untuk lebih meningkatkan mutu belajar siswa dengan
demikian akan meningkatkan mutu pendidikan disekolah. CBSA lebih kepada asas
keterlibatan kerja dari pada bentuk – bentuk kegiatan belajar yang streotip;
praktik CBSA tidak menunjuk pada bentuk kegiatan belajar tunggal, misal mesti
diskusi kelompok. Jenis sekolah manakan yang mampu menerapkan CBSA secara tepat
dan instensif? Jawabnya adalah tidak semua masalah pendidikan disekolah dapat
atau mungkin terjawab dengan penerapan CBSA secara benar. Jika kita mengacu
pendapat yang menegaskan bahwa masalah pendidikan bersumber pada mutu setiap
unsur (masukan) yang rendah, pengorganisasian proses pembelajaran yang
rancu(tidak efektif dan efesien), dan tolok ukur keberhasilan belajara siswa
yang tarafnya rendah, subjektif, dan tidak konsisten, maka CBSA dapat dikaitkan
dengan upaya pembenahan motivasi belajar siswa, intensitas kegiatan belajar
siswa, dan peningkatan efektivitas-efesiensi proses pembelajaran.
Jika kiat CBSA kita
kaitkan dengan klasifiksi permasalahan pendidikan di sekolah secara makro,
misal; masalah relevansi (dengan tolok kebutuhan siswa, kebutuhan masyarakat
yang membangun, dan kebutuhan untuk perkembangan ilmu dan teknologi), masalah
pemerataan(dengan tolok ukur setiap warga berhak dan berkesempatan memiliki
pendidikan yang layak, jangan sampai terjadi gejala braindrain dan under achievement),
masalah mutu pendidikan (berhubungan dengan nilai serta sikap, hidup,
penguasaan ilmu secar fungsional serta ketajaman analisis-sintensis, dan
dikuasainya kecakapan kerja atau ekonomis), dan masalah efektivitas-efisiensi
di sekolah yang rendah maka kiat CBSA lebih mengarah pada pembembenahan masalah
yang terakhir, yaitu pembenahan efektivitas-efisensi pembelajaran. Perlu juga
disebut biar pun kiat CBSA tidak diarahkan secara langsung untuk memecahkan
masalah di sekolah atas, tetapi usaha ini bersifat strategis karena langsung
menyentuh isi (masukan utama) pendidikan sekolah, yaitu penigkatan belajar
siswa; jika ini terbina dengan baik maka nilai transfernya (dampak positifnya)
sangat besar.
Selain itu, CBSA
diharapkan akan mampu mengembangkan keaktifan siswa secara baik, melalui
pengembangan kemampuan berpikir akan membentuk pengetahuan, sikap, dan nilai.
Sedangkan proses pengembangan kemampuan mental, fisik, dan sosial akan
membentuk ketrampilan mental, fisik, dan sosial. Dalam kedua proses tersebut
dibutuhkan keterlibatan secara aktif dalam belajar, selanjutnya siswa
mengadakan proses penyaringan, pemaduan sikap dan nilai dan hasil yang
diharapkan adalah pembentukan sikap dan nilai sesuai dengan yang diharapkan
masyarakat (Habib Amin Nurrokhman, dalam kompas.com).
I. PENBAHASAN
A.
Pengertian Cara Belajaran Siswa Aktif
(CBSA) sebagai Pembelajaran Inovasif.
a.
Pengertian Pendekatan CBSA (Cara Belajar
Siswa Aktif)
Pada umumnya metode lebih cenderung disebut sebuah
pendekatan. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata “approach” yang dimaksudnya juga “pendekatan”. Di dalam kata
pendekatan ada unsur psikhis seperti halnya yang ada pada proses belajar
mengajar. Semua guru profesional dituntut terampil mengajar tidak semata-mata
hanya menyajikan materi ajar, dan mempunyai pendekatan mengajar sesuai dengan
tujuan instruksional. Menguasai dan memahami materi yang akan diajarkan agar
dengan cara demikian pembelajar akan benar-benar memahami apa yang akan
diajarkan. Piaget dan Chomsky berbeda pendapat dalam hal hakikat manusia.
Piaget memandang anak-akalnya-sebagai agen yang aktif dan konstruktif yang
secara perlahan-lahan maju dalam kegiatan usaha sendiri yang terus-menerus.
Pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) menuntut keterlibatan mental siswa
terhadap bahan yang dipelajari.
CBSA merupakan pendekatan pengajaran yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk aktif terlibat secar fisik, mental, intelektual,
dan emosional dengan harapan siswa memperoleh pengalaman belajar secara
maksimal, baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor. Pendekatan CBSA
menuntut keterlibatan mental yang tinggi sehingga terjadi proses-proses mental
yang berhubungan dengan aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomolorik. Melalui
proses kognitif pembelajar akan memiliki penguasaan konsep dan prinsip. Konsep
CBSA yang dalam bahasa Inggris disebut Student Active Learning (SAL) dapat
membantu pengajar meningkatkan daya kognitif pembelajar. Kadar aktivitas
pembelajar masih rendah dan belum terpogram. Akan tetapi dengan CBSA para
pembelajar dapat melatih diri menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepada
mereka. Tidak untuk dikerjakan di rumah tetapi dikerjakan dikelas secara
bersama-sama. CBSA bukanlah sebuah “ilmu” atau “teori”, tetapi merupakan salah
satu strategi pengajaran yang menuntut keterlibatan dan keaktifan serta
partisipasi perserta didik sebagai subyek didik secara optimal. Jadi, CBSA merupakan pembelajaran inovatif yang mampu
merubah dirinya perserta didik dari tingkah laku, cara berfikir dan bersikap
serta bisa belajar mandiri secara lebih efektif dan efesien.
b. Dasar-Dasar
Pemikiran Pendekatan CBSA
Usaha penerapan dan peningkatan CBSA dalam kegiatan
Belajar Mengajar (KBM) merupakan usaha “proses pembangkitan kembali” atau
proses pemantapan konsep CBSA yang telah ada. Untuk itu perlu dikaji
alasan-alasan kebangkitan kembali dan usaha peningkatan CBSA dasar dan alasan
usaha peningkatan CBSA secara rasional adalah sebagai berikut:
a.
Rasional
atau dasar pemikiran dan alasan usaha peningkatan CBSA dapat ditinjau kembali
pada hakikat CBSA dan tujuan pendekatan itu sendiri. Dengan cara demikian
pembelajar dapat diketahui potensi, tendensi dan terbentuknya pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang dimilikinya. Pada dasarnya dalam pembelajaran kimia
selain dieprlukan pembelajaran yang baik, juga materi pelajaran kimia, cara
penyajian atau disebut juga pendekatan-pendekatan berkembang. Jadi hampir semua
komponen proses belajar mengajar mengalami perubahan.
b.
Implikasi
mental-intelektual-emosional yang semaksimal mungkin dalam kegiatan belajar
mengajar akan mampu menimbulkan nilai yang berharga dan gairah belajar menjadi
makin meningkat. Komunikasi dua arah (seperti halnya pada teori pusaran atau kumparan
elektronik) menantang pembelajar berkomunikasi searah yang kurang bisa membantu
meningkatkan konsentrasi. Sifat melit yang disebut juga ingin tahu (curionsity) pembelajar dimotivasi oleh
aktivitas yang telah dilakukan. Pengalaman belajar akan memberi kesempatan
untuk rnelakukan proses belajar berikutnya dan akan menimbulkan kreativitas
sesuai dengan isi materi pelajaran.
c.
Upaya
memperbanyak arah komunikasi dan menerapkan banyak metode, media secara
bervariasi dapat berdampak positif. Cara seperti itu juga akan memberi peluang
memperoleh balikan untuk menilai efektivitas pembelajar itu. Ini dimaksud
balikan tidak ditunggu sampai ujian akhir tetapi dapat diperoleh pembelajar
dengan segera. Dengan demikian kesalahan-kesalahan dan kekeliruan dapat segera
diperbaiki. Jadi, CBSA memberi alasan untuk dilaksanakan penilaian secara
efektif, secara terus-menerus melalui tes akhir tatap muka, tes formatif dan
tes sumatif.
d.
Dilihat
dari segi pemenuhan meningkatkan mutu pendidikan di LP’TK (Lembaga Pendidikan Tenaga
Pendidik) maka strategi dengan pendekatan CBSA layak mendapat prioritas utama.
Dengan wawasan pendidikan sebagai proses belajar mengajar menggaris bawahi
betapa pentingnya proses belajar mengajar yang tanggung jawabnya diserahkan
sepenuhnya kepada pembelajar. Dalam hal ini materi pembelajar harus benar-benar
dibuat sesuai dengan kemampuan berpikir mandiri, pembentukan kemauan si
pembelajar. Situasi pembelajar mampu menumbuhkan kemampuan dalam memecahkan
masalah secara abstrak, dan juga mencari pemecahan secara praktik.
c.
Hakikat Pendekatan CBSA
Siswa pada hakekatnya
memiliki potensi atau kemampuan yang belum terbentuk secara jelas, maka
kewajiban gurulah untuk merangsang agar mereka mampu menampilkan potensi itu.
Para guru dapat menumbuhkan keterampilan-keterampilan pada siswa sesuai dengan
taraf perkembangannya, sehingga mereka memperoleh konsep. Dengan mengembangkan
keterampilan-keterampilan memproses perolehan, siswa akan mampu menemukan dan
mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta mengembangkan sikap dan nilai yang
dituntut. Proses belajar-mengajar seperti inilah yang dapat menciptakan siswa
belajar aktif.
Hakekat dari CBSA adalah proses keterlibatan
intelektual-emosional siswa dalam kegiatan belajar mengajar yang memungkinkan
terjadinya:
a.
Proses
asimilasi/pengalaman kognitif, yaitu: yang memungkinkan terbentuknya
pengetahuan
b.
Proses
perbuatan/pengalaman langsung, yaitu: yang memungkinkan terbentuknya
keterampilan
c.
Proses
penghayatan dan internalisasi nilai, yaitu: yang memungkinkan terbentuknya
nilai dan sikap
Walaupun demikian,
hakekat CBSA tidak saja terletak pada tingkat keterlibatan
intelektual-emosional, tetapi terutama juga terletak pada diri siswa yang
memiliki potensi, tendensi atau kemungkinan kemungkinan yang menyebabkan siswa
itu selalu aktif dan dinamis. Oleh sebab itu guru diharapkan mempunyai
kemampuan profesional sehingga ia dapat menganalisis situasi instruksional
kemudian mampu merencanakan sistem pengajaran yang efektif dan efisien. Dalam
menerapkan konsep CBSA, hakekat CBSA perlu dijabarkan menjadi bagian-bagian
kecil yang dapat kita sebut sebagai prinsip-pninsip CBSA sebagai suatu tingkah
laku konkret yang dapat diamati. Dengan demikian dapat kita lihat tingkah laku
siswa yang muncul dalam suatu kegiatan belajar mengajar.
B. Pengembangan Pendekatan Konsep dalam Pembelajaran
kimia
Belajar konsep
merupakan hasil utama pendidikan. Konsep-konsep merupakan batu-batu pembangun (building blocks) berpikir (Dahar,1989).
Konsep-konsep merupakan dasar bagi proses-proses mental yang lebih tinggi untuk
merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi-generalisasi. Untuk memecahkan
masalah, seorang siswa harus mengetahui aturan-aturan yang relevan, dan
aturan-aturan ini didasarkan pada konsep-konsep yang diperolehnya. Pendekatan
konsep merupakan bentuk instruksional kognitif yang memberi kesempatan siswa
berpartisipasi secara aktif dengan konsep-konsep dan menemukan prinsip sendiri
(Arifin, Mulyati, dkk., 2000).
a. Beberapa Ciri Konsep
Beberapa ciri konsep
adalah sebagai berikut (Anitah W., dkk, 2007) :
1.
Konsep
merupakan buah pikiran yang dimiliki seseorang atau sekelompok orang. Konsep
tersebut ialah semacam simbol.
2.
Konsep
timbul sebagai hasil pengalaman manusia dengan menggunakan lebih dari satu
benda, peristiwa atau fakta. Konsep tersebut ialah suatu generalisasi.
3.
Konsep
ialah hasil berpikir abstrak manusia yang merangkum banyak pengalaman.
4.
Konsep
merupakan perkaitan fakta-fakta atau pemberian pola pada fakta-fakta.
5.
Suatu
konsep dapat mengalami modifikasi disebabkan timbulnya fakta-fakta baru.
Jadi konsep dapat
merupakan konsep konkrit dan konsep abstrak. Beberapa konsep ada kalanya dapat
digabungkan. Gabungan konsep-konsep ini merupakan generalisasi, dan disebut
prinsip ilmiah. Sebagai contoh, asam dapat bereaksi dengan basa membentuk
garam. Beberapa penulis menggunakan juga istilah konsep untuk prinsip ilmiah
atau generalisasi, kita dapat menggunakan kedua pengertian ini untuk konsep.
Seperti yang telah disebutkan bahwa konsep dapat mengalami modifikasi
disebabkan timbulnya fakta-fakta baru, sebagai contohnya adalah konsep atom.
Konsep atom Dalton yang dikemukakan pada tahun 1808 terlihat ketidak
sempurnaannya setelah ditemukannya elektron oleh J.J. Thomson pada tahun 1900.
Berdasarkan bukti temuannya bahwa dalam atom terdapat inti atom yang bermuatan
positif maka Rutherford tahun 1913 memperbaiki model atom Thomson. Kemudian
Niels Bohr tahun 1922 menyempurnakan model atom Rutherford tersebut (Firman, H
dan Liliasari., 1994).
b. Pendekatan
Konsep dalam Kegiatan Pembelajaran Kimia
Berikut ini akan
diberikan contoh-contoh konsep kimia yang dapat diajarkan di SMA kelas X
semester 1, diantaranya konsep-konsep yang terdapat pada pokok bahasan ikatan
kimia adalah :
Atom
dapat bergabung dengan atom lain melalui suatu ikatan Kimia
Ikatan
ion terbentuk akibat gaya elektrostatik antar ion yang berlawanan muatan yang terjadi
karena ada serah terima elektron dari satu atom dengan atom lain
Ikatan
kovalen terjadi karena penggunaan bersama pasangan elektron valensi oleh dua
atom yang berikatan.
Ikatan
kovalen rangkap melibatkan penggunaan bersama lebih dari satu pasang
elektron oleh dua atom yang berikatan.
Ikatan
kovalen koordinat atau ikatan dativ terjadi apabila pasangan elektron yang
dipakai bersama berasal dari salah satu atom yang
berikatan.
Molekul
polar ditimbulkan oleh perbedaan keelektronegatifan dua atom yang
membentuk molekul dwiatom.
Kepolaran
molekul pada molekul poliatom selain ditentukan oleh kepolaran ikatan-
ikatan yang membentuk molekul juga ditentukan oleh
struktur ruang molekul.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan
guru dalam merencanakan pembelajaran dengan pendekatan konsep (Dahar, 2003) :
1.
Konsep-konsep
yang akan diajarkan harus dinyatakan secara tegas dan lengkap.
2.
Prasyarat
atau konsep-konsep yang telah diketahui dan diperlukan dapat digunakan
dalam proses pembelajaran.
3.
Urutan
kegiatan pembelajaran seharusnya memberikan pengalaman yang memadai,
sesuai dengan konsep yang akan dipelajari maupun
konsep yang telah ada.
c. Perlunya
Pendekatan Konsep
Ilmu kimia tumbuh dan
berkembang berdasarkan eksperimen-eksperimen. Sebagai ilmu yang tumbuh secara
eksperimental, maka ilmu kimia mengandung baik pengetahuan deklaratif maupun
pengetahuan prosedural. Seperti halnya pengetahuan deklaratif pada umumnya, pengetahuan
kimia juga disusun oleh konsep-konsep dalam suatu jaringan proposisi. Untuk
mengikuti perkembangan ilmu kimia yang sangat pesat, belajar konsep kimia
merupakan kegiatan yang paling sesuai bagi pembentukan pengetahuan kimia dalam
diri siswa (Dahar,1989) Menurut hasil penelitian, fakta-fakta yang
terlepas-lepas tentang pelajaran kimia akan cepat dilupakan, tetapi konsep
ilmiah akan lebih lama diingat. Selain itu, bila siswa benar-benar memahami
suatu konsep maka siswa akan dapat menerapkan konsep itu pada situasi baru.
C. Pengembangan Pendekatam
keterampilan proses dalam pembelajaran kimia
Pengembangan keterampilan
proses perlu dilaksanakan
dalam pendekatan pembelajaran
apapun yang digunakan guru. Hal ini dilakukan karena tujuan kita mengajar
ialah
membuat siswa berpikir, dan keterampilan proses itu ialah keterampilan
berpikir.
a.
Hakikat
Ilmu Kimia dan Pembelajaran Kimia
Hakikat ilmu
Kimia mencakup dua hal,
yaitu Kimia sebagai produk
dan Kimia sebagai proses. Kimia
sebagai produk meliputi sekumpulan pengetahuan yang terdiri atas
fakta-fakta, konsep-konsep, dan
prinsip-prinsip kimia. Kimia
sebagai proses meliputi
keterampilan-keterampilan
dan sikap-sikap yang
dimiliki oleh para
ilmuwan untuk memperoleh dan
mengembangkan pengetahuan Kimia.
Keterampilan-keterampilan
tersebut disebut keterampilan proses, dan sikap-sikap yang dimiliki para ilmuwan disebut sikap ilmiah.
Oleh karena
itu, pembelajaran kimia tidak
boleh mengesampingkan proses ditemukannya konsep-konsep Kimia.
Sehubungan dengan hal tersebut, untuk menjelaskan
konsep-konsep
kimia ditempuh dengan “pendekatan proses”.
Dalam “pendekatan proses”
pendekatan pembelajaran
didasarkan pada anggapan
bahwa ilmu kimia
itu terbentuk dan berkembang akibat
diterapkannya suatu proses,
yang dikenal dengan
metode ilmiah, dengan menerapkan
keterampilan-keterampilan proses Sains, yaitu mulai dari menemukan masalah hingga
mengambil keputusan. Dalam
perkembangan selanjutnya pendekatan
ini lebih dikenal dengan Pendekatan Keterampilan Proses
b.
Deskripsi
Keterampilan Proses
Keterampilan-keterampilan proses
tersebut dapat diklasifikasikan sebagai
keterampilan-keterampilan
:
1. Mengamati
:
Adalah melakukan pengumpulan
data tentang fenomena
atau peristiwa dengan
menggunakaninderanya.
Mengamati merupakan dasar bagi semua keterampilan proses
lainnya.
2. Menafsirkan
pengamatan :
ialah
menarik kesimpulan tentatif dari data yang dicatatnya.
3. Meramalkan
:
ialah
prakiraan yang didasarkan pada hasil pengamatan yang reliabel. Ramalan berarti
pula mengemukaan
apa yang mungkin
terjadi pada keadaan
yang belum diamati
berdasarkan
penggunaan pola yang ditemukan sebagai hasil pengamatan.
4. Menggunakan
alat dan bahan :
ialah
mengetahui konsep dan mengapa mengapa menggunakan alat dan bahan.
5. Menerapkan
konsep :
ialah
menggunakan generalisasi yang telah dipelajarinya pada situasi baru, atau untuk
menerangkan
apa yang diamatinya.
6. Merencanakan
penelitian :
ialah merancang
kegiatan yang dilakukan
untuk menguji hipotesis,
memeriksa
kebenaran atau
memperlihatkan
prinsip-prinsip atau fakta-fakta
yang telah
diketahuinya.
7. Mengkomunikasikan
hasil penelitian :
ialah
keterampilan menyampaikan gagasan atau hasil penemuannya kepada orang lain.
8. Mengajukan
pertanyaan
ialah
bertanya apa, mengapa
dan bagaimana, pertanyaan
untuk minta penjelasan dan pertanyaan yang
berlatar belakang belakang hipotesis.
Adapun kegiatan-kegiatan yang
harus dilakukan siswa
untuk dapat memiliki keterampilan proses sains dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel : Keterampilan Proses Sains dan Sub-Keterampilan
Proses Sains
no
|
Keterampilan Proses
|
Sub-Keterampilan Proses Sains
|
1.
|
Mengamati
|
ü Menggunakan indera;
ü Menggumpulkan fakta yang relevan;
ü Mencari kesamaan dan perbedaan
|
2.
|
Menafsirkan pengamatan
|
ü Mencatat setiap pengamatan secara
terpisah;
ü Menghubungkan hasil pengamatan;
ü Menemukan pola dlm satu seri pengamatan;
ü Menarik kesimpulan
|
3.
|
Meramalkan
|
ü Menggunakan pola hasil pengamatan utk
mengemukakan apa yg mungkin terjadi pada
keadaan yg belum diamati
|
4
|
Menggunakan alat dan bahan
|
ü Menerapkan konsep yg dipelajari pada situasi baru;
ü Menggunakan konsep pada
pengalaman baru untuk menjelaskan
apa yang sedang terjadi
(membuat dugaan sementara /
hipotesis)
|
5
|
Merencanakan penelitian
|
ü Menentukan alat, bahan dan sumber yang akan digunakan dlm penelitian;
ü Menentukan variabel;
ü Menentukan variabel yang harus dibuat tetap dan yang mana variabel
yang berubah;
ü Menentukan yang akan diamati dan diukur;
ü Menentukan cara dan langkah kerja;
ü Menentukan bagaimana mengolah hasil pengamatan untuk kesimpulan.
|
6
|
Mengkomunikasikan hasil penelitian
|
ü Menyusun laporan secara sistematis dan jelas
ü Menjelaskan hasil percob atau pengamatan;
ü Mendiskusikan hasil percobaan;
ü Menggambarkan data dengan grafik, tabel dll
|
7
|
Mengajukan pertanyaan
|
ü Bertanya apa,bagaimana, mengapa;
ü Bertanya utk minta penjelasan;
ü Mengajukan pertanyaan berlatar belakang hipotesis.
|
b. Beberapa
hal Penting dalam Pendekatan Keterampilan
Proses pada Pembelajaran Kimia
1.
Keterampilan
Berpikir yang Tergolong Keterampilan Proses Sains
Keterampilan
proses sains itu
ialah keterampilan intelektual
atau keterampilan
berpikir
(Dahar,2003), adapun
pengertian dan lingkup
setiap keterampilan berpikir
itu
urutannya sama dengan urutan keterampilan proses
sains.
a)
Mengamati
Mengamati
merupakan suatu keterampilan
berpikir fundamental yang
menjadi
dasar
utama dari pertumbuhan
sains. Mengamati merupakan
suatu kemampuan menggunakan semua
indera yang harus
dimiliki oleh setiap
orang. Dalam kegiatan
ilmiah mengamati berarti memilih fakta-fakta yang relevan
dengan tugas tertentu dari hal-hal
yang diamati, atau
memilih fakta-fakta untuk
menafsirkan peristiwa tertentu. Dengan membandingkan hal-hal yang
diamati, berkembang kemampuan untuk mencari persamaan dan perbedaan.
b)
Menafsirkan
Pengamatan
Hasil-hasil pengamatan
tidak akan berguna,
bila tidak ditafsirkan.
Karena itu dari mengamati langsung,
lalu mencatat setiap
pengamatan secara terpisah,
kemudian
menghubung-hubungkan hasil-hasil pengamatan itu, lalu
mungkin ditemukan pola-pola
tertentu
dalam satu seri
pengamatan. Penemuan pola
ini merupakan dasar
untuk
menyarankan
kesimpulan-kesimpulan atau generalisasi-generalisasi. Kemampuan untuk menemukan pola-pola ini
merupakan kegiatan ilmiah yang perlu dikembangkan pada anak sedini
mungkin.
c)
Meramalkan
Sains tidak akan demikian pesat berkembang bila dalam
sains tidak dikenal istilah
meramalkan. Karena itu meramalkan merupakan salah satu
kemampuan penting dalam sains. Dengan menggunakan pola yang ditemukan dari salah
satu seri pengamatan, para ilmuwan
mengemukakan apa yang
mungkin terjadi pada
keadaan yang akan datang, atau yang
belum diamati. Jadi, bertitik
tolak dari menafsirkan
hasil-hasil pengamatan dapat dikembangkan
kemampuan untuk meramalkan
yang merupakan salah
satu contoh mengambil kesimpulan
atau inferensi. Proses
peramalan merupakan suatu proses penalaran yang berdasarkan
pengamatan.
d)
Menggunakan Alat
/ Bahan
Melakukan percobaan dalam sains membutuhkan alat dan
bahan. Berhasilnya suatu
percobaan kerapkali tergantung pada kemampuan memilih
dan menggunakan alat yang tepat secara efektif. Pengalaman menggunakan alat dan
bahan merupakan pengalaman konkrit
yang dibutuhkan siswa untuk
menerima gagasan-gagasan baru.
Suatu syarat penting dalam
belajar bagi siswa yang masih pada tingkat operasional konkrit itu.
e)
Menerapkan
Konsep
Menerapkan
konsep yang merupakan
suatu kemampuan untuk
menggunakan
konsep-konsep yang
telah dipelajari dalam
situasi baru atau
menerapkan konsep itu
pada
pengalaman baru untuk
menjelaskan apa yang
sedang terjadi merupakan
tujuan
pendidikan
sains yang penting.
Dalam menerapkan konsep
untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi, perlu dianggap bahwa
setiap penjelasan yang diberikan itu bersifat sementara, dan dapat diuji, jadi
berupa hipotesis. Kerap kali dapat disarankan beberapa alternative hipotesis,
semuanya menunjang kenyataan,
tetapi perlu disadari
siswa, bahwa hipotesis-hipotesis itu harus diuji.
f)
Merencanakan
Penelitian
Kemampuan
untuk merencanakan suatu
penelitian merupakan suatu unsur yang
penting
dalam kegiatan ilmiah.
Setelah melihat suatu
pola atau hubungan
dari pengamatan-pengamatan
yang dilakukan, perlu
kesimpulan sementara atau
hipotesis
yang
dirumuskan itu diuji.
Untuk itu diperlukan
kemampuan untuk merencanakan
suatu
percobaan yang meliputi
kemampuan untuk menentukan
alat-alat dan bahan-bahan yang akan digunakan, menentukan
variabel-variabel, menentukan yang mana di antara variabel-variabel itu
harus dibuat tetap,
bagaimana mengolah hasil-hasil pengamatan untuk
mengambil kesimpulan, merupakan
kegiatan-kegiatan yang perlu
dilatihkan sejak dini.
g)
Berkomunikasi
Sains terbuka bagi semua orang yang mampu memahaminya,
dan dinilai oleh siapa
saja yang mau
menilainya. Sebagai implikasinya,
para ilmuwan diharapkan menguraikan secara jelas
dan cermat apa
yang telah mereka
lakukan, sehingga dapat
diuji oleh para ilmuwan lain. Karena itu dalam
pendidikan sains siswa-siswa sejak dini dilatih
untuk dapat melaporkan
hasil-hasil percobaannya secara
sistematis dan jelas. Juga diharapkan mereka dapat
menjelaskan hasil-hasil percobaan mereka pada teman-temannya, mendiskusikanya,
dan menggambarkan hasil pengamatannya dalam bentuk grafik,
tabel dan diagram.
Semua kegiatan ini
termasuk kemampuan berkomunikasi,suatu kemampuan
yang perlu dikembangkan
dalam mendidik calon-calon
ilmuwan
masa yang akan dating.
h)
Mengajukan
Pertanyaan
Dari penelitian Piaget dan Bruner, terungkap bahwa
anak itu dapat berpikir secara
tingkat tinggi
bila ia
mempunyai cukup pengalaman
secara konkrit dan
bimbingan
yang
memungkinkan pengembangan konsep-konsep
dan menghubungkan fakta-fakta
yang
diperlukan. Dapat dikatakan
bahwa kualitas pertanyaan
yang diajukan siswa
menunjukkan rendah tingginya tingkat berpikir siswa.
c. Beberapa
hal yang perlu diperhatikan pada pennggunaan pendekatan keterampilan proses
Untuk menggunakan pendekatan
keterampilan proses ini, ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan :
ü Dalam menyusun silabus,
keterampilan proses perlu
dikembangkan bersama-sama dengan
fakta-fakta, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip kimia.
ü Kedelapan keterampilan
proses tsb diperkirakan
sesuai dengan tingkat perkembangan siswa dari sekolah dasar
hingga menengah.
ü Dalam pembelajaran kimia, keterampilan proses diatas
tidak perlu sesuai urutan.
ü Setiap
metode dan pendekatan
pada pembelajaran kimia
dapat digunakan untuk
mengembangkan
keterampilan proses.
ü Kemungkinan
pengembangan keterampilan proses
pada metode ceramah lebih sedikit
dibanding metode eksperimen
d. Perlunya
Pendekatan Keterampilan Proses
Dari uraian di atas telah diketahui bahwa
keterampilan proses ialah keterampilan
intelektual atau keterampilan berpikir,dengan
mengembangkan keterampilan proses dalam pembelajaran maka:
ü Membuat siswa berpikir.
ü Membuat siswa kreatif.
ü Dapat menolong siswa untuk belajar
ü Keterampilan proses sains juga diperlukan dalam kegiatan ilmiah di sekolah maupun di kemudian
hari.
II.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembelajaran kimia dengan menggunakan pendekatan CBSA
(Cara Belajar Siswa Aktif) sangat efektif untuk siswa, diamana siswa mampu
mengerjakan tugas cerara mandiri, dan siswa juga aktif dalam berbagai kegiatan
yang dilakukan guru. Guru juga harus berperan penting dalam mengembangkan
pembelajaran kimia, menyunsun cara belajar semenarik mungkin, sehingga siswa
lebih nyaman dalam belajar. Selain itu juga harus bias memotivasi siswa agar
siswa tidak cepat bosan dalam belajar dan tahu cara membaca kondisi siswa.
Kegiatan belajara dengan pendekatan CBSA ini tidak akan berkembang secara
efektif jika guru tiak memiliki keterampilan dalam mengembangkan pelajaran,
apalagi pelajaran kimia merupakan pelajaran yang berkembang secara terus menerus
dan guru harus tahu mengenai informasi yang berkembang sekarang, dan juga di
dukung oleh infrastuktur yang baik. Adapun keungulan menggunakan pendekatan
CBSA siswa mampu :
ü Mengamati
ü Menafsirkan pengamatan
ü Meramalkan
ü Menggunakan alat dan bahan
ü Merencanakan penelitian
Dengan di terapnya pengembangan pendekatan
konsep dalam pembelajaran kimia
dan pengembangan
pendekatam keterampilan proses dalam pembelajaran kimia, siswa mampu lebih aktif lagi
dalam belajar kimia, dan guru bisa mencapai tujuan pembelajaran yang di
inginkan. Semoga dengan menggunakan
metode ini siswa mampu berperan aktif
dalam belajar, dan guru bisa mencapai tujuan pembelajaran.
1 Komentar untuk "Pembelajaran Kimia SMA Inovatif dengan Strategi Pengajaran CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) "
putririzca01@gmail.com
Berkomentarlah dengan baik dan sopan, saya akan berusaha untuk menjawab setiap pertanyaan dan menanggapi setiap komentar yang anda berikan, :)
Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya :)